JAKARTA (IndoTelko) – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) tengah berpacu dengan waktu menuju Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) positif pada akhir tahun ini.
Sekadar diketahui, bagi kalangan investor melihat kesehatan keuangan perusahan yang disimak adalah aliran kas masuk dan keluar dalam suatu perusahaan selama suatu periode tertentu dan di luar biaya tetap, atau dengan kata lain adalah EBITDA.
Perhitungan ke EBITDA untuk lebih memfokuskan sisi kinerja operasional perusahaan, dan bukan pada biaya atau laba di luar operasi perusahaan.
EBITDA menjadi ukuran populer profitabilitas dalam dua dekade terakhir abad ke-20 karena pada dasarnya adalah sebuah cara untuk menghitung profit margin secara tunai, tanpa dimasukkannya setiap akrual akuntansi atau biaya lain di luar kendali langsung perusahaan.
Smartfren sendiri sejak beberapa tahun lalu terjerumus dalam kerugian yang dalam dan tengah berjuang menuju titik impas.
“Kita optimistis di semester II-2013 ada satu bulan EBITDA positif, dan selanjutnya sehat dari sisi keuangan,”ungkap Presiden Direktur Smartfren Rodolfo Paguia Pantojao kala Paparan Publik di Jakarta, Kamis (13/6).
Menurutnya, jika melihat kinerja di kuartal pertama 2013 dimana berhasil menekan kerugian di kisaran 33,3% dan pertumbuhan pendapatan sekitar 78%, maka peluang menuju titik impas terbuka lebar.
“Syaratnya harus konsisten menekan kerugian sekitar 30-40% di setiap kuartal berikutnya,” katanya.
Rodolfo mengungkapkan, tantangan dari perseroan untuk menjaga arus kas positif adalah mengelola biaya ke depannya.
“Kita ada biaya tetap seperti biaya frekuensi dan sewa menara yang terus naik setiap tahunnya. Kenaikan biaya itu terus terjadi seiring ekspansi. Jadinya, kita harus bisa di kontrol biaya lainnya,” katanya.
Hal lainnya adalah masalah teknis yang juga bisa menimbulkan biaya tak terduga. “Seperti kabel laut yang putus pada Maret lalu. Itu menimbulkan masalah di sisi biaya dan kita sempat kehilangan pelanggan di Maret ke April,” katanya.
Tumbuh 60%
Guna mencapai penekanan kerugian di setiap kuartalnya, perseroan membidik pertumbuhan pendapatan sekitar 60% dibandingkan tahun 2012. Sementara untuk jumlah pelanggan mendapatkan tambahan baru sekitar 4 juta nomor agar menjadi 15 juta nomor di akhir 2013.
Pada 2012 perseroan mencetak omzet sebesar Rp 1,649 triliun. Jika pertumbuhan yang dibidik sekitar 60% maka pendapatan 2013 diprediksi Rp 2,638 triliun.
Hingga kuartal pertama 2013 dibukukan rugi bersih sebesar Rp 355,582 miliar sementara di triwulan pertama 2012 sebesar Rp 533,430 miliar.
Pemicu berhasil ditekannya rugi bersih adalah pendapatan usaha selama triwulan pertama 2013 sebesar Rp 556,968 miliar atau naik 78,4% dibandingkan periode sama 2012 sebesar Rp 312,093 miliar.
Perseroan menyiapkan belanja modal untuk operasional tahun ini sekitar US$ 150 juta. Rencananya akan digunakan untuk mencapai tujuan memiliki 6 ribu BTS di akhir 2013.
“Hingga bulan ini sudah ada 4.500 BTS yang on. Sekarang on progress bangun 1.500 BTS lagi. Kita harapkan pada Juli nanti semua akan on,” katanya.
Direktur Jaringan Smartfren Merza Fachys mengungkapkan, perseroan tengah membangun kabel laut Jambi-Batam dan Jakarta-Jambi untuk cadangan jalur internet ke sambungan internasional di Singapura. Vendor yang ditunjuk adalah ZTE dari China. “Kita juga ada kerjasama dengan operator untuk jalur kabel laut. Rute baru itu diharapkan operasi akhir tahun ini,” katanya.
Merza menambahkan, perseroan juga tengah memacu penyelesaian pembangunan data core di Batam senilai US$ 1 juta dollar AS. Data core ini akan memperkuat dua infrastruktur sejenis di Jakarta dan Surabaya.
Infrastruktur ini berfungsi mengelola trafik data dengan kapasitas 80 Gbps. Seharusnya proyek ini selesai pada November 2012, namun molor menjadi akhir Agustus 2013. Sedangkan data core di Jakarta dan Surabaya memiliki kapasitas masing-masing 100 Gbps.
Data core yang ada di Batam akan melayani trafik data untuk kawasan Sumatera. Sementara data core Surabaya melayani trafik Indonesia bagian timur, dan Jakarta untuk kawasan Jawa bagian barat. Vendor dari data core perseroan adalah ZTE.Posisi akhir tahun lalu Smartfren memiliki bandwidth internet 22 Gbps dan volume data yang dilayani 12.700 Terabyte.
Andalkan Pinjaman
Direktur Keuangan Smartfren Anthony Susilo menambahkan, pendanaan dari belanja modal berasal dari pinjaman dan suntikan pemegang saham melalui Oblogasi Wajib Konversi (OWK) tahun lalu.
“Perusahaan ini belum untung, karena itu pendanaan mengandalkan pinjaman. Kita memiliki slot pinjaman dari China Development Bank Corporation (CDB) dan First Anglo Financial. Slot dari CDB itu sekitar US$ 350 juta, baru ditarik sekitar US$ 260 juta . Sementara dari First Anglo sekitar US$ 90 juta dollar,” ungkapnya.(id)