JAKARTA (IndoTelko) - International Data Corporation (IDC) menilai kebijakan perang tarif yang dilancarkan Presiden Donald Trump memberikan pengaruh kepada proyeksi pertumbuhan belanja sektor Teknologi Informasi (TI) global atau (IT Spending) pada 2025 menjadi 5% dari sebelumnya sebesar 10%.
Tech Market Analys IDC Stephen Minton mengungkapkan kerbijakan tarif baru yang diperkenalkan oleh pemerintah AS akan menaikkan harga di sektor teknologi, mengganggu rantai pasokan, dan melemahkan belanja TI global pada tahun 2025.
Tarif ini disebut tidak hanya berdampak langsung pada inflasi harga teknologi di AS, tetapi juga meningkatkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi yang lebih luas.
“Pada tanggal 31 Maret 2025, IDC menerbitkan skenario penurunan, di mana belanja TI global akan tumbuh sebesar 5%, bukan pertumbuhan 10% yang saat ini kami proyeksikan dalam perkiraan dasar kami,” katanya.
Dia menjelaskan, tarif baru ini akan berdampak inflasi pada harga teknologi di AS, serta menyebabkan gangguan signifikan pada rantai pasokan.
Menurut Stephen, kebijakan tarif baru ini berdampak langsung kepada perangkat keras komputasi, penyimpanan, dan jaringan lainnya serta konstruksi pusat data. Bahkan sektor seperti perangkat lunak dan layanan akan terpengaruh jika tarif berlaku lebih lama.
“Ada juga dampak negatif tidak langsung dari tarif pada perangkat lunak dan layanan. Di mana penyedia perangkat lunak atau layanan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk infrastruktur. Hal ini berarti banyak vendor perlu memasukkan biaya yang lebih besar dalam asumsi harga mereka sendiri,” ujar Stephen.
Ditambahkannya, secara historikal, di tengah sensitivitas harga IT yang meningkat, pasar IT biasanya lebih tangguh dibandingkan dengan siklus ekonomi sebelumnya.
Diprediksinya, penyedia layanan akan mencoba mempertahankan investasi agresif mereka dalam penerapan infrastruktur artificial intelligence (AI), dan mereka memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan penggunaan aset hingga tingkat yang jauh lebih besar.
“Bagi bisnis, TI sebagian besar telah beralih dari model belanja modal ke model belanja operasional, di mana porsi belanja teknologi yang lebih besar sangat penting untuk operasi bisnis dan semakin terkait dengan kondisi bisnis,” ungkapnya.
Diyakininya, kelincahan (agility) adalah kunci untuk menavigasi periode gangguan dan ketidakpastian ini. Sehingga, IDC memerlukan beberapa bulan lagi agar gambaran lengkapnya menjadi lebih jelas.
“Tetapi hal ini telah menyebabkan penundaan dalam beberapa jenis investasi. Permintaan yang mendasari untuk TI masih tinggi, dan kemungkinan penurunan belanja TI secara keseluruhan masih sangat rendah. Tetapi menyesuaikan diri dengan garis dasar baru pertumbuhan yang lebih lambat dalam waktu dekat adalah realitas baru kami,” tegasnya.(ak)