JAKARTA (IndoTelko) - Melon (TelkomGroup), sebagai game publisher, bersama Anantarupa Studios, sebagai game developer lokal, menghadirkan Lokapala, game Esports pertama dari Indonesia pada Mei lalu.
Pilihan Melon untuk bermitra dengan Anantarupa didasari karena adanya keyakinan bahwa Lokapala dapat membawa dampak yang positif pada sektor game lokal dan sektor lainnya, sehingga dapat mendukung ekonomi nasional, serta dapat memperkenalkan kembali nilai-nilai budaya melalui tokoh-tokoh historis dan mitologi kepada generasi muda.
“Lokapala adalah game bergenre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) dan merupakan game Esports lokal pertama di Indonesia yang akan menjadi kebanggaan bagi developer lokal,” ungkap CEO Melon Indonesia Dedi Suherman.
Anantarupa Studios sendiri merupakan game developer yang sudah selama sembilan tahun bergelut di industri game lokal. Dengan latar belakang nilai-nilai budaya dan historis nusantara, Anantarupa menyematkan filosofi tersendiri mengenai istilah ‘Lokapala’, yakni ‘Guardian of Realms’ yang dihadirkan melalui penciptaan tokoh-tokoh historis maupun mitologi di dalam game ini.
“Lokapala hadir untuk membantu industri kreatif agar kembali berkembang dengan menghadirkan budaya Indonesia kepada anak-anak muda. Kami ingin mempromosikan positif gaming culture karena selama ini gaming diasosiasikan dengan kesan yang tidak baik,” tambah CEO Anantarupa Ivan Chen.
Hadirnya Lokapala menawarkan sebuah jawaban atas tantangan itu, bahwa Indonesia bukan hanya sebagai target market saja, namun Indonesia juga bisa bangkit dan menghadirkan game Esports yang siap bersaing di kancah global, yang diharapkan mampu menggenjot ekspor di sektor ini dan berkontribusi bagi devisa negara.
Namun, perjuangan ini juga membutuhkan dukungan dari banyak pihak untuk memberikan kontribusi positif bagi pengembangan Lokapala hingga menjadi game yang layak dan dapat bersaing dengan game-game lain di tingkat global. Lokapala diharapkan dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mampu berkompetisi dengan game asing di pasar global, juga menjadi momentum perkembangan industri game di Indonesia.
Nilai industri Esports global di tahun 2019 sebesar Rp16 triliun, hampir sama dengan nilai market industri game Indonesia. Sayangnya, masih banyak yang salah kaprah mengenai bagaimana kita melihat industri Esports ini.
Berkaca dari keberhasilan Esports, memang tak sedikit pihak yang turut terjun ke dalam tren ini, terbukti dari semakin merebaknya penyelenggaraan acara Esports maupun jumlah tim Esports profesional (pro-team) lokal. Padahal di dalam ekosistem Esports, komoditas utamanya bukan pada kedua hal itu, melainkan game itu sendiri. Tanpa game, ekosistem Esports tidak akan berkembang sebesar dan sesubur ini. Tetapi nilai industri Esports global yang disebutkan di atas hanya menjadi sebuah puncak gunung es dari sebuah industri raksasa yaitu industri game, yang berhasil membukukan transaksi senilai Rp1.700 triliun di tahun 2019. Bahkan, nilai industri game global ini mencapai 140% lebih besar dari industri film.
Di beberapa negara seperti Jepang, Tiongkok, dan Korea, game adalah komoditas utama dan terbesar yang termasuk dalam ekspor budaya (cultural exports). Di Korea misalnya, dari tahun 2012 hingga 2017, ekspor game Korea mencapai 1.100% lebih besar daripada K-Pop dan 13.000% lebih besar daripada ekspor film Korea. Dukungan pada industri game online dalam negeri terbukti sudah tidak bisa ditunda lagi, harus dimulai sebelum semakin tergilas dengan keberadaan game-game online asing di Indonesia.(wn)