telkomsel halo

Miris, Museum Telekomunikasi tak terawat

07:45:00 | 14 Jun 2018
Miris, Museum Telekomunikasi tak terawat
Museum Telekomunikasi di TMII.(Foto:TMII)
JAKARTA (IndoTelko) - Museum Telekomunikasi (Mustel) yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dikabarkan sudah tak terawat dan kondisinya sangat mengenaskan.

Mustel diresmikan Presiden RI ke-2, Soeharto, pada tanggal 20 April 1991. Bangunan empat lantai ini memiliki luas tanah 0,5 Ha.

Koleksinya berupa sejarah telepon engkol zaman penjajahan Belanda, telepon otomat, satelit Palapa sampai era TelkomFlexi tahun 2000-an, dengan ragam live demo-nya amat menarik pengunjung. Di dalamnya ada Ruang rapat, R. Perpustakaan, R. Teater stereo dan R. Koleksi. Dulu, museum inilah yang menjadi destinasi utama kunjungan anak sekolah dan komunitas telekomunikasi Indonesia. Setiap Hari Bakti Postel juga sering dijadikan sebagai tempat untuk silahturahmi oleh pegiat telekomunikasi.

"Mustel ibaratnya sudah terkena stroke sejak 15 tahun lalu, sekarang stadium akhir. Koleksinya kumuh, rapuh, lembab dan berdebu. Bangunan dan ruangannya kusut masai tidak pernah ada perbaikan lagi. AC-nya mati kabeh. Lift-nya paeh. Atap kubahnya yang melambangkan bel telepon jadoel, sekarang sudah bocor di mana-mana sehingga harus ditampung ratusan ember plastik di musim hujan. Di dalam WC-nya ada banyak kecoa dan sebangsanya berkeliaran. Muram dan menyedihkan," ungkap Relawan Revitalisasi Mustel Garuda Sugardo, dalam catatan di akun media sosialnya, kemarin.

Diungkapkannya, satu-satunya yang masih berfungsi baik di Mustel adalah sinyal internet Indihome dari Telkom yang berfungsi baik. "Beruntung masih ada almamater saya, Telkom, yang setia menyantuni Mustel secara bulanan untuk biaya listrik, tenaga outsourcing dan kebersihan ala kadarnya. Indosat dan Inti sudah lama angkat kaki," keluhnya.

Menurutnya, dengan tiket masuk Rp4000 per pengunjung adalah biaya yang terlalu murah untuk menyaksikan sebuah tragedi nasional di bidang pertelekomunikasian; tapi ini harga yang mahal untuk menilai suatu kepedulian yang rendah dari instansi pengelola Mustel. 

"Hanya bangsa yang berbudaya dan menghargai peradaban, bisa mengangkat dirinya menjadi kasta dunia. Museum adalah tempat di mana sebuah bangsa atau industri mengejawantahankan peristiwa masa lalu. Makin maju suatu bangsa makin lekat kepeduliannya terhadap museum," tegasnya.

Garuda pun melanjutkan satirenya, Anda tentu bertanya, “Apakah ada perhatian dari pemerintah atau kementerian terkait, selaku penanggung jawab Mustel?”. Oh, Alhamdulillah ada. Saya dan tim relawan Revitalisasi Mustel sudah setengah bosan sejak tahun 2014 bolak-balik bertemu menteri terkait, eselon satu, sampai eselon duanya. Perhatian dan empatinya pun tidak kurang-kurang," sindirnya.

Menurutnya, perhatian saja tiadalah cukup. Di era sekarang diperlukan action yang serius, cepat dan melibatkan industri telekomunikasi. Kendati pun angin surga yang kerap dihembuskan belum menyegarkan apa pun, semoga masih ada secercah harapan akan keberhasilan proses revovery Mustel.

GCG BUMN
"Jika Anda setiap waktu mengelus-elus ponsel tercinta, amat gandrung berselancar internet, Anda wajib menyaksikan dengan mata kepala sendiri keterpurukan total Mustel Indonesia. Bila Anda mengisi liburan Idul Fitri 1439H ke TMII jangan lewatkan untuk “bersilaturahmi" ke Mustel. Curahkan segala emosi Anda menyaksikan betapa sebuah ironi tengah terjadi di tengah peradaban digital. Bagaimana mungkin dalam sebuah dinamika industri 4.0 yang berbasis telekomunikasi di era milenia ada seonggok museum telekomunikasi yang tak berdaya melawan kehancuran hayatnya," lirihnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories