JAKARTA (IndoTelko) - Teknologi modern yang disebut Artificial Intelligence (AI) dan machine learning (pembelajaran mesin) sudah mengubah wajah industri IT, memberi cara-cara baru bagi berbagai perusahaan dalam memformulasikan strategi bisnis dan menggali wawasan dari pelanggan, serta membantu badan penelitian memecahkan masalah-masalah yang dihadapi umat manusia.
Dahulu, AI dianggap sebagai teknologi abstrak yang dipelopori oleh perusahaan berbasis hyperscale (contohnya Google, Microsoft, Baidu, dll), namun di masa kini sudah banyak sekali startup dan perusahaan besar lintas industri yang menjelajahi berbagai penerapan AI untuk memecahkan masalah bisnis dan sains.
Mulai dari diagnosa berbagai penyakit, memprakirakan kapan mesin jet harus mendapat perawatan rutin, hingga membantu dalam mencegah tindak kriminal, potensi AI nyaris tidak terbatas. AI juga berdampak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kemampuan Facebook untuk men-tag foto dengan teknik pengenalan wajah yang menggunakan AI.
Tentu saja, AI memiliki keterbatasan, terutama bagi para pebisnis, tantangannya adalah membedakan apa yang merupakan tren semata dan apa yang merupakan kenyataan.
Jika Anda melakukan pencarian, Anda akan banyak menemukan artikel yang berisi statistik jumlah pemimpin bisnis yang menganggap AI adalah bagian fundamental dari transformasi digital dan inovasi bisnis dalam beberapa tahun ke depan. Tapi tingkat penggunaan AI saat ini masih sedikit, dan hal ini menimbulkan keraguan akan kemampuan AI untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara nyata.
Secara mendasar, AI dirancang untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, tapi ada dua jenis penerapan:
- Narrow AI (AI Sempit): yang hanya digunakan untuk menyelesaikan satu tugas atau masalah saja. Contohnya, di Facebook, AI bisa mengenali wajah seseorang, tapi fungsinya hanya sampai di situ. Di masa depan, fungsi ini akan menjadi lebih sempurna.
- General AI (AI Umum): ketika komputer sudah memiliki kemampuan yang setara dengan manusia, dan bisa mengerti konteks serta alasan di balik sebuah tindakan atau solusi, dan beradaptasi dengan situasi yang sama sekali baru. Jenis AI ini masih jauh untuk dicapai dan membutuhkan investasi yang signifikan.
Kebingungan mengenai AI juga sering diperparah dengan fakta bahwa penerapan AI untuk setiap pengguna/industri bisa berbeda-beda tergantung dari jenis masalah dan tujuan akhir yang hendak dicapai, dan karena hal itu, banyak perusahaan besar yang masih enggan untuk berinvestasi di ranah AI karena ‘belum melihat bukti nyata’.
Lenovo, sebagai pemimpin PC secara global dan salah satu dari tiga penyedia perangkat keras untuk server dan data center berbasis x86 yang paling besar di dunia, sudah memiliki strategi AI menyeluruh yang dapat membantu pelanggannya dalam menerapkan AI bagi bisnis.
Strategi ini didukung oleh investasi riset dan pengembangan sebesar US$1,2 triliun, selain itu, Lenovo juga sudah membangun tiga AI Innovation Center, di mana para ahli dari Lenovo dan mitra teknologinya, antara lain Intel dan NVIDIA, bekerja bersama dengan para pelanggan untuk memahami masalah bisnis atau sains yang hendak dipecahkan dan bagaimana AI bisa mewujudkan tujuan akhir yang diinginkan.
Di pusat inovasi AI ini, Lenovo memberikan akses kepada para pelanggannya untuk menguji dan menyempurnakan beban kerja AI mereka sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk berinvestasi dalam perangkat keras, perangkat lunak, dan solusi-solusi untuk AI.
Baru-baru ini tim Lenovo mengunjungi perusahaan oil & gas, yang memiliki sistem pipa yang kompleks dan harus senantiasa diawasi agar tidak terjadi kebocoran. Proses yang berlangsung masih sangat manual, mengharuskan para teknisi untuk bepergian jauh dan memanjat untuk menjangkau setiap titik akses pipa.
Tim Lenovo bekerjasama dengan perusahaan itu untuk mengembangkan sistem drone dengan AI yang bisa terbang di atas pipa yang dimaksud, lalu melakukan pemindaian dan pemrosesan gambar untuk mengenali adanya ancaman kebocoran pipa gas. Lenovo juga bekerja dengan institusi pendidikan North Carolina State University (NCSU) dalam riset untuk menghemat sumber daya alam antara lain air dan energi, sambil tetap memenuhi permintaan pasokan bahan makanan dunia.
Seiring dengan berkembangnya segmen AI di Lenovo, tentu masih ada banyak hal yang perlu dicapai, namun sebagai perusahaan yang mengutamakan customer-centricity dan berusaha untuk selalu memecahkan masalah yang dihadapi oleh para pelanggannya, hal yang paling penting bagi Lenovo saat ini adalah mengumpulkan masukan serta hasil-hasil penerapan awal dan memahami bagaimana AI bisa menjadi solusi bagi pain points yang dimiliki oleh pelanggan.
“Karena potensi dan kemungkinan AI tidak terbatas, masa depannya sungguh menjanjikan, oleh karena itu di masa depan Lenovo akan terus berusaha untuk mengakselerasi dan mempermudah adopsi teknologi AI, dan terus bekerjasama dengan erat dengan para pelanggannya," kata Senior Technical Consultant Data Center Group, Lenovo Indonesia Rakha Siswara dalam keterangan, kemarin.(ak)