JAKARTA (IndoTelko) – Kementrian Perdagangan (Kemendag) mengaku puas dengan kerjasamanya bersama Alibaba Group yang bisa meningkatkan penjualan produk lokal di Tiongkok.
“Kita dan Alibaba memiliki visi yang sama mengenai perlunya dukungan terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan akses terhadap teknologi agar dapat berkembang lebih baik,” kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam portal resmi Kemendag belum lama ini.
Sebelumnya, Kemendag bekerja sama dengan Alibaba dengan meluncurkan Inamall sebagai portal dagang business-to-consumer (B2C) di bawah platform Tmall Global.
Melalui Inamall, pemerintah Indonesia mencoba meningkatkan ekspor dengan memasarkan produk-produk khas dari Indonesia ke pasar RRT. Sebagian besar produk Indonesia yang telah masuk ke Inamall berupa fast moving consumer goods (FMCG) seperti mi instan, kopi, kripik udang, minyak angin FreshCare, kopi luwak, minuman penambah stamina, dan beberapa produk lainnya. (
Baca:
Inamall di Alibaba)
Mendag berharap, kerja sama dapat diperluas dan merambah ke produk-produk UMKM yang bisa dipasarkan ke Tiongkok. “Pertama, produk-produk Indonesia menembus pasar RRT melalui Tmall. Selanjutnya, diharapkan dapat menembus juga juga ke Ali Express, platform yang sama dari Alibaba untuk pasar internasional,” ujar Mendag.
Sebelumnya, Menkominfo Rudiantara melangkah maju dengan mengajak Bos Alibaba Jack Ma menjadi anggota Dewan Pengarah road map eCommerce Indonesia.
Bagi sebagian kalangan langkah Pria yang akrab disapa Chief RA ini kebablasan dan seperti memberikan karpet merah bagi Alibaba memanfaatkan potensi ekonomi digital di Indonesia.
(Baca:
Jack Ma di eCommerce Indonesia)
Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Aulia E Marinto meminta pemerintah melibatkan tokoh eCommerce lokal juga selain kalangan internasional.
"Kita menyadari bahwa industri e-commerce di Indonesia masih tergolong baru, dan kita ingin inisiatif ini dapat menghasilkan percepatan realisasi roadmap eCommerce yang sudah kita susun bersama. Ini sudah menjadi visi dan misi saya kala kampanye untuk Ketua Umum idEA," kata Aulia yang baru saja terpilih sebagai Ketum idEA periode 2016-2018.
Asal tahu saja, dalam laporan terbaru dari Frost & Sullivan, pendapatan eCommerce di Asia Tenggara kemungkinkan akan mencapai lebih dari US$ 25 miliar pada 2020, atau setara Rp 32 Triliun.
Angka ini melejit dari tahun 2015 sebesar US$ 11 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. Pada 2015, Malaysia dan Thailand tercatat sebagai pasar eCommerce terbesar di Asia Tenggara, dengan menghasilkan pendapatan maisng –masing sebesar US$ 2.3 miliar dan US$ 2.1 miliar.
Frost & Sullivan memprediksi kedua pasar itu akan dikalahkan oleh negara-negara berkembang di Asia Tenggara, termasuk Vietnam dan Indonesia.
Sementara itu, total pendapatan dari bisnis-ke-konsumen (B2C) e-commerce di enam negara Asia Tenggara terbesar – Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam – diproyeksikan meningkat pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) 17,7%.(id)