JAKARTA (IndoTelko) - Warganet di Indonesia memiliki animo yang besar terhadap Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan berlangsung pada April 2019 mendatang.
Salah satu yang menjadi perhatian belakangan ini dalam diskusi di media sosial perihal penambahan angka nol (0) di masing-masing pasangan capres.
Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam Rapat Pleno Terbuka Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Calon (paslon) Presiden dan Wakil Presiden (capres-cawapres) Pemilu 2019 pada Jumat (21/9) menghasilkan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin mendapat nomor urut 01 sementara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memperoleh nomor urut 02.
Mengutip akun milik Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Paslon Prabowo-Sandiaga, Dahnil A Simanjuntak (@Dahnilanzar) pada 22 September lalu dinyatakan ide pencantuman angka O berasal dari pesaingnya. "Kami perlu tegaskan pencantuman angka 0, pd nomor urut capres/Cawapres bukan ide @KPU_ID tp permintaan koalisi Pak @jokowi yg khawatir bila menggunakan No. Urut 1 atau 2 hny akan menguntungkan partai tertentu. Koalisi Pak @prabowo dan bang @sandiuno sih asyik2 aja. Monggo," cuit Dahnil.
Jika melihat cuitan Dahnil, sebenarnya masalah penambahan angka 0 tak menjadi masalah. Namun, warganet malah "heboh". Salah satunya terlihat dari akun twitter milik Ekonom Senior Rizal Ramli @RamliRizal pada 24 September 2018 yang mempertanyakan penambahan angka 0 tersebut.
"KPU @kpu mohon penjelasan mengapa mesti ditambahkan 0 didepan Capres 01 vs O2 ? Apa karena alasan metafisik ? Ajaib, tidak ada di seluruh dunia ? Bangsa seharusnya semakin rasional," cuit Pria yang akrab disapa RR ini.
Sontak, cuitan dari RR mendapat banyak respons dari warganet. Dalam diskusi di thread milik RR terlihat ada kekhawatiran penambahan angka 0 itu bisa memudahkan manipulasi di tingkat bilangan binari (komputer) dan lainnya. Bisakah hal itu terjadi?
Ketua Umum Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura menegaskan ketakutan penambahan 0 didepan nomor urut tidak akan mempengaruhi perhitungan suara dengan komputer nantinya.
"Saya akan jawab tegas ‘Tidak’. Karena dalam sistem biner, angka 0 hingga 9 serta abjad A hingga Z dan karakter-karakter huruf yang lain sudah direpresentasikan dalam bentuk byte (8 bit). Sehingga apapun bentuk angka dan hurufnya mesti sesuai dengan format Karakter yang dimaksud," kata Pria yang dikenal sebagai programmer dengan sejumlah inovasi ini.
Dicontohkannya, yang umum dipakai adalah format ASCII. Sebagai contoh angka biner untuk mewakili angka ‘01’ : 00110000 00110001 dan ‘02’ : 00110000 00110010.
Artinya jika ingin melakukan manupulasi data dari sisi biner, tidak ada pengaruh antara nomor urut ‘01’ atau pun ‘02’. Karena secara simbol kedua angka tersebut adalah selevel dan setaraf dan tidak ada pihak yang diuntungkan.
Dijelaskannya, prinsip kerja komputer adalah penghitungan atau komputasi, dimana alurnya mulai dari Input lalu Proses kemudian menjadi Output. Dalam sistem komputer, semua penghitungan dilakukan oleh Mikroprosesor, dimana semua input akan di-convert dalam bentuk data Biner (0 dan 1) dan kemudian akan dilakukan komputasi sesuai algoritma dari sisi aplikasi yang memerintahnya, barulah setelah itu akan keluar dalam bentuk output yang bisa mudah dibaca oleh manusia. Contoh output yang umum adalah dalam bentuk karakter/teks, gambar, dan suara.
Lalu kenapa komputer menggunakan angka biner? Jawabannya sangat sederhana, karena komputer adalah perangkat digital yang berisi jutaan transistor. Dimana, setiap komputasi melalui transistor akan diolah secara logika melalui gerbang-gerbang logika yang sudah terangkai rapih dalam bentuk rangkain elektronika atau IC (Integrated Circuit). Sebenarnya angka biner 0 dan 1 mempresentasikan kondisi sinyal digital (pulsa) yang lewat melalui transistor dimana angka ‘0’ mewakili kondisi (off) atau zero voltage, dan 1 mewakil 5V atau kondisi sinyal (On).
Dewan Pembina IDIEC Mochamad James Falahuddin menilai penambahan angka 0 lebih berbau politis ketimbang teknis. "Ini sebenarnya isu politik, soalnya kan untuk sosialisasi partai dan paslon juga. Gak ada urusan ama isu Teknoogi Informasi (TI). Mungkin yang punya usulan penambahan angka 0 itu percaya dengan "efek mantel" dimana Paslon bisa ngerek suara partai. Kebetulan salah satu Paslon kan nomornya sama dengan partainya," duganya.(dn)