JAKARTA (IndoTelko) – ASEAN Foundation dan SAP menyelenggarakan babak final tingkat regional kompetisi ASEAN Data Science Explorers (ADSE), yang memunculkan tiga tim mahasiswa dari Singapura, Filipina dan Vietnam sebagai pemenang untuk solusi, wawasan dan data mereka guna memecahkan masalah sosial yang mendesak di wilayah tersebut.
Singapura menjadi tuan rumah pada kompetisi yang terselenggara tahun ini. Inisiatif ini menjangkau 5 ribu anak muda di 175 institusi pendidikan tinggi di ASEAN untuk meningkatkan literasi digital mereka dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih besar bagi masa depan ASEAN.
Para peserta kompetisi tersebut mendapatkan pelatihan atas perangkat lunak SAP Analytics Cloud melalui serangkaian webinar dan seminar lokal, menggunakan keterampilan data yang baru diperoleh untuk mewujudkan enam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB yang dipilih.
Keenam tujuan tersebut adalah (1) kesehatan dan kesejahteraan yang baik, (2) pendidikan berkualitas, (3) kesetaraan jender, (4) pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, (5) industri, inovasi & infrastruktur dan (6) kota dan masyarakat yang berkelanjutan. Keikutsertaan kompetisi tersebut pada tahun ini naik tiga kali lipat dengan 801 tim mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu politik, teknik dan arsitektur yang mengumpulkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti dari data untuk menghasilkan solusi yang berdampak langsung pada bidang-bidang ilmu tersebut.
Tim Plan B dari Singapura, yang terdiri dari Tay Kai Jun dan Madhumitha Ayyappan dari NUS High School of Math and Science dinobatkan sebagai juara tingkat ASEAN hari ini di putaran babak final tingkat regional. Proyek mereka, ‘From Slumming to Sustainability’ bertujuan untuk menggembleng ASEAN untuk mengubah permukiman kumuh menjadi microcities yang berkelanjutan.
Tim Dimicrocambio dari Filipina, yang terdiri dari Jade Hizon dan John Rusty Perena dari Nueva Ecija University of Science and Technology keluar sebagai runner-up. Proyek mereka, 'Mengalibrasi ulang perangkat pendidikan melalui pendidikan kewirausahaan' berfokus pada bagaimana pendidikan kewirausahaan dapat memberdayakan siswa untuk mengubah ide mereka menjadi tindakan.
Sementara itu, tim Pangolin dari Vietnam, yang terdiri dari Nguyen Van Thuan dan Mai Thanh Tung dari RMIT University Vietnam meraih tempat ketiga untuk proyek mereka 'Menaklukkan Gelombang Perdagangan Global', yang membahas masalah perdagangan yang kurang beruntung karena perbedaan kapasitas transportasi laut di antara negara-negara ASEAN.
Meskipun tidak keluar sebagai pemenang di babak final tingkat regional, tim OWL, tim mahasiswa dari Indonesia mengatakan mereka sangat bersyukur telah mengambil bagian dalam kompetisi ADSE dan belajar keterampilan dasar kepemimpinan, kerja tim, dan yang paling penting teknologi digital.
Belajar di Universitas Bina Nusantara, para siswa, Willy Pratama dan Owen Gunawan mempresentasikan proyek perangkat lunak berjudul 'SMARCO,' kependekan dari 'Smart Circular Economy.'
SMARCO adalah platform yang memungkinkan perusahaan untuk berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka dalam mengelola limbah yang mereka hasilkan. Inspirasi untuk proyek ini berasal dari inisiatif untuk mencegah kerusakan lingkungan yang dihasilkan oleh cara perusahaan memproses dan membuang limbah mereka, dan menciptakan lingkungan industri yang lebih efisien.
“Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada ASEAN Foundation dan SAP untuk memungkinkan kami untuk menjadi bagian dari kesempatan yang mengubah hidup kami. Kami tidak dapat lebih bersyukur karena memiliki kesempatan untuk bekerjasama dengan para ahli dalam mengembangkan keterampilan digital kami, sekaligus bertemu sesama mahasiswa dari negara-negara ASEAN lainnya dan tokoh-tokoh kunci yang bekerja keras untuk mengubah kehidupan banyak orang di ASEAN menjadi lebih baik setiap harinya. Kami tidak sabar untuk melihat bagaimana ide kami dapat dibentuk dan dipraktekkan oleh para ahli di tahun-tahun mendatang,” kata Willy.
Direktur Eksekutif dari ASEAN Foundation Elaine Tan menjelaskan inisiatif seperti ASEAN Data Science Explorers mempromosikan interaksi lintas batas dan mobilitas yang lebih besar di seluruh kawasan dan melengkapi kaum muda kita dengan keterampilan penting yang diperlukan untuk berkembang dalam masa depan yang semakin menantang dan disruptif.
ASEAN Foundation dan SAP juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk memperpanjang kolaborasi strategis mereka hingga tahun 2019, setelah kolaborasi selama dua tahun terakhir.
“Selaku pemimpin pasar dalam perangkat lunak aplikasi perusahaan, SAP percaya bahwa teknologi terletak pada pusat kehidupan banyak orang. SAP berusaha untuk mengembangkan solusi teknologi terbaik untuk membantu masyarakat Indonesia menjalani kehidupan yang lebih baik, meningkatkan kualitas tenaga kerja milenial dan pada akhirnya mendorong dampak sosial yang positif,” kata Managing Director SAP Indonesia Andreas Diantoro.(wn)