JAKARTA (indotelko) – PT Indosat Tbk (Indosat) mengincar bisa meraih pendapatan sekitar Rp 22 triliun – Rp 22.42 triliun pada akhir 2012.
“Kita optimistis bisa tumbuh sama dengan industri setelah hingga kuartal tiga kinerja membaik. Jika industri tumbuh 7-9%, kita akan samai,” ungkap Presiden Direktur dan CEO Indosat Alexander Rusli di Jakarta, kemarin.
Berdasarkan catatan, sepanjang pendapatan usaha sepanjang 2011 tercatat naik tipis sebesar 3,9% menjadi Rp 20,57 triliun.
Jika anak usaha Qatar Telecom (Qtel) ini memperkirakan omzet tumbuh 7-9%, hal ini berarti dibukukan sekitar Rp 22 triliun- 22.42 triliun pada akhir 2012.
Indosat membukukan laba bersih tahun buku 2011 sebesar Rp 835 miliar atau naik 29% dari keuntungan bersih pada 2010 sebesar Rp 647,2 miliar.
Hingga triwulan III-2012, Indosat berhasil meraih pendapatan sebesar Rp 16.509 triliun atau naik 7,6% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 15.349 triliun.
Dijelaskannya, untuk sisi kinerja dari operasional Indosat sudah membaik. Hal yang menjadi tantangan adalah di sisi bottom line, terutama masalah hutang perseroan yang besar dan kebanyakan di mata uang dollar AS.
“Tantangannya di bottom line, debt to EBIT dari Indosat ini lumayan tinggi . Kami punya hutang dalam dollar AS lumayan besar. Kalau cash flow sudah bisa membayar hutang, apalagi tahun depan itu tidak ada hal yang urgent terkait pembayaran hutang,” ungkapnya.
Pun demikian, lanjutnya, manajemen tengah mengaji untuk mengelola hutang lebih baik. Misalnya, mentransfer hutang dalam bentuk dollar AS menjadi Rupiah atau melakukan lindung nilai lebih besar.
“Tetapi ini tidak mudah. Biayanya besar untuk setiap aksi itu. Karena itu perlu kajian mendalam,” jelasnya.
Hingga triwulan III-2012, total hutang yang dimiliki Indosat sebesar Rp 21.847 triliun . Indosat menyatakan utang jatuh tempo perusahaan tersebut pada 2012 mencapai Rp 3,3 triliun , terdiri atas utang dalam mata uang dollar AS sebesar Rp 2,02 triliun dan dalam mata uang rupiah sebesar Rp 1,28 triliun.
Utang terbesar jatuh tempo perseroan mencapai Rp 5,99 triliun pada 2014 dan pada 2013 mencapai Rp 3,82 triliun.(ak)