HANGZHOU (IndoTelko) – Alibaba Group bersama para penerima hadiah Nobel dan pakar ilmu sosial terbaik dunia secara resmi membentuk platform riset terbuka Luohan Academy.
Institusi ini dibentuk untuk menghadapi berbagai tantangan universal yang dihadapi oleh masyarakat dunia akibat perkembangan teknologi digital yang semakin pesat.
Pada awal pembentukannya, institusi ini akan berfokus pada sektor ekonomi digital. Seiring dengan perkembangan institusi ini, Luohan Academy hendak bekerja sama dengan badan-badan riset internasional untuk menjawab tantangan di area lain.
Luohan Academy akan fokus meneliti dampak dari teknologi terhadap masyarakat di masa depan. Saat ini, teknologi digital tidak hanya mengubah pasar dan perekonomian, namun lebih dari itu, berpotensi untuk meningkatkan kualitas kehidupan umat manusia. Luohan Academy juga akan melengkapi fungsi dari DAMO Academy milik Alibaba, sebuah program riset global yang fokus dalam pengembangan teknologi.
“Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah mengubah berbagai aspek kehidupan masyarakat secara cepat pula. Jadi saat kita melihat berbagai keuntungan dari teknologi, penting juga bagi kita untuk memahami tantangan yang akan kita hadapi serta bagaimana kita dapat bekerja sama untuk menjawab tantangan tersebut,” ujar Executive Chairman Alibaba Group Jack Ma dalam keterangan, kemarin.
Jack Ma menambahkan bahwa Alibaba merasa terpanggil untuk menggunakan teknologi, sumber daya, dan hal lainnya untuk membantu masyarakat dalam merangkul berbagai perubahan yang disebabkan oleh teknologi.
“Ini sebabnya kami membentuk Luohan Academy, sebuah platform riset yang terbuka dan berbasis kolaborasi, dan kami juga mengundang para akademisi di dunia untuk bergabung dalam kolaborasi ini,” ujar Jack Ma.
Pada konferensi pertama yang diadakan di Hangzhou minggu ini, komite Luohan Academy berhasil merumuskan dan meresmikan misi dari institusi ini. Beberapa di antaranya adalah menyiapkan masyarakat dalam menghadapi perubahan struktural yang dibawa oleh teknologi yang semakin canggih seperti big data, machine learning, kecerdasan buatan, dan robotika. Institusi ini juga akan mempelajari revolusi digital yang akan datang untuk membantu masyarakat dan individu di seluruh dunia.
“Saya merasa kita hidup di zaman peralihan. Di satu sisi kita mendapatkan berbagai kemudahan yang dihasilkan oleh perubahan teknologi, namun di sisi lain kita juga mendapatkan berbagai tantangan. Kita harus berpikir bagaimana masyarakat akan menghadapi hal ini, terutama pada bidang ekonomi. Maka dari itu diperlukan langkah yang matang dalam memanfaatkan teknologi dan ilmu sosial guna mendapatkan hasil terbaik untuk masyarakat. Jangan sampai kita berkata tidak pada teknologi-teknologi baru hanya karena mereka memunculkan tantangan yang baru,” ujar Markus Brunnermeier, Edwards S. Sanford Professor of Economics, Princeton University dan anggota akademisi Luohan Academy.
Nama Luohan sendiri diambil dari filosofi ajaran Buddha Tiongkok di mana terdapat 18 orang yang telah tercerahkan dan terbebas dari keinginan duniawi. Orang-orang ini merepresentasikan kebijaksanaan, keberanian, dan kekuatan.
Komite Akademisi Luohan Academy mencakup para pemenang Nobel dan akademisi dari seluruh dunia seperti: Patrick Bolton, Barbara dan David Zalaznick Professor of Business dari Columbia Business School. Markus Brunnermeier, Edwards S. Sanford Professor of Economics dari Princeton University. Bengt Holmstrom, Pemenang Nobel 2016, Paul A. Samuelson Professor of Economics dari Massachusetts Institute of Technology. Lars Peter Hansen, pemenang Nobel 2013, David Rockefeller Distinguished Service Professor in Economics, Statistics dari Booth School of Business & The College, University of Chicago. Preston McAfee, mantan Chief Economist dan Vice President Corp di Microsoft. Christopher Pissarides, Pemenang Nobel 2010, Regius Professor of Economics dari London School of Economics, Yingyi Qian, Distinguished Professor dan Dean School of Economy and Management dari Tsinghua University, dan lainnya.(wn)