JAKARTA (IndoTelko) - Pasar kripto terkoreksi cukup dalam pasca rilis beberapa data ekonomi Amerika Serikat baru-baru ini. Bitcoin yang sempat mengalami kenaikan di atas $100 ribu kembali turun ke level $96 ribu. Penurunan tersebut turut diiringi dengan penurunan mayoritas aset kripto di pasar termasuk aset kripto besar lainnya seperti DOGE, AVAX, LINK, DOT , dan UNI yang masing-masing mengalami penurunan lebih dari 10% dalam 24 jam terakhir.
Penurunan juga terjadi di pasar saham AS yang ditutup di zona merah pada Selasa (7/1) waktu setempat. Penurunan terbesar terjadi pada sektor teknologi, dengan indeks Nasdaq Composite anjlok sekitar 1,9%. Saham Nvidia (NVDA), yang sebelumnya mencetak rekor harga penutupan, merosot lebih dari 6% terlepas dari adanya paparan perusahaan terkait rencana besarnya di bidang AI.
Sedangkan di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun naik sekitar 7 basis poin, mendekati level 4,7%. Kenaikan tersebut mengindikasikan meningkatnya keraguan investor terhadap potensi berlanjutnya tren penurunan suku bunga The Fed.
Menurut Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, terkoreksinya pasar kripto dan Saham AS tersebut dipicu meningkatnya kekhawatiran investor terhadap potensi meningkatnya tekanan inflasi AS, yang mungkin dapat membuat The Fed tidak lagi melanjutkan penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC akhir bulan ini.
“Indikasi inflasi yang meningkat terlihat pada beberapa data ekonomi yang dirilis tadi malam, diantaranya seperti aktivitas sektor jasa yang melonjak ke level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir, defisit perdagangan yang melebar sebesar $4,6 miliar menjadi $78,2 miliar, dan jumlah rekrutmen tenaga kerja yang turun 125 ribu menjadi 5,269 juta,” jelasnya.
Aktivitas sektor jasa di Amerika Serikat meningkat pada bulan Desember, menunjukkan kondisi permintaan yang masih kuat. Menurutnya, biaya input untuk bisnis jasa juga melonjak, yang mengindikasikan kondisi inflasi yang masih tetap tinggi. "Laporan Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa indeks PMI sektor jasa naik dari 52,1 pada November menjadi 54,1 di Desember, melampaui perkiraan ekonom yang memproyeksikan angka 53,3. Indeks harga yang dibayarkan (prices paid) untuk sektor jasa melonjak dari 58,2 di bulan November menjadi 64,4 di Desember, yang merupakan level tertinggi sejak Februari 2023. Kenaikan tersebut menyoroti tantangan inflasi yang masih kuat sejalan dengan pandangan The Fed untuk mengurangi pelonggaran di tahun ini," ujarnya.
Di sisi lain, kondisi neraca perdagangan AS juga tidak kalah mengkhawatirkan, meskipun masih berada pada kondisi yang cukup stabil.
“Pelebaran defisit yang disebabkan oleh peningkatan impor yang lebih tinggi dapat menjadi faktor pendukung arah kebijakan presiden AS terpilih, Donald Trump, untuk menaikkan tarif, yang jika terjadi, memiliki potensi signifikan untuk turut mendorong kenaikan inflasi,” tambahnya.
Kenaikan tarif impor, apabila diberlakukan dapat turut berdampak pada sektor tenaga kerja. Data pasar tenaga kerja AS pada November 2024 yang dirilis malam tadi menunjukkan pertumbuhan rekrutmen pekerja yang mulai melambat dengan turunnya jumlah rekrutmen sebesar 125.000, meskipun jumlah lowongan pekerjaan mengalami peningkatan sebesar 259.000 menjadi 8,098 juta.
Dikatakan Fahmi, situasi tersebut mungkin mengindikasikan meningkatnya kehati-hatian para pelaku usaha di tengah outlook ekonomi yang beragam saat ini.
Rilis data inflasi CPI AS pada 15 Januari pekan depan akan menjadi momentum krusial menjelang penentuan kebijakan suku bunga AS pada 29 Januari mendatang. “Jika ternyata inflasi CPI menunjukkan kenaikan yang cukup minim atau bahkan tidak mengalami kenaikan, maka sentimen pasar besar kemungkinan akan kembali bullish. Namun, melihat perkembangan yang ada saat ini, kemungkinan lebih mengarah kepada kenaikan moderat, yang mungkin akan membuat The Fed menahan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan ini,” paparnya.
Diungkapkan Fahmi, di tengah dinamika dan outlook tersebut, momentum pelantikan Donald Trump pada 20 Januari berpotensi menjadi katalis positif bagi pasar kripto. Sehingga, secara umum, situasi di pasar kripto dan saham AS yang ada saat ini dapat dikatakan cukup menantang dengan peluang yang masih terbuka di tengah tantangan besar yang ada. "Adanya kebijakan atau inisiatif baru yang lebih suportif bagi pasar kripto oleh pemerintah AS di bawah kepemimpinan Trump akan menjadi faktor penting berlanjutnya reli yang ada saat ini,” tambahnya.
Situasi ini menuntut investor untuk lebih responsif, berhati-hati, disiplin, dan berani dalam mengambil keputusan. Dikatakannya, bagi investor yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, dapat berinvestasi di aset crypto yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar. Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai aset crypto blue chip dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. "Investor juga dapat mengoptimalkan investasi Saham AS melalui fitur Insights yang merangkum informasi dengan berbagai metodologi dan teknik analisis yang mudah dipahami dalam satu score untuk memudahkan investor dalam mengambil keputusan,” jelasnya.
Di fitur Insights, investor dapat dengan mudah mengetahui pemberitaan di media massa dan perbincangan di media sosial, serta memberikan notifikasi kepada investor ketika suatu perusahaan Saham AS tiba-tiba viral di Buzz Score. Kemudian, investor juga bisa memantau status harga Saham AS yang sedang diskon di Valuation Score yang serta mengidentifikasi perusahaan dengan fundamental yang kuat dan performa positif di Quality Score. (mas)