JAKARTA (IndoTelko) - Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang yang dibina Kementerian Perindustrian menemukan teknologi pemantauan kualitas udara real-time (Real Time Emission Monitoring) dan pemantauan air secara terus menerus melalui ozonasi katalitik.
“BBTPPI Semarang sebagai salah satu unit teknis di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin terus melakukan inovasi litbang untuk mendukung implementasi industri 4.0 dengan tetap mengacu kepada visi menjadi pusat unggulan untuk litbang teknologi dan layanan teknis di bidang industri hijau,” kata Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara di Jakarta belum lama ini.
Ngakan menegaskan, upaya yang dilakukan BBTPPI Semarang sejalan dengan program prioritas Making Indonesia 4.0, yang salah satu poinnya adalah mengakomodasi standar-standar keberlanjutan. “Misalnya memastikan pelaku usaha di era industri 4.0 berwawasan industri hijau,” tuturnya.
Menurut Kepala BPPI, industri hijau adalah sebuah konsep yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh pelaku usaha, yaitu dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. “Jadi, salah satu esensi dari industri 4.0 adalah industri yang ramah lingkungan dan sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs),” tegasnya.
Ngakan mengapresiasi hasil riset BBTPPI Semarang yang dapat dimanfaatkan untuk mengelola limbah cair dan gas yang dikeluarkan oleh industri. Alat tersebut dibuat untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
“Jadi, Ini bisa meminimalkan hasil samping dari industri, terutama dalam penggunaan air. Karena industri tertentu sangat berkaitan erat dengan air limbah yang dihasilkan, maka air yang keluar harus memenuhi baku mutu lingkungan,” paparnya.
Ngakan pun berharap, air bersih yang dihasilkan dari pengolahan ozonasi katalitik bisa dimanfaatkan kembali oleh industri yang menghasilkannya. “Sehingga alat ini mempunyai fungsi untuk mengurangi pemborosan air dan pencemaran air. Karena air bersih sangat berharga, kalau industri bisa menghemat air, itu akan sangat bagus,” imbuhnya.
Kemenperin berencana menerapkan alat tersebut di industri tekstil yang ada di sekitar sungai Citarum, Jawa Barat. “Kami akan ajak mereka untuk bekerjasama. Tetapi sebelum itu, alat ini dapat dipatenkan terlebih dahulu, termasuk alat Real Time Emission Monitoring,” ujar Ngakan.
Kepala BBTPPI Semarang Ali Murtopo Simbolon menjelaskan, keunggulan Real Time Emission Monitoring adalah sistem yang terpadu dan terintegrasi berbasis web untuk monitoring udara dari cerobong unit produksi dengan basis monitoring teknologi sensor electrochemical dan evaluasi buangan udara pada industri.
“Konsep monitoring dan analisis gas buang yang terintegrasi merupakan langkah berbasis Internet of Things (IoT) yang dikembangkan BBTPPI, dengan sebuah objek (sensor electrochemical) mentransfer data lewat jaringan melalui dashboard berbasis web, tanpa memerlukan adanya interaksi dari manusia ke manusia ataupun dari manusia ke perangkat komputer,” terangnya.
Selanjutnya, hasil litbang unggulan Teknologi Ozonasi Katalitik juga menawarkan berbagai kelebihan untuk pengembangan teknologi penggunaan ulang (reuse) air limbah industri. “Dengan adanya teknologi ini, air limbah industri yang umumnya dibuang ke selokan atau sungai, kini bisa diolah lebih efisien dan ramah lingkungan jika air limbah di-reuse menjadi air proses atau air bersih untuk digunakan kembali,” ungkap Ali.
Keunggulan lain yang dimiliki Teknologi Ozonasi Katalitik adalah hemat energi. Bahkan, dari sisi biaya, teknologi ozonasi katalitik dapat mengeluarkan biaya yang lebih hemat. “Dengan berbagai keistimewaan itu, BBTPPI optimistis air limbah industri yang ada di Indonesia dapat diolah dan digunakan kembali sebagai air proses atau air bersih menggunakan ozonasi katalitik. Dengan demikian, teknologi ini dapat menjadi solusi alternatif terhadap pengolahan limbah ramah lingkungan,” tandasnya.(wn)