JAKARTA (IndoTelko) – Ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan mencapai nilai US$130 Juta pada tahun 2020.
Nilai itu setara dengan 12% GDP Indonesia pada tahun 2020. Tentu saja nilai ekonomi digital itu akan terwujud jika seluruh pelaku ekonomi dapat meningkatkan kapasitas dengan dukungan pemerintah dalam mengoptimasikan teknologi digital.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Mohammad Rudy Salahuddin mengatakan tingkat penetrasi internet di Indonesia sudah cukup tinggi hampir 55% dari total penduduk atau populasi di Indonesia.
“Dengan jumlah tersebut, Indonesia memiliki potensi besar dalam kegiatan ekonomi digital, namun demikian pemanfaatan internet saat ini didominasi untuk kegiatan media sosial. Adopsi digital oleh UMKM di Indonesia juga masih relatif rendah,” ujarnya, pekan lalu.
Mengutip hasil riset Deloitte Tahun 2015 hanya sekitar 9 % dari UMKM Indonesia yang telah menjalankan bisnis mereka melalui platform ecommerce formal dan sekitar 36% UMKM masih belum menggunakan teknologi informasi sama sekali. “Hal ini sangat disayangkan karena pemanfaatan digital oleh UMKM dapat meningkatkan pendapatan hingga 38% secara umum dan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 2%,” ungkap Salahuddin.
Salahudin menilai adopsi dan pemanfaatan digital untuk sektor produktif masih terus perlu didorong agar dapat memperoleh manfaat yang lebih besar.
"Peningkatan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital merupakan kunci dalam memperoleh nilai tambah dan meningkatkan daya saing di era digital ini," tandasnya.
Menurutnya, di sektor retail, pemanfaatan teknologi digital atau eCommerce telah berkembang sangat pesat.
“Dalam studinya, McKinsey memproyeksikan bahwa perdagangan online di Indonesia akan tumbuh hingga delapan kali lipat dalam kurun waktu lima tahun yakni dengan nilai transaksi sebesar US% 8 Miliar pada Tahun 2017 akan tumbuh menjadi sekitar US$ 55 sampai US$ 65 miliar pada tahun 2022. Proyeksi ini merupakan potensi yang sangat besar untuk dicapai,” katanya.
Namun Rudy mengatakan yang perlu menjadi perhatian adalah ecommerce di Indonesia saat ini masih sangat eksklusif dan terkonsentrasi di Pulau Jawa.
“Aktivitas ecommerce masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan komoditas yang diperdagangkan sebagian besar masih berupa komoditas tersier. Kami mendorong perkembangan ecommerce dapat lebih luas agar manfaatnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat,” jelasnya.
Meskipun demikian, Salahuddin mengapresiasi perkembangan ecommerce saat ini mulai meluas ke beberapa sektor perekonomian. "Tentunya perkembangan sektor perekonomian ini masih menemui berbagai tantangan seperti konektivitas, adopsi digital, dan lain sebagainya. Namun kami percaya bahwa dukungan pelaku usaha dan komitmen kami selaku pemerintah akan dapat menyelesaikan tantangan tersebut dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat,” tutupnya.(wn)