telkomsel halo

Fintech asal Tiongkok makin agresif di Indonesia

09:48:29 | 02 Sep 2018
Fintech asal Tiongkok makin agresif di Indonesia
JAKARTA (IndoTelko)- Pemain Financial Technology (Fintech) asal Tiongkok kian garesif menggarap pasar Indonesia.

Hal itu ditandai dengan keberhasilan PT. Indonesia Fintopia Technology, anak usaha Fintopia,sebuah perusahaan Fintech yang berkantor pusat di Tiongkok, baru-baru ini menyelesaikan pendaftaran resmi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Mengusung konsep "Nikmati Kemudahan Hidup dengan EasyCash', Perusahaan memanfaatkan berbagai teknologi mutakhir dan pengalaman luas dalam bidang manajemen risiko guna meningkatkan pendanaan bagi warga Indonesia yang memiliki keterbatasan dalam mengakses layanan perbankan konvensional lewat produk yang dibuat secara khusus, EasyCash.

"Kami secara khusus memperhatikan upaya pembangunan platform fintech yang berorientasi pada teknologi agar bisa memenuhi kebutuhan pendanaan yang cepat, nyaman dan mudah dijangkau. Dengan demikian, kami ingin berkontribusi dalam pembangunan sektor keuangan yang inklusif di seluruh penjuru dunia," tutur CEO Fintopia Liu Yongyan dalam keterangan, kemarin.

Di samping keunggulan Fintopia dalam teknologi dan manajemen risiko, eratnya kerja sama dan upaya komunikasi dengan OJK, juga penting dalam membantu Perusahaan meraih pendaftaran resmi.

"Kami sangat mengapresiasi kepercayaan dan dukungan OJK. Ke depan, kami akan mematuhi berbagai aturan pendanaan setempat dengan ketat dan bekerja sama dengan sejumlah pihak berwenang dalam membangun platform keuangan yang berkelanjutan dan inklusif di Indonesia," ujar Liu.

Berasal dari Tiongkok, Fintopia kini telah berkembang pesat menjadi pemimpin Fintech dunia dengan, memiliki sekitar 260 pegawai dengan visi serupa dan latar belakang internasional yang menghimpun berbagai pakar keuangan dari Wall Street dan ahli Teknologi Informasi asal Silicon Valley dalam mengubah cara orang mengakses kredit dan melakukan investasi. Indonesia merupakan salah satu pasar internasional yang disasar Fintopia sebagai tempat perluasan usaha.

"Kami berharap teknologi keuangan buatan kami dapat dipakai untuk membantu dan melayani berbagai orang di dunia, dan itulah mengapa kami kini membidik ekspansi ke pasar-pasar internasional seperti Brazil, Filipina, Thailand, Jepang dan lain-lain," kata Liu..

Sebelumnya, OJK menemukan ada 227 fintech peer-to-peer (P2P) lending yang beroperasi secara ilegal atau belum terdaftar dan mendapat izin dari OJK. Mayoritas yang ilegal ini berasal dari Tiongkok.

Di Tiongkok sendiri, sebanyak 80 fintech yang mengusung skema peer to peer (P2P) lending  mengalami gagal bayar sepanjang Juni 2018. Jumlahnya lalu bertambah menjadi 137 hingga pertengahan Juli 2018.

GCG BUMN
Bisnis fintech P2P lending di Tiongkok telah memiliki sekitar 50 juta pengguna terdaftar dengan perputaran uang mencapai US$ 192 miliar atau sekitar Rp 2.745,6 triliun. Namun, lemahnya pengawasan regulator dinilai membuat bisnis ini rawan praktik ponzi dan shadow banking.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year