JAKARTA (IndoTelko) -- Di tengah terbukanya peluang untuk melakukan hal-hal baru di era digital, persaingan untuk menjadi yang paling inovatif dan paling produktif adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi setiap orang, tak terkecuali mereka yang berada di industri gaming. Menanggapi isu produktivitas di era yang disruptif ini, UNITY mengundang Marketing Coordinator Fantech Indonesia Robby Arianto, Manajer Tim Nasional PUBGM Indonesia Isfan Satria Wijaya, dan Chief Growth Officer RevivaLTV Irliansyah Wijanarko sebagai pembicara.
Tantangan-Tantangan Produktivitas di Era yang Disruptif
Bahasan soal produktivitas tak lepas dari kaitannya dengan tantangan soal fleksibilitas waktu. Isfan dalam pemaparannya menyebutkan bahwa di industri gaming, hampir semua hal dilakukan di luar “jam kantor”.
“Baik dari tim esports, media gaming, korporat dan brand gaming, pasti ngerti bahwa kita harus stand by 24/7. Ini hitungannya tantangan lho karena kita enggak bekerja dengan jam kerja konvensional. Industri gaming ini lebih ke arah entertainment, hampir semua turnamen itu di weekend dan Anda harus mengorbankan weekend anda,” ujar Isfan.
Dalam hal meningkatkan produktivitas, penting untuk mengetahui dan memanfaatkan sebaik-baiknya modal yang dimiliki. Irliansyah atau yang akrab disapa Irlie menjelaskan bahwa modal sekecil apapun tak menjadi penghalang jika tahu memanfaatkannya dan mengembangkannya dengan cara yang tepat.
“Tadi ada yang tanya di komentar, gimana kalau mau jadi streamer tapi modal HP doang? Sebenarnya kalau dipikir enggak mungkin karena enggak cukup untuk menghibur kalau pakai HP doang. Seminimalnya yang bisa kalian manfaatkan dari HP itu adalah kalian bisa riset, apakah gue bisa bikin video TikTok, gue pakai HP itu untuk nambah exposure dan modal gue, baru pelan-pelan upgrade sampai punya hardware yang memadai untuk streaming,” terang Irlie.
Potensi karier dan bisnis di industri gaming amatlah luas. Tidak hanya berasal dari industri atlet profesional dan tim-tim esports profesional, tetapi juga berkaitan erat dengan industri lain penunjang aktivitas gaming misalnya media gaming seperti RevivaLTV dan industri peripheral equipment seperti Fantech. Industri-industri kerap berkolaborasi untuk menghadapi beragam tantangan yang berasal dari perubahan-perubahan di era digital.
“Penetrasi gaming di Indonesia aja baru 30-50%, tapi pekerjaan apapun yang bisa kita bayangkan, yang 10 tahun lalu enggak ada, itu bisa terjadi di industri ini. Industrinya besar banget, ekosistemnya besar banget, dan semua itu perlu bersinergi untuk mencapai hal yang lebih besar lagi,” ujar Robby. (sar)