In-app education library, untuk membantu bidan dalam melakukan edukasi pasien dengan cara yang lebih interaktif. Fitur ini dikembangkan berdasarkan fakta bahwa bidan memiliki peran penting dalam mengedukasi pasien. Sehingga, materi edukasi yang interaktif akan membantu pasien memahaminya lebih baik.
Lebih lanjut, aplikasi Bidanku merupakan bentuk dukungan Halodoc pada program Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024 yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu. Farzikha Indrabhaskara Soerono, Chief of Product Officer Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan RI, mengatakan jika tantangan terbesar dalam strategi transformasi digital di sektor kesehatan adalah pengumpulan data primer masyarakat. Di daerah, data kelahiran bayi masih sangat lambat, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk datanya bisa terekam di puskesmas.
"Padahal dari data-data ini kita bisa mengetahui risiko anak yang mengalami gizi buruk, misalnya. Sehingga, melalui platform digital ini, diharapkan akan memperluas jangkauan secara cepat dan di tengah pandemi, platform digital terbukti menjadi katalisator percepatan layanan kesehatan di Indonesia. Namun, transformasi digital tidak berhenti disini. Mimpi besar kita semua adalah kedepannya masyarakat bisa punya akses ke personal health record, bahkan sebelum ibu hamil, sehingga mereka lebih paham dengan risiko, menentukan tindakan preventif, harapannya, bayi bisa lahir dengan baik dan progres kesehatannya bisa terus dipantau," kata Farzikha.
Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes., Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) juga turut mengungkapkan pentingnya implementasi teknologi kesehatan dalam mendukung kualitas bidan guna mewujudkan Indonesia Sehat 2045. Dia mengatakan jika bidan menjadi profesi yang unik dan spesifik dalam membangun generasi yang berkualitas karena bidan bisa fokus pada kesehatan reproduksi perempuan, perencanaan keluarga, hingga kesehatan bayi dan balita. Bidan menjadi tenaga kesehatan yang strategis karena berada di tengah masyarakat dan mereka menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, apalagi sebagian besar bidan di Indonesia berada di daerah terpencil. Sehingga, peran bidan menjadi sangat penting.
"Saya menyambut baik adanya platform digital yang mempermudah tugas bidan dalam menjangkau sasaran. Di Indonesia sendiri, tercatat ada 5,5 juta ibu hamil dan 80% diantaranya dipantau oleh bidan. Platform digital akan mempermudah tugas bidan, memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan secara realtime," kata Emi.
Sementara itu, bidan juga dinilai memiliki peran penting dalam membantu fokus pemerintah mengentaskan stunting di Indonesia. Data Litbang Kemenkes menyebut Indonesia masih memiliki prevalensi stunting pada anak sebesar 30%.
dr. Hasto Wardoyo, SpOG(K), Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, mengatakan, di Indonesia, ada sekitar 74.000 desa, sehingga bidan memiliki kekuatan yang luar biasa. Bidan menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan karena jumlahnya besar, mereka memiliki izin untuk antenatal care, edukasi terkait KB, memantau kondisi sampai ibu hingga melahirkan. Hanya bidan yang bisa mengambil peran itu karena mereka sangat dekat dengan masyarakat, bahkan dokter sekalipun masih sangat terbatas untuk bisa menjangkau masyarakat di daerah.
"Sistem layanan kesehatan daerah perlu dibangun dengan lebih kuat, terutama dengan peran teknologi. Sehingga, apabila ada stressor seperti pandemi, pelayanan kesehatan di daerah akan lebih mampu merespon. Saya juga sangat mendukung serta mengucapkan selamat atas peluncuran aplikasi Bidanku untuk bidan bangsa, bidan kita semua," kata Hasto.
Kedepannya, keberadaan telehealth diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat. Aplikasi Bidanku ini akan semakin memperkuat ekosistem teknologi Halodoc yang sudah ada saat ini yaitu untuk menyederhanakan akses kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (SAR)