JAKARTA (IndoTelko) - PT Indosat Tbk (ISAT) berencana melakukan refinancing untuk utang jatuh tempo sebesar Rp 6,5 triliun tahun ini.
“Kita akan lakukan refinancing. Pinjaman ke perbankan akan diandalkan untuk refinancing karena prosesnya lebih cepat dibandingkan menerbitkan obligasi. Sudah ada bank-bank yang berkomitmen untuk membantu Indosat melakukan refinancing dari utang jatuh tempo," ungkap President Director & CEO Indosat Alexander Rusli usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Kamis (22/5).
Diungkapkannya, perseroan telah membayar sebagian utang jatuh tempo pada kuartal pertama lalu dengan pinjaman dari BCA. "Pada kuartal kedua dan ketiga ini ada utang agak besar jumlahnya. Kita sudah putuskan pinjam ke Bank Mandiri, sekarang tengah negosiasi,"ungkapnya.
Direktur Keuangan Indosat Stefan Carlson mengungkapkan, pada tahun ini perseroan memiliki utang jatuh tempo sebesar Rp 6,5 triliun.
"Kami sudah ada dana hasil menjual lima persen saham Tower Bersama pada Maret lalu sekitar Rp 1,4 triliun. Sekarang kita sedang mencari pinjaman sekitar Rp 2,4 triliun untuk membayar pinjaman," katanya.
Menurut Stefan, negosiasi dengan Mandiri berjalan baik dan disepakati pinjaman dengan bunga berkisar 10% hingga 11%. "Soal berapa besar nominal yang akhirnya di dapat nanti kita umumkan," katanya.
Lebih lanjut Stefan mengatakan, hingga 2015 perseroan membutuhkan dana sekitar Rp 9 triliun untuk refinancing dari utang jatuh tempo.
"Kalau kami tidak menjual menara maupun aset lainnya, kami membutuhkan sekitar Rp 9 triliun untuk refinancing," katanya.
Utang jatuh tempo lumayan besar karena Indosat berniat melakukan call atau membeli kembali obligasi senilai US$ 650 juta yang diterbitkan anak usahanya, Indosat Palapa Company B.V. Surat utang itu diterbitkan pada 29 Juli 2010 dan akan jatu tempo pada 29 Juli 2020. Call dari obligasi tersebut rencananya setelah 29 Juli 2015 mendatang.
Selain obligasi, pada 2015 nanti, utang Indosat senilai Rp 3 triliun bakal jatuh tempo. Utang itu dari beberapa kreditur seperti Bank Central Asia (BCA) dan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (BSMI).
Aksi gali lobang tutup lobang ala Indosat ini diharapkan bisa mengubah komposisi utang perseroan dimana sekarang dominan dollar AS berubah menjadi mengandalkan rupiah.(id)