Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (Indosat) diperkirakan resmi hengkang dari New York Stock Exchange (NYSE) pada Juli 2013.
“Kami sudah kirim surat ke NYSE dan otoritas bursa di Amerika Serikat (AS). Biasanya itu butuh waktu 90 hari untuk keluar secara resmi. Jadi, kita perkirakan pada Juli nanti sudah keluar dari sana,” ungkap Chief Financial Officer Indosat Stefan Carlsson di Jakarta, kemarin.
Dijelaskannya, walau perseroan sudah tidak tercatat di papan bursa NYSE, namun sesuai aturan harus mematuhi semua azas kepatuhan yang berlaku di NYSE. "Itu sesuai aturan di US Securities and Exchange Commission (SEC). Jadi, hingga setahun ke depan masalah kepatuhan tidak ada perubahan," jelasnya.
Menurutnya, langkah perseroan untuk keluar dari NYSE karena volume transaksi dan saham yang beredar di bursa tidak makin besar tetapi terus menurun. “Ini bukan masalah perusahaan asal Indonesia tidak menarik di mata investor Amerika Serikat. Tetapi mereka berfikir, jika memang harus investasi langsung saja ke bursa Indonesia,” jelasnya.
Diperkirakannya, nantinya investor yang telah memegang saham Indosat bisa saja mengkonversi dengan saham yang ada di bursa Indonesia. “Rasanya bisa saja itu terjadi,”katanya.
Presiden Direktur dan CEO Indosat Alexander Rusli menambahkan perseroan telah menerima surat dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 17 April 2013 dimana isinya meminta perseroan utnuk mempertimbangkan rencana penghapusan pencatatan saham di NYSE karena kondisi penurunan performa saham di bursa itu sejak 2009.
“Alasan lainnya biaya yang dikeluarkan dalam rangka kepatuhan (compliance cost) dan kewajiban-kewajiban yang timbul sehubungan dengan pencatatan lumayan besar, serta hukum pasar modal dan peraturan NYSE yang berlaku," jelasnya.
Berdasarkan catatan, compliance cost untuk di NYSE sekitar US$ 5 juta- US$ 6 juta per tahun. Angka itu lumayan tinggi dibandingkan biaya yang sama di bursa Indonesia.
Kaji Obligasi
Lebih lanjut Stefan mengunngkapkan, perseroan tengah mengaji untuk menerbitkan obligasi dalam rupiah senilai kurang lebih Rp 3 triliun sebagai bagian dari upaya melunasi utang jatuh tempo 2013.
"Kami memiliki utang senilai Rp 4 triliun yang jatuh tempo pada tahun ini. Sebagian atau sekitar 50% dalam bentuk dollar AS. Kita siap membayarnya dan telah menyiapkan strategi refinancing, salah satunya menerbitkan obligasi,” ungkapnya.
Diungkapkannya, dalam strategi refinancing yang dipilih, perseroan akan condong mencari pendanaan dalam bentuk mata uang rupiah.
“Obligasi jika diterbitkan dalam rupiah. Rencananya dalam pertengahan tahun ini akan kita terbitkan," ungkapnya.
Diharapkannya, jika obligasi terealisasi dikeluarkan pada tahun ini maka respons pasar akan sama dengan tahun lalu.
Indosat pada 2012 menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun. Angka itu terkoreksi dari awalnya sekitar Rp 2,5 triliun karena selama masa bookbuilding pemesanan surat utang perseroan mencapai Rp 3,7 triliun.(id)