telkomsel halo

Laba Indosat Dihantam Rugi Kurs

11:01:32 | 05 Mar 2013
Laba Indosat Dihantam Rugi Kurs
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA  (IndoTelko) –Keuntungan yang diraih  PT Indosat Tbk (Indosat) selama 2012 dihantam sejumlah faktor yang berujung anjloknya pertumbuhan bottom line di kisaran 52,5%.

Anak usaha Qatar Telecom (Qtel) ini selama 2012  membukukan keuntungan sebesar Rp  417,4 miliar selama 2012 atau turun 52,5% dibandingkan periode 2011 sebesar Rp 879,7 miliar.  

Dalam bahan presentasi ke analis dan investor, Indosat mengungkapkan terdapat tiga hal yang memicu penurunan laba perseroan selama periode 2012  yakni rugi kurs (forex loss), biaya percepatan depresiasi, dan gain transaksi penjualan 2.500 menara ke Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

Tercatat, Indosat selama 2012 mengalami forex loss sebesar Rp 695 miliar,  perubahan depresiasi Rp 1.257 triliun.

Sementara dampak dari penangguhan keuntungan karena transaksi penjualan menara ke TBIG ke laba bersih sebesar Rp 723 miliar. Padahal   gain dari transaksi menara sebesar Rp  2.187 triliun, angka yang bisa langsung diakui  sebesar  Rp 1.125 triliun, sisanya dianggap keuntungan tertunda sebesar Rp 1.062 triliun.  

Pencatatan penangguhan ini sesuai standar akuntansi karena keuntungan akan diakui selama periode sewa. Pasalnya,  slot tower dijual, tetapi kemudian disewa kembali (lease back) oleh Indosat.

Pada Triwulan III-2012, perusahaan mengakui sementara laba sebesar Rp  2.187 triliun  yang timbul akibat transaksi penjualan dan sewa kembali 2.500 menara telekomunikasi.

Perseroan juga  selama 2012 menanggung beban usaha sebesar Rp 19.507 triliun   atau naik 11,5% dibandingkan 2011 sebesar Rp  17.497  triliun.

Sedangkan Earning Before Interest tax Depreciation and Amortization (EBITDA) pada 2012 sebesar Rp 10.574 triliun  atau naik 10,2% dibandingkan 2011 sebesar  Rp 9.591 triliun.

Perseroan mengalami penurunan EBITDA margin tipis yakni dari 46,6% di 2011 menjadi 46,5%  di 2012.

Total hutang yang dimiliki perseroan sepanjang 2012 adalah Rp 21.988 triliun  atau turun 6,1% dibandingkan 2011 sebesar Rp 23.405 triliun.
Pada 2013 Indosat memiliki total hutang jatuh tempo sekitar Rp 4.01 triliun dimana Rp 2.68 triliun  dalam bentuk dollar AS dan Rp 1.33 triliun  dalam bentuk rupiah.

Topline
"Kami senang dengan pencapaian 2012, dimana ada peningkatan dalam kinerja keuangan dan operasional. Kedepannya, kami akan mempersiapkan diri untuk menghadapi lingkungan industri yang lebih menantang namun menjanjikan di tahun 2013, terutama dalam menangkap peluang pertumbuhan data," ungkap Presiden Direktur dan CEO Indosat Alexander Rusli dalam keterangan tertulisnya.
 
Menurutnya, secara topline perseroan  pada 2012 berhasil mendapatkan pendapatan usaha sebesar Rp 22.718 triliun atau naik 10,4% dibandingkan periode sama 2011 sebesar Rp 20,576 triliun .

"Secara pendapatan kinerja kami sangat bagus. Bahkan jika dilihat kuartal III-2012 ke kuartal IV-2012 itu ada peningkatan 18,8% yakni dari Rp 5.227 triliun ke Rp 6.209 triliun ," jelasnya.

Penopang pendapatan perseroan masih dari bisnis seluler yakni sebesar Rp 18.762 triliun di periode 2012 atau tumbuh 12% dibandingkan 2011 sebesar Rp 16.75 triliun.

Jumlah pelanggan seluler perseroan sebanyak 58,5 juta nomor naik 13,1%  dibandingkan 2011 sebesar 51,7 juta nomor.
Selama tahun 2012, seluruh layanan seluler Indosat ditangani sebanyak 21.930 BTS terdiri atas 17.334 BTS 2G, dan 4.596 BTS 3G (nodeB).

Penopang pendapatan lainnya dari   nonseluler yang tumbuh 3,4%  dari Rp3,83 triliun menjadi Rp3,96 triliun.

Pada tahun 2012 perusahaan juga mampu meningkatkan pendapatan Data Tetap (MIDI) yang dipicu kenaikan penerimaan dari proyek e-KTP, sewa transponder satelit Palapa-D, dan proyek-proyek lainnya.

Adapun pendapatan layanan telepon tetap (Telekomunikasi Tetap) mengalami penurunan karena merosotnya pendapatan layanan Sambungan Langsung Internasional (SLI) akibat turunnya tarif dan trafik, serta penurunan pendapatan layanan telepon tetap nirkabel (FWA) dikarenakan penurunan jumlah pelanggan FWA.
 
Di akhir 2012 perseroan memiliki Free Cash Flow sebesar Rp 4.322 triliun yang bisa digunakan untuk menopang belanja modal 2013.
Belanja modal sepanjang 2012 adalah sebesar Rp 6.299 triliun   naik 4%  dibandingkan 2011 sebesar Rp 6.058 triliun. Sedangkan untuk 2013, alokasi belanja modal sekitar Rp 8 triliun atau naik 10% disbanding 2012.
 
Pada 2013 perseroan menetapkan pertumbuhan pendapatan terkonsolidasi sama dengan industri yakni di kisaran 7-8% dengan EBITDA margin di kisaran 40%.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories