RIYADH (IndoTelko) - Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi sepakat memperkuat kerja sama ekonomi digital, terutama dalam peningkatan layanan umroh.
Dua Unicorn Indonesia, Tokopedia dan Traveloka digandeng Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam menggarap bisnis Umroh Digital.
Tokopedia akan bekerja bersama-sama dengan Traveloka melalui jalur Government to Government (G to G) maupun Business to Business (B to B) dengan pebisnis online di Arab Saudi. Pengembangan Umrah Digital akan fokus pada tiga aspek yang bisa diefisiensikan dengan mengimplementasikan teknologi dan membangun partnership dengan pihak lain.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, memastikan bahwa pengembangan startup aplikasi umrah digital yang akan digarap bersama oleh pemerintah Indonesia dan Arab Saudi tidak akan mengganggu bisnis biro travel yang selama ini sudah berjalan.
“Situasinya sama saja dengan biro travel yang dulu ada, sekarang juga masih ada ketika bisnisnya bergeser ke ranah online. Hanya saja sekarang menjadi merchant-nya Traveloka dan platform lainnya. Jadi tergantung pasarnya, ada pasar yang retail, ada yang non-retail. Tidak perlu khawatir,” ujar Rudiantara dalam keterangan kemarin.
Co-founder Tokopedia, Leontinus Alpha Edison menegaskan bahwa kehadiran Tokopedia adalah untuk memberikan solusi yang end to end dengan mengumpulkan permasalahan terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan visi misi Tokopedia yang ingin melakukan pemerataan pengusaha digital.
“Tokopedia sejak awal selalu berpartner dengan berbagai pihak karena kita ingin maju bersama. Kita ingin membangun jembatan, bukan dinding penghalang,” tegas Leontinus.
Umrah digital ini bisa menjadi pilihan alternatif biro travel yang memberikan jaminan keamaan dan kenyamanan. Masyarakat tidak perlu ragu karena pengelolaannya transparan dan bisa dipantau secara online. Selama ini tantangan pengelolaan umrah dengan minat jamaah yang besar adalah masih adanya biro travel yang tidak bertanggung jawab dan melakukan penipuan. Inilah salah satu hal yang ingin diantisipasi pemerintah melalui pengembangan Kolaborasi Digital Indonesia-Arab Saudi.
“Nanti akan ada fintech-nya untuk pendanaan, ada logistiknya untuk mengantar barang. Itulah mengapa semua harus terintegrasi,” tambah Rudiantara.
Harapannya, keberadaan startup ini semakin memudahkan jamaah Indonesia yang ingin melakukan perjalanan umrah termasuk pengurusan akomodasi, pemilihan fasilitas hingga pengurusan visa. Integrasi sistem mulai dari keuangan, perjalanan, hingga pengiriman barang akan menciptakan transparansi tata kelola umrah yang menguntungkan jamaah Indonesia sekaligus mendorong terciptanya kompetisi yang sehat antar biro travel umrah dalam menyediakan layanan yang maksimal bagi jamaah.
“Kita harus dorong sektor swasta, peran pemerintah bukan sebagai regulator, tetapi memfasilitasi, membuka jalan, bahkan mengakselerasi. Jangan sampai Indonesia menjadi pasar terus. Potensi umrah jamaah asal Indonesia yang pada tahun 2018 saja mencapai 1 juta orang," katanya.(wn)