JAKARTA (IndoTelko) – Layanan eCommerce kembali menjadi topik perbincangan di tanah air.
Jika pada awal Maret lalu beberapa layanan eCommerce papan atas di negeri ini terkena masalah dengan data center sehingga tak bisa diakses. Belum lama ini tersiar kabar, Online Travel Agent (OTA) Tiket.com dibobol Hacker.
Tiket.com diretas Sultan Haikal (19 th) dan membuat perusahaan tersebut kehilangan Rp 1,9 miliar. Pihak tiket.com mengalami kerugian sebesar Rp4.124.000.982 karena pelaku meretas, mengambil serta menjual jatah deposito tiket pesawat pada server Citilink Indonesia.
Pihak Citilink juga mengalami kerugian sebesar Rp1.973.784.434 karena ada sejumlah orang yang membeli tiket dari sindikat peretas tersebut melakukan pembatalan dan refund. (
Baca:
eCommerce Diserang)
Karopenmas Divhumas Polri, Brigjen Pol. Rikwanto mengungkapkan Tiket.com hanya satu dari 4.600 situs yang telah diretas remaja tanggung ini bersama tiga orang rekannya.
Paling Disasar
Chief Product and Synergy Officer TelkomTelstra Agus F Abdillah mengungkapkan saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah aksi serangan cyber terbesar di dunia.
Agus F Abdillah
Mengutip data Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, serangan cyber terhadap sistem Teknologi Informasi (TI) Indonesia meningkat pesat dalam beberapa waktu terakhir, pada 2015 meningkat sebesar 33% dibandingkan 2014.
“Dari angka itu, sebanyak 54,5% berupa serangan yang terjadi pada situs terkait sektor bisnis eCommerce. Kedepannya, tentu resiko serangan cyber cenderung meningkat,” ulasnya kepada IndoTelko, Kamis (6/4).
Menurutnya, siapapun bisa menjadi korban serangan cyber ini dan perusahaan yang ditarget oleh para hacker tersebut beresiko mengalami kerugian parah, baik dari sektor finansial maupun reputasi. Biaya rekonsiliasi untuk mengatasi kerusakan paska serangan bisa mencapai jutaan dolar AS, ditambah dengan biaya pemulihan reputasi perusahaan.
“Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan maintenance, evaluasi dan audit berkala atas sistem keamanan TI mereka. Pengelolaan keamanan yang komprehensif bisa menjadi permasalahan yang rumit bagi manajemen perusahaan, sehingga diperlukan pemilihan mitra yang tepat dalam penerapan sistem keamanan jaringan ini,” katanya.
Disarankannya, perusahaan sebaiknya menyiapkan sistem keamanan yang terintegrasi , mulai dari pengaturan network, cloud infrastructure, website & mobile dan end point yang dapat membantu perusahaan untuk melindungi infrastruktur serta data informasi, termasuk data pelanggan, dari ancaman serangan cyber. (
Baca:
Keamanan Cyber)
“Selain itu, harus ada SOP pemantauan yang proaktif berdasarkan prosedur dan praktek manajemen keamanan cyber yang termutakhir,” katanya.(id)