telkomsel halo

Lima sektor ini menjadi prioritas adopsi Industry 4.0

08:45:10 | 23 Mar 2018
Lima sektor ini menjadi prioritas adopsi Industry 4.0
JAKARTA (IndoTelko) - Kementrian Perindustrian (Kemenperin) telah menyusun roadmap (peta jalan) Industry 4.0 dengan menetapkan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan dan prioritas dalam pengembangannya.

Hal ini selaras dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2015.

“Kelima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, otomotif, elektronika, tekstil, dan kimia. Jadi lima sektor industri ini yang akan fokus dikembangkan oleh pemerintah dalam menghadapi era digital yang perkembangannya sangat cepat,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara dalam keterangan kemarin.

Ngakan menjelaskan, kelima sektor industri yang diunggulkan untuk memasuki Industry 4.0 tersebut, selama ini berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Misalnya, industri makanan dan minuman yang memiliki pangsa pasar dengan pertumbuhan mencapai 9,23% pada tahun 2017. Selain itu, menjadi penyumbang terbesar dalam PDB industri nonmigas hingga 34,33% tahun 2017.

“Peranan industri makanan dan minuman juga tampak dari sumbangan nilai ekspor produknya, termasuk minyak kelapa sawit yang mencapai US$31,7 miliar pada tahun 2017 dan mengalami neraca perdagangan surplus bila dibandingkan dengan nilai impornya sebesar US$9,6 miliar,” papar Ngakan.

Guna mempercepat pertumbuhan kelima sektor industri tersebut, lanjutnya, berbagai teknologi pendukung Industry 4.0 seperti Internet of Things (IoT), advance robotic, artificial intelligence, dan additive manufacturing akan diimplementasikan. Tujuannya adalah untuk mencapai peningkatan produktivitas dan efisiensi yang tinggi serta kualitas produk yang lebih baik melalui pemanfaatan teknologi terkini secara optimal.

Bahkan, menurut Ngakan, transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor industri yang telah meningkatkan pendapatan per kapita dan mengantarkan masyarakat Indonesia dari masyarakat agraris menuju masyarakat ekonomi yang mengandalkan proses peningkatan nilai tambah berbasis industri, nantinya juga bakal diakselerasi oleh perkembangan teknologi digital.

“Terlebih lagi, peluang pembangunan ekonomi digital di Indonesia sangat besar, antara lain karena tahun 2030 jumlah penduduk usia produktif akan mencapai di atas 60%, internet telah menjangkau lebih dari setengah populasi Indonesia, peningkatan jumlah kelas menengah diperkirakan mencapai 135 juta orang, dan peningkatan permintaan produk digital,” sebutnya.

Jadi, industri manufaktur masih dan akan terus menjadi penyokong utama perekonomian Indonesia, yang tidak akan serta merta digantikan oleh sektor jasa. Sektor industri manufaktur senantiasa diperkuat untuk mencapai Indonesia menjadi negara industri tangguh pada tahun 2035. “Tentunya hal ini dapat dicapai apabila semua komponen bangsa bekerja sama untuk membangun industri yang kuat, berdaya saing, berkelanjutan dan inklusif,” tegas Ngakan.

Kemenperin mencatat, industri manufaktur terus berperan sebagai penopang utama dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Contohnya, kontribusi terhadap nilai ekspor Indonesia sebesar 74,10% dan menyerap tenaga kerja lebih dari 17 juta orang atau 14,05% dari tenaga kerja di sektor ekonomi.

Selain itu, industri berkontribusi terhadap penerimaan negara sebesar Rp335 triliun melalui pajak penghasilan nonmigas dan penerimaan cukai. Sementara, dilihat dari neraca perdagangan nonmigas Januari 2018, tercatat Indonesia mengalami surplus sebesar US$182,6 juta, di mana ekspor nonmigas mencapai US$13,16 miliar dan impornya sekitar US$12,98 miliar.

Bahkan, industri manufaktur mampu memberikan kontribusi sebesar 22% terhadap PDB nasional. Dengan nilai tersebut, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang kontribusi industri manufaktur terhadap PDB-nya di atas 10%.

GCG BUMN
Kontribusi manufaktur Indonesia tersebut, tertinggi di ASEAN. Apabila dilihat dari sisi nilai tambah manufaktur, posisi Indonesia di dunia terus melesat dari peringkat ke-11 tahun 2015, menjadi posisi ke-9 tahun 2016 melampaui Inggris dan Kanada. Capaian ini menunjukkan sektor industri manufaktur terus mengalami pertumbuhan yang positif.(ak)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories