JAKARTA (IndoTelko) — PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) melalui entitas anak, yaitu PT Mitra Integrasi Informatika (MII), memperkuat bisnis mobility solution dengan menggandeng PT Dwitunggal Solusindo Prima (DSP).
Perseroan baru saja menandatangani kesepakatan kerjasama dalam rangka penjajakan untuk partisipasi MII sebagai pemegang saham dari DSP melalui mekanisme penerbitan saham baru sebesar 20% dan dilanjutkan dengan pembelian saham DSP dari pemegang saham sebelumnya sebesar 17,5%, sehingga rencana kepemilikan total MII di DSP adalah sebesar 37,5%.
DSP adalah suatu perusahaan yang memiliki kompetensi didalam pembuatan, pengembangan dan implementasi dari aplikasi mobility untuk kegiatan bisnis. Menjadi pemegang saham DSP, menjadikan Perseroan atau MII lebih fokus dalam pengembangan aplikasi bisnis mobility.
Dengan sinergi yang baik antara kompetensi yang dimiliki oleh DSP dengan jaringan penjualan dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh MII atau Perseroan diharapkan dapat memaksimalkan kinerja dari DSP dimasa yang akan datang sehingga secara tidak langsung dapat memberikan nilai tambah bagi MII atau Perseroan.
“Di era yang serba cepat, mobility solution dapat memaksimalkan kegiatan pemasaran (marketing) dimulai dari pemantauan kunjungan tim penjualan, proses otomasi pemesanan, pengiriman barang hingga penagihan. Hal ini sangat menunjang proses percepatan penjualan dan peningkatan pemantauan aktivitas tim penjualan. Kami sangat gembira dapat menggandeng DSP sebagai mitra baru kami. Karena selain memiliki solusi yang akan menyasar modern market, solusi yang disiapkan dapat terintegrasi dengan solusi yang telah kami pasarkan, seperti solusi ERP dan CRM,” ujar Presiden Direktur Metrodata Electronics Susanto Djaja, kemarin.
Rencananya, Mobility Solution yang akan diterapkan oleh MII akan menyasar pada segmen Fast Moving Consumer Good (FMCG) namun tidak terbatas untuk dikembangkan lebih lanjut bagi segmen industri lainnya.
Transformasi
Lebih lanjut Susanto mengatakan, saat ini digitalisasi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dimana digitalisasi dapat mengubah cara hidup dalam bekerja, berkomunikasi dan berperilaku.
Transformasi digital tidak hanya menggunakan atau berinvestasi teknologi digital secara langsung, namun juga harus mampu mengubah model bisnis menjadi lebih adaptif terhadap transformasi digital, efisien serta dapat menciptakan nilai lebih bahkan mengarah kepada membuat inovasi baru bagi pelanggan dan karyawan agar mampu bersaing di era perubahan digital yang cepat.
Digital menjadikan lingkungan semakin menjadi sangat kompetitif dalam berbagai sektor industri. Dan tak menampik dapat membuat peluang baru dari banyak sektor industri. Di ujung yang sangat kompetitif, transformasi digital ini menjadi ‘revolusi’ bagaimana menjalankan bisnis.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini transformasi digital menjadi pembicaraan sangat penting para pelaku bisnis. Dan salah satu faktor penting yang mendorong kearah digitalisasi adalah penggunaan teknologi. Jika teknologi tidak digunakan dengan maksimal, maka tidak akan memberi keunggulan kompetitif. Namun, jika perusahaan memanfaatkan penggunaan teknologi, maka akan mengubah lanskap bisnis dan perusahaan menjadi lebih inovatif,” katanya.
Terkait dengan Transformasi Digital, Metrodata akan menyediakan solusi seperti mobility, ERP, BI, CRM terintegrasi, dimana semuanya akan dimulai dari consulting dan perubahan dalam pendekatan ke pelanggan, dari TI beralih ke key business user.
Transformasi digital memiliki empat faktor yang saling berkaitan dengan teknologi dan bisnis yaitu Engange Customers (merangkul pelanggan), Empower Employees (pemberdayaan SDM), Optimize Operations (mengoptimalkan operasi), dan Tranform Products (transformasi produk).
“Ketika organisasi dan bisnis yang mendigitalisasi, mereka memerlukan teknologi IP baru yang moderen dalam rangka membuka kekuatan jaringan sebagai platform inovasi,” tambah Director, Data Center Fabric and Virtualization, Asia Pacific & Japan (APJ), Brocade CK Lam.
Menurut sebuah studi yang disponsori Brocade, 79% dari pembuat keputusan TI menyatakan bahwa organisasi mereka terbatas kemampuannya guna mendukung transformasi digital, sementara itu sebanyak 72% merasa frustasi bahwa departmen TI tidak dapat dengan siap memberikan apa yang dituntut oleh bisnis.
Sebanyak 63% mengatakan bahwa departemen TI mereka menghabiskan proporsi waktu yang besar dalam menjaga sistem yang sudah ada. Organisasi hanya bisa menjadi selincah infrastruktur TI yang menunjangnya, dan jaringan yang sudah ada menunjukkan telah menahan bisnis dari berinovasi sesuai kebutuhan mereka.
“Kami berkomitmen penuh untuk mengembangkan solusi-solusi komprehensif dan terbaik di kelasnya untuk transformasi jaringan, dan fokus membantu para pelanggan kami pindah ke arsitektur jaringan IP yang baru yang merupakan software-centric, terotomatisasi, terbuka dan lincah,” katanya.
Menurut laporan IDC baru baru ini tentang tranformasi digital, yang disponsori oleh Red Hat, diprediski dalam dua tahun kedepan, 2/3 (dua per tiga) CEO dari perusahaan Global 2000 akan menempatkan transformasi digital pada pusat strategi korporasi mereka.
Red Hat menyadari pentingnya transfornasi digital dan percaya bahwa teknologi open source dapat membantu organisasi menggunakan teknologi untuk memodernisasi organisasi mereka dan penawarannya. Kami sangat bersemangat dengan potensi transformasi digital di Indonesia sebagaimana halnya banyak organisasi yang membuat strategi mereka guna membantu mengurangi biaya dan meningkatkan kelincahan dengan teknologi.(wn)