JAKARTA (IndoTelko) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memfasilitasi tempat untuk para generasi milenial Indonesia dapat berkarya dan berkreasi. Langkah strategis ini guna menumbuhkan wirausaha baru khususnya dalam rangka meningkatkan daya saing sektor manufaktur nasional di tengah era industri 4.0 saat ini.
“Untuk pengembangan human capital, Kemenperin memfasilitasi berbagai coworking space, seperti di Bandung yang bekerja sama dengan Telkom, kemudian juga ada di Bali, Makassar, dan Batam,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (19/6).
Bahkan, Kemenperin mendorong perusahaan global untuk berinvestasi membuka inkubasi bisnis dalam upaya menelurkan startup di Indonesia. Investor asing ini juga diharapkan bisa menggandeng pelaku usaha lokal. “Contohnya, di Singapura ada Block71, mereka sudah buka di Jakarta. Kemudian, operator-operator telekomunikasi mulai membuat coworking space,” ungkapnya.
Menperin menilai, keberadaan coworking space tersebut, bakal mendorong pengoptimalan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) karena terciptanya produk buatan anak bangsa. Salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan komponen smartphone, sehingga dapat menekan impor bahan baku bagi industri elektronika di Tanah Air.
“Yang dimaksudkan sebagai local content itu tidak hanya hardware, tetapi juga software,” tuturnya. Misalnya, ini diaplikasikan oleh Apple Developer Academy yang beroperasi di BSD City, Tangerang, Baten melalui kerja sama dengan universitas.
“Sebanyak 200 anak muda dilatih di sana, dan beberapa waktu lalu sudah ada lebih dari 100 lulusan yang dihasilkan. Ini merupakan pertama di Asia. Selain di Indonesia, ada di Brasil dan Italia. Di antara negara Asia, paling banyak anak muda adalah dari Indonesia, yang melebihi Jepang dan Taiwan. Ini menjadi potensi bagi kita,” imbuhnya.
Pembangunan Apple Developer Academy di Indonesia ini akan terus berkembang. Ditargetkan bakal dibuka lagi di Surabaya dan di Batam. Oleh karena itu, dalam menghadapi era digital, Airlangga meminta kepada generasi milenial Indonesia agar mampu menguasai tiga ilmu, yakni Bahasa Inggris, statistika, dan koding
“Kami juga mendorong pemangku kepentingan terkait seperti Kemenristekdikti untuk bisa literate di bidang digital. Kemudian untuk membuat transformation manager berbasis industri khususnya top management, kami bekerjasama dengan MIT, Bappenas, dan Lemhanas, untuk melakukan pelatihan. Diharapkan melalui upaya ini, baik birokrasi maupun private sector bisa jalan bersama,” paparnya.
Airlangga mengungkapkan, potensi ekonomi digital akan meningkatkan nilai tambah terhadap PDB nasional sebesar US$150 miliar pada tahun 2025. “Ini akan menjadi peluang bagi 17 juta tenaga kerja yang tidak buta terhadap teknologi digital. Dan, inilah yang kami dorong agar ekonomi digital terus berkembang, sehingga bisa ditangkap oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM) kita,” ujarnya.
Apalagi, pemerintah menargetkan terciptanya 1.000 technopreneur pada tahun 2020, dengan valuasi bisnis mencapai 100 miliar dollar AS dan total nilai eCommerce sebesar US$130 miliar. “Saat ini, Indonesia sudah punya empat unicorn, dan mereka semuanya tumbuh bukan bagian dari ‘konglomerasi’ sehingga membentuk wirausaha baru yang kuat,” ujarnya.(wn)