JAKARTA (IndoTelko) – Dengan populasi lebih dari 260 juta, segmen kelas menengah yang sedang tumbuh dan segmen populasi digital yang cerdas, Indonesia adalah salah satu pasar internet paling penting di dunia.
Menurut laporan oleh We Are Social (ditunjukkan di bawah), penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 50% dengan 130 juta pengguna internet sementara penetrasi ponsel telah mencapai 67% dengan hampir 178 juta pengguna ponsel.
Hal ini menyebabkan pergeseran paradigma di sektor perbankan dan ritel. Pelanggan telah mulai mengubah cara mereka menggunakan bank dan berbelanja, dan cenderung menjadi lebih terbuka untuk menjelajahi dan menggunakan saluran digital untuk kebutuhan mereka.
Di 2016 misalnya, transaksi online (e-commerce) di Indonesia hampir US $5 miliar dengan 2,47 juta pengguna internet belanja online menurut Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya perubahan paradigma ini dan tahun lalu, peta jalan e-commerce telah ditandatangani oleh Presiden Jokowi sebagai bagian dari inisiatif pemerintah dalam mendorong ekonomi digital nasional. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menjelaskan bahwa peta jalan e-commerce tidak hanya akan mengatur teknologi tetapi juga mencakup logistik (Logistik 4.0: Kondisi Digitalisasi di Sektor Logistik di Indonesia), cybersecurity, pengembangan sumber daya manusia, dan perlindungan konsumen.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya sistem pembayaran dalam mempromosikan perbankan digital dan e-commerce di Indonesia melalui peta jalan ini, "Salah satu masalah dalam peta jalan e-commerce berkaitan dengan sistem pembayaran dengan menerapkan National Payment Gateway (NPG), yang akan berada di bawah pengawasan Bank Indonesia. "
Bank Indonesia merespon dengan cepat dan NPG diluncurkan Desember lalu. NPG diperkenalkan untuk mempromosikan transaksi uang tanpa tunai yang mudah dan terjangkau untuk masyarakat umum sementara pada saat yang sama meningkatkan perlindungan pelanggan dengan mengamankan data untuk setiap transaksi.
Dijelaskan Kepala Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Onny Widjanarko, ketika NPG telah beroperasi penuh, setiap orang akan memiliki NPG-card yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi keuangan secara nasional melalui berbagai ATM dan EDC tanpa biaya tambahan.
Peluncuran NPG selaras dengan visi Bank Indonesia untuk mempromosikan komunitas masyarakat tanpa uang tunai melalui inisiatif bank sentral yang disebut Gerakan Non-Tunai Nasional, yang diluncurkan pada tahun 2014.
Bank digital
Bank-bank di Indonesia meningkatkan investasi dalam saluran digital untuk mengikuti basis pelanggan yang semakin terhubung. Bank Negara Indonesia (BNI), misalnya, mengalokasikan Rp2 triliun pada 2017 untuk belanja modal (capex) dan 50% digunakan untuk pengembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK).
Disebutkan oleh Wakil CEO BNI Herry Sidharta, belanja modal untuk 2018 akan lebih tinggi dari tahun 2017 dan sebagian besar masih akan dihabiskan untuk upaya digitalisasi mereka termasuk pengadaan Mesin Daur Ulang Tunai, EDC, pengembangan infrastruktur jaringan, cybersecurity dan peningkatan pusat data . BNI dianugerahi Penghargaan Inovas perusahaan Indonesia pada tahun 2017 sebagai pengakuan atas upaya digitalisasi mereka.
Bank-bank lain di Indonesia termasuk Bank Mandiri, Bank Mayapada dan Bank OCBC NISP telah menjanjikan lebih banyak belanja modal untuk upaya digitalisasi mereka juga. Bank Permata adalah bank lain di Indonesia yang agresif dalam mengeksplorasi solusi TIK untuk mengejar visi mereka tentang bank digital. Bank Permata telah mengeksplorasi teknologi frontier seperti AI, biometrik, dan blockchain sebagai bagian dari strategi digitalisasi mereka.
Baru-baru ini, mereka telah memperkenalkan fitur yang disebut VoiceID yang digunakan untuk mengotentikasi identitas pelanggan mereka. Fitur ini tertanam di PermataTel (call center Permata Bank) dan ini telah menghasilkan layanan pelanggan yang lebih cepat.
Dikatakan Direktur Teknologi dan Operasional Bank Permata Abdy Salimin, sistem biometrik ini dapat memvalidasi suara pelanggan dalam hitungan detik dan total waktu yang diperlukan untuk mengotentikasi identitas adalah 45 detik. Ini, pada gilirannya, telah meningkatkan kepuasan pelanggan. Sebelum VoiceID, Permata Bank juga memperkenalkan solusi biometrik yang disebut FingerID dan FacialID. Abdy menekankan bahwa lebih banyak inisiatif digital akan diperkenalkan oleh Bank Permata dalam waktu dekat.
Bisnis intelijen dan data analitik adalah solusi lain yang sangat dicari di sektor perbankan dan e-commerce. Bank seperti Bank Danamon telah menerapkan solusi tersebut untuk meningkatkan perjalanan pelanggan dan meningkatkan deteksi penipuan. Pemain e-commerce termasuk Tokopedia, Shopee dan iLotte (usaha kerjasama antara konglomerat Salim Group dan Lotte Group) juga menekankan pentingnya data dan potensi yang dibawanya jika dimanfaatkan dengan benar.
Para pemangku kepentingan utama dari Indonesia BFSI dan sektor ritel akan duduk bersama untuk mendiskusikan industri digital dan e-commerce. Diskusi akan berlangsung dalam rangkaian Platform Bisnis Asia IoT edisi 25 di Jakarta pada 28-29 Agustus mendatang.
Pembicara yang dijadwalkan hadir antara lain : Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kepala Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Onny Widjanarko, Direktur Teknologi dan Operasi, Bank Permata Abdy Salimin, Wakil Presiden iLOTTE Steven Calvin, dan Kepala Hubungan Pemerintah Shopee Indonesia Radityo Triatmojo. (sg)