JAKARTA (IndoTelko) - Layanan Grab dianggap belum ada peningkatan kualitas pasca melakukan akuisisi terhadap UBER di Asia Tenggara (ASEAN).
Dalam riset pasar yang dikeluarkan ecommerceIQ dengan judul Consumer Pulse: State of Grab Following Uber’s Exit pada 6 Juni 2018 terkuak banyak perubahan terjadi di ASEAN pasca Uber hengkang.
Laporan itu juga mengungkapkan adanya keluhan dari pelanggan atau mitra pengemudi yang kurang puas dengan performa dari Grab pasca akuisisi, terutama dari sisi layanan.
Kebanyakan yang dikeluhkan pelanggan adalah isu terkait tak bagusnya user experience (UX), peta yang tak akurat, kurangnya pengemudi, dan harga lebih mahal.
“Secara fungsi tak sebaik Uber, petanya tak akurat. Tetapi eMoney-nya sangat berguna untuk berbelanja," kata suara responden dalam laporan itu.
Ada lagi yang menyuarakan susahnya mengubah titik jemput dan tak optimalnya layanan pemesanan makanan. "Masa tunggu penjemputan lama sekali dibandingkan Uber," keluh responden lainnya.
“Harga naik sejak Grab merger dengan Uber, belum lagi ketersediaan pengemudi malah turun," kata pelanggan lainnya.
Dalam survei itu responden masih menempatkan Uber (42%) sebagai ride-hailing yang diminati, disusul Grab (36,8%), dan GO-JEK (15,8%).
Sedangkan layanan tambahan yang diminati adalah pengantaran makanan, pengiriman paket, dan e-wallet. Khusus Indonesia, posisi GO-JEK masih kuat, namun untuk menguasai pasar ASEAN masih harus berjuang keras.(ak)