Cisco ungkap cara bank ritel bisa sukses di era digital

14:04:40 | 01 Jun 2016
Cisco ungkap cara bank ritel bisa sukses di era digital
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Cisco memprediksi bank ritel bisa meraih US$ 405,3 miliar dari Digital Value at Stake (VAS) dalam kurun waktu 2015-2017.

VAS adalah sebuah pengukuran keuntungan dan kerugian pada sektor keuangan yang didasarkan pada dua komponen yakni sumber pendapatan baru yang didapat dari investasi dan inovasi digital, dan pergantian nilai di antara pemain dalam industri berdasarkan bagaimana kapabilitas digital yang mereka miliki bisa membantu mereka mencuri peluang pendapatan dari kompetitor.

Sebelumnya, di tahun 2015 sektor layanan keuangan secara keseluruhan hanya mampu mencapai 29%  dari peluang pendapatan tersebut. Selain lambatnya pertumbuhan dan inovasi, lemahnya cybersecurity juga menjadi kendala besar.

Persoalan terkait cybersecurity telah menghambat bank ritel dalam mengadopsi teknologi dan model bisnis digital. Hal ini menyebabkan mereka kehilangan lebih dari 70% peluang pendapatan tersebut.

Mempertimbangkan persoalan cybersecurity, ditambah dengan adanya disruptor fintech yang tangkas, permintaan konsumen akan produk dan layanan digital, serta peraturan yang kompleks – bagaimana bank ritel dapat bersaing dan mengambil peluang pendapatan ini? Sebagai segmen terbesar dalam sektor layanan keuangan, bagaimana mereka bisa mengambil bagian mereka?

Dalam penelitian terbaru Cisco bertajuk “Roadmap Digital Value di Industri Bank Ritel” mengungkapkan Digital Value at Stake (VaS) untuk bank ritel – juga menggambarkan roadmap atau peta jalan untuk pencapaian value tersebut.

Studi ini memaparkan penggunaan solusi digital yang mendorong nilai atau pendapatan dan pengembalian investasi tercepat pada bank ritel. Dengan investasi teknologi yang tepat seperti  analytic, mobility, video, dan model pengiriman tervirtualisasi atau virtualized delivery model – dan dengan perencanaan navigasi risiko keamanan – bank ritel dapat menciptakan sebuah blueprint untuk menangkap bagian dari ratusan dari miliaran di Digital Value at Stake.

“Kemampuan teknologi digital dalam menciptakan dan mendorong peluang pendapatan, digabung dengan kemampuan untuk menurunkan biaya operasional melalui proses bisnis yang terdigitalisasi, akan menciptakan peluang yang menggiurkan,” kata Director of Financial Services Cisco’s Business Transformation Group Jason Bettinger, dalam keterangan resminya.

Roadmap Digital Value

Dalam roadmap yang dibuatnya, Cisco menyarankan Bank Ritel harus mempercepat Digitalisasi atau Berisiko Punah karena Startup berbasis “fintech” telah menjadi disruptor bagi bank ritel karena mampu menawarkan produk dan layanan keuangan secara terpisah.

Dengan pemisahan ini, Fintech bisa mencuri sebagian pendapatan sektor perbankan yang sangat profitable, tanpa mengalami hambatan-hambatan seperti yang dihadapi oleh bankfull-service.

Startup-startup ‘fintech’ ini telah mendigitalisasi penawaran atau layanan mereka. Bank Ritel yang gagal melakukan transformasi digital akan tersingkir dari bisnis.

Berdasarkan data tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Global Center for Digital Business Transformation (DBT Center), sebuah inisiatif dari IMD Business School dan Cisco, 4 dari 10 bank ritel akan tersingkir akibat disrupsi digital dalam 3 tahun mendatang.

Namun, hanya 27%  yang melakukan pendekatan proaktif dengan mengubah bisnis mereka sendiri. Riset Cisco ini mengidentifikasi penggunaan solusi digital pada industri bank ritel yang mendorong lebih dari 90%  dari US $405,3 miliar peluang pendapatan.

Solusi digital ini termasuk video advice, transformasi tenaga kerja, mobile payment, teller virtual, konsultasi berbasis informasi, layanan white-label, iklan yang terhubung atau connected ad, pemasaran, dan banyak lagi. Namun, apakah elemen pokok dari seluruh penggunaan solusi digital tersebut?   

Dalam roadmap juga dinyatakan lemahnya Cybersecurity memperlambat Inovasi Digital di Bank Ritel, meskipun ada peluang yang menggiurkan dan tekanan kompetitif yang datang bersama transformasi digital, bank ritel ternyata masih lambat dalam adopsi digital.

Studi terbaru dari Cisco, meneliti 1,014 senior eksekutif di bagian keuangan dan berbagai lini bisnis secara global dan menemukan sebanyak 71% dari mereka setuju bahwa risiko dan ancaman cybersecurity menghambat inovasi digital pada organisasi mereka.

Sementara 39% lainnya mengatakan bahwa inisiatif mereka terhenti karena masalah cybersecurity ini. Sebanyak 60%  responden mengaku organisasi mereka menolak inovasi, seperti menciptakan produk dan layanan digital, karena takut akan risiko cybersecurity.

Inisiatif digital seperti kapabilitas omnichannel, wealth management dan asset transfer, mobile banking dan mobile payment, serta self-service model dan virtualized delivery model, juga tertunda. Analisis ekonomi Cisco memperkirakan jika bank ritel tidak melakukan digitalisasi, bank ritel telah kehilangan US$ 144 miliar  secara global dalam kurun waktu dari tahun 2011 sampai tahun 2015.

Intinya, persoalan cybersecurity tidak seharusnya menjadi penghambat inovasi digital. Bank Ritel bisa mengubah cybersecurity dari sebuah ancaman menjadi aset yang dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan, serta mendukung inovasi dan pertumbuhan. Seluruh solusi digital ini tergantung pada pondasi cybersecurity yang kuat.

“Dengan mengevaluasi, mengadaptasi, serta mengkombinasikan penggunaan solusi digital yang tepat, dan melakukannya secara aman, bank ritel bisa mendapat Value at Stake serta menjadi lebih tangkas dan kompetitif. Dengan melakukan inovasi dan mendorong penciptaan produk dan layanan baru untuk pasar, mereka bisa menjadi disruptor baru,” kata Bettinger.(wn)

Artikel Terkait