telkomsel halo

Tri Masih Menggeliat

15:00:59 | 30 Nov 2013
Tri Masih Menggeliat
Ilustrasi (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Seperti terlupakan. Inilah ungkapan yang tepat diberikan ke PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) hingga triwulan ketiga 2013 di kancah kompetisi seluler nasional.

Sempat dilirik publik kala  Grup Trinugraha yang dikomandoi oleh Garibaldi Thohir mengakuisisi 35% saham milik Charoen Popkhand Group (CP) sebagai salah satu pemegang saham di Tri pada awal 2013, namun setelah itu kembali dilupakan.

Pamor Tri kian meredup di media massa usai XL Axiata mengumumkan ingin mengakuisisi Axis pada medio tahun ini. Wacana yang digulirkan para analis seolah-olah melupakan keberadaan Tri di kancah industri seluler.

Para analis beranggapan Indonesia hanya membutuhkan empat operator yakni terdiri atas tiga pemain berbasis global system for mobile communication (GSM) dan satu Code Division Multiple Access (CDMA).

Opini ini tentu memojokkan Tri yang seolah-olah secara halus dipaksa untuk berkonsolidasi dengan salah satu dua besar (Telkomsel atau Indosat) agar selamat dalam persaingan.

“Kami memiliki komitmen jangka panjang untuk membangun dan memberikan layanan telekomunikasi di Indonesia dalam jangka panjang. Saat ini belum berencana untuk mengakuisisi operator lain guna meningkatkan aset,” tegas Wakil Presiden Komisaris Tri Erick Thohir belum lama ini.

Empat Besar
Presiden Direktur Tri Indonesia Manjot Mann mengatakan saat ini Tri telah tumbuh menjadi empat besar di indonesia, sedangkan dari sisi infrastruktur 3G menduduki posisi kedua.

“Indonesia adalah pasar yang sangat besar, penduduknya saja 250 juta. Pasar telekomunikasinya tumbuh 9,2% per tahun. Semua angka itu menyatakan pasar di Indonesia bisa menampung tidak hanya tiga besar, tetapi juga bisa empat besar. Akhir 2013 kami pasang target menguasai 13% market share " tambahnya.
   
Menurutnya, Tri merupakan satu-satunya provider yang berinovasi melalui ekosistemnya yang saling melengkapi, dimulai dari kecepatan dan jaringan 42 Mbps, untuk menikmati internet dengan menggunakan perangkat MiFi (mobile WiFi) berkecepatan tinggi, lalu AlwaysOn, yang menjamin pelanggan akan tetap dapat ber-Internet dengan kecepatan tinggi meskipun pulsa dan kuota dalam kondisi Nol.

Perseroan mengklaim memiliki 30.000 BTS, dengan sekitar 14.000 BTS berteknologi Node B (3G). Sekitar 70% BTS node B memiliki kapasitas hingga 42 Megabit per second (Mbps).

Perusahaan juga mengklaim jaringan 3G telah mencakup 150 kota di Indonesia dengan jumlah pengguna mencapai 26 juta pelanggan yang tersebar di 24 provinsi di Tanah Air, di mana 65% terbiasa dengan layanan data yang kontribusi ke omzet sekitar 50%.

“Kami akan memacu pasar data dengan komunikasi pemasaran yang inovatif. Pasar data ini menjanjikan karena diprediksi tumbuh 30% pada tahun depan.Saat ini pertumbuhan industri, sekitar 60% didorong oleh layanan data," kata Mann.

Tambahan Frekuensi
Lebih lanjut Erick mengharapkan, pemerintah melihat komitmen yang ditunjukkan Tri selama ini dengan menambah alokasi frekuensi.

"Saat ini sedang ada proses akuisisi operator lain. Itu akan menyebabkan kelebihan spektrum dan belum tentu terpakai. Sementara untuk bersaing, kami harus memiliki spektrum lebih besar. Percuma investasi besar-besaran, tetapi spektrumnya kecil. Namun saya tidak ingin menantang pemerintah soal spektrum itu," ujarnya.

Director Intercarrier & Goverment Relation Tri Indonesia  Chandra Aden mengungkapkan, pihaknya telah mengajukan surat kepada regulator pada Oktober lalu untuk dilakukan rebalancing frekuensi agar lebih adil dalam pengalokasian.

"Di frekuensi 2.100 MHz dan 1.800 MHz, kami masing-masing mempunya 10 MHz. Padahal selama enam tahun ini kami agresif membangun infrastruktur. Namun spektrum yang kami miliki paling sedikit. Untuk itu kami minta pemerintah tinjau ulang di 1.800 MHz supaya pembagian frekuensi lebih adil," kata Pria yang akrab disapa Dicky ini.

Sekadar diketahui, saat ini terdapat lima operator berbasis teknologi GSM yang bermain di frekuensi mobile broadband. Lima operator itu adalah Telkomsel, Indosat, XL, Axis, dan Tri.

Frekuensi yang digunakan adalah 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2,1 GHz. Ketiga spektrum ini menyediakan bandwiitdh 2 x160 Mhz. Frekuensi 900 MHz diposisikan sebagai coverage band, sementara 1.800 MHz dan 2,1 GHz sebagai capacity band.

Posisi frekuensi yang dimiliki kelima operator itu dalam menyelenggarakan mobile broadband saat ini adalah Telkomsel sebesar 7,5 MHz di pita 900 MHz, 22,5 MHz di 1800 MHz, dan 15 MHz di 2,1 GHz.

Indosat sebesar 10 MHz di 900 MHz, 20 MHz di 1800 MHz, dan 10 MHz di 2,1 GHz. XL sebesar 7,5 MHz di 900 MHz dan 1.800 MHz, dan 15 MHz di 2,1 GHz.
Sementara Tri memiliki 10 MHz di 1800 MHz dan 2,1 Ghz. Axis 15 Mhz di 1.800 Mhz dan 10 MHz di 2,1 GHz.

Dari data tersebut terlihat alokasi spektrum untuk menggelar mobile broadband tak berimbang. Komposisi yang ada sekarang, terdapat operator yang hanya mempunyai capacity band, tetapi ada juga yang memiliki capacity dan coverage band sekaligus
 
Ngototnya Tri meminta tambahan alokasi frekuensi di 1.800 MHz dapat dipahami karena spektrum tersebut paling ideal untuk menjalankan Long Term Evolution (LTE) dalam waktu dekat. Apalagi, node B dari Tri sudah mendukung teknologi LTE.

Secara terpisah, Anggota komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) M Ridwan Effendi mengakui  ada permintaan tambahan spektrum sebesar 5 MHz di 1.800 MHz dari Tri sebagai kompensasi pengambilan spektrumnya pada 2007.

GCG BUMN
“Dulu kan diambil karena Tri mendapat lisensi di 2.100 MHz, namun kala itu tidak kunjung membangun infrastruktur jaringan. Sehingga ketika modern licensing diberlakukan, pemerintah mengambil sebagian spektrum Tri. Sekarang kita tunggu dulu keputusan terkait kepemilikan frekuensi untuk XL-Axis. Jika ada yang ditarik, dilelang kembali,” jelasnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories