JAKARTA (IndoTelko) - Debat pemilihan Presiden (Pilpres) putaran kedua pada Minggu (17/2) menjadi ajang pamer keberhasilan bagi calon Presiden (Capres) Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana dalam membangun infrastruktur digital.
"Kita telah bangun yang namanya Palapa Ring. ini adalah tersambungnya backbone broadband dengan kecepatan tinggi. Di Indonesia bagian Barat telah 100% diselesaikan. Di Indonesia bagian tengah 100% kita selesaikan. Indonesia bagian timur telah selesai 90% dan akan kita selesaikan pada tahun ini. inilah sekali lagi pentingnya infrastruktur selain pembangunan sumberdaya manusia yang ke depan ini juga secara besar-besaran kita lakukan," kata Jokowi kala debat berlangsung.
Hal yang menarik adalah pasca debat yakni Senin (18/2), Mantan Menkominfo Tifatul Sembiring melalui akun Twitter @Tifsembiring menyatakan ide pembangunan Palapa Ring dari tahun 1998, baru mulai direncanakan dan tahapannya di tahun 2005.
Selanjutnya Tifatul memposting dua artikel lama yang memuat berita dengan judul "Presiden SBY Resmikan Pembangunan Palapa Ring dari Kompas.com keluaran (30/11/2009) dan berita dari laman detikinet (28/5/2013) dengan judul "Tifatul Resmikan Pembangunan Palapa Ring Indonesia Timur".
"Proyek Palapa Ring penting untuk dilanjutkan, siapapun pemerintahnya. Kalaupun sudah tersambung semua, perlu pemerataan serta meningkatkan kwalitas internetnya," cuit Pria yang akrab disapa Ustad di lini masa itu.
Dalam penelusuran IndoTelko, proyek Palapa Ring merupakan megaproyek membangun tulang punggung (backbone) serat optik internasional yang terdiri dari 7 cincin (ring) melingkupi 33 provinsi dan 460 kabupaten di KTI.
Jika merujuk dengan pernyataan Tifatul yang dimaksud peresmian pada 2013 atau kick off di 2009 adalah segmen Palapa Ring yang diambil PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dikenal dengan proyek Maluku Cable System (MCS).
Jalur ini merupakan bagian dari program pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) milik Telkom.
SMPCS merupakan pembangunan jaringan serat optik yang menjangkau 8 propinsi dan 34 kabupaten di Kawasan Timur Indonesia. Propinsi yang dijangkau meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan Papua.
Infrastruktur dengan panjang total 8.722 kilometer itu menghubungkan Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia. Peresmian proyek SMPCS dilakukan Jokowi pada Mei 2015. (
Baca: Proyek SMPCS Telkom)
Sementara konsep pembangunan Palapa Ring versi yang disebut Tifatul dirancang akan dibangun enam perusahaan yang tergabung dalam suatu konsorsium Palapa Ring. Keenam perusahaan itu berikut persentasi keikutsertaannya adalah PT Bakrie Telecom Tbk (13,3%), PT Excelcomindo Pratama Tbk (13,3%), PT Indosat Tbk (13,3%), PT Infokom Elektrindo (termasuk PT Mobile-8 Telecom Tbk sebesar 6,3%), PT Powertek Utama Internusa (representasi Linbrooke Worldwide Ltd sebesar 10%), dan porsi sisanya diambil PT Telkom.
Sayangnya, konsorsium ini bubar jalan pada 2009, hanya Telkom yang melanjutkan dengan mengambil sebagian rute Palapa RIng kala membuat SMPCS.
Di era Menkominfo Rudiantara, ide Palapa Ring dilanjutkan tetapi konsep pembangunan dan pemodalan diganti.
(Baca:
Palapa Ring versi Kabinet Kerja)
Palapa Ring versi Kabinet Kerja terdiri dari tiga paket, yaitu Palapa Ring Paket Barat, Palapa Ring Paket Tengah, dan Palapa Ring Paket Timur.
Proyek Palapa Ring versi kabinet kerja merupakan proyek Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII).
Proyek ini memperoleh dukungan fasilitasi pendampingan proses transaksi dan menerapkan skema pembayaran ketersediaan layanan atau availability payment (AP) dari Menkeu. Komponen yang dibiayai AP adalah biaya modal, biaya operasional, dan keuntungan wajar yang diinginkan badan usaha.
PT Palapa Ring Barat merupakan Badan Usaha Pelaksana (BUP) bentukan Konsorsium Mora Telematika Indonesia – Ketrosden Triasmitra selaku pemenang lelang Proyek Palapa Ring Paket Barat. Kabel optik yang digelar sekitar 2.000 km.
Paket tengah yang dimenangkan konsorsium Pandawa Lima mengerjakan infrasatruktur di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai dengan Kep. Sangihe-Talaud) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 2.700 km. Ditaksir nilai proyek ini US$ 47,08 juta.
Pandawa Lima terdiri atas LEN sebagai Ketua Konsorsium dengan porsi kepemilikan 51%, PT Teknologi Riset Global Investama (TRG) dengan porsi kepemilikan 34%, sisanya PT Sufia Technologies, PT Bina Nusantara Perkasa (BNP), dan PT Multi Kontrol Nusantara dengan porsi kepemilikan di konsorsium masing-masing 5%.
PT Palapa Timur Telematika (PTT) mengerjakan proyek Palapa Ring Timur. Proyek Palapa Ring Paket Timur menjangkau wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua (sampai dengan pedalaman Papua) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 6.300 kilometer.(dn)