JAKARTA (IndoTelko) - Layanan Video on Demand (VoD) besutan Singtel, Sony Pictures Television, dan Warner Bros Entertainment dikabarkan akan menghentikan operasinya tak lama lagi karena kesulitan pendanaan.
Hal itu diungkap Straitstimes pada (27/3), dalam artikel dengan judul "Singtel's video streaming service Hooq in liquidation".
Dinyatakan pada 13 April mendatang akan digelar rapat pemegang saham dengan kreditur. Hooq telah menunjuk Lim Siew Soo dan Brendon Yeo Sau Jin dan beberapa likuidator sementara untuk mengawasi operasi yang sedang berlangsung dalam periode sementara.
Sejak beroperasi lima tahun lalu, Hooq rupanya tidak dapat tumbuh secara memadai untuk memberikan pengembalian berkelanjutan atau menutupi biaya konten yang meningkat dan biaya operasi platform yang berkelanjutan.
Indonesia
Secara terpisah, Country Head Hooq Indonesia Guntur S Siboro kala dikonfirmasi IndoTelko mengakui situasi bisnis secara keseluruhan memang berat.
"Kondisinya pemegang saham nyerah untuk long term investment di Over The Top (OTT) sementara model bisnisnya belum ada proven," katanya dalam pesan singkat ke IndoTelko, kemarin.
Diungkapkannya, sebenarnya HOOQ Indonesia paling mantap performansinya di antara wilayah operasional lainnya."Tapi pemegang saham harus mikirin semua investasinya. Maju terus atau cut loss, itu pilihannya. Sepertinya Covid-19 menjadi last blow karena bisnis diprediksi baru rebound 1-2 tahun lagi. Apalagi dengan Dollar AS yang ngamuk seperti sekarang bisnis yang biayanya dalam dollar AS bisa ngos-ngosan sementara naikin harga dalam situasi sekarang pasti tidak mungkin," keluhnya.
Ditambahkannya, proses likuidasi di Singapura perlu 2-3 minggu. "Jadi kalau tidak ada solusi dalam waktu 2-3 minggu maka operasi di Indonesia akan di-shutdown di pertengahan April," katanya.(id)