JAKARTA (IndoTelko) – Era disrupsi telah membuka kesempatan bagi para pekerja informal yang saat ini mendominasi jumlah angkatan kerja Indonesia.
Jam kerja yang fleksibel, jaringan mitra yang luas, kesempatan untuk bertemu orang baru setiap hari, dan sistem platform yang semakin aman adalah beberapa alasan bagi banyak mitra untuk bergabung dengan Grab.
Hal ini juga dirasakan oleh Fahriana dan Siti, dua mitra pengemudi GrabCar di Banjarmasin yang berhasil menghapus stigma sosial tentang pekerjaan yang “pantas” bagi seorang perempuan, dan kini mereka bisa memiliki kesempatan yang sama untuk berkarya dan memenuhi kebutuhan finansial mereka.
Awalnya, Fahriana bekerja sebagai fotografer freelance dari satu acara ke acara lainnya di Banjarmasin. Namun, seiring berjalannya waktu, Fahriana menyadari bahwa penghasilannya kerap tidak menentu.
Sebagai seorang single parent yang harus mengambil peran sebagai kepala rumah tangga sekaligus tulang punggung keluarga, ibu empat anak ini juga sempat menjual kue demi mendapatkan penghasilan tambahan, namun tetap belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berbekal keinginan yang kuat untuk memberikan nafkah yang cukup bagi anak-anaknya, pada bulan Mei 2018, Fahriana kemudian mendaftar sebagai mitra pengemudi GrabCar.
“Pada awalnya, semua anak saya menentang keinginan saya untuk menjadi mitra pengemudi GrabCar. Kekhawatiran ini muncul karena profesi sebagai mitra pengemudi yang selalu identik dengan pekerjaan laki-laki. Selain itu, saya juga diharuskan untuk bertemu orang yang berbeda setiap harinya, tanpa mengetahui lebih lanjut siapa dan berasal dari mana mereka. Namun, desakan finansial membuat saya dan keluarga saya tidak memiliki pilihan lain,” jelas Fahriana terkait keputusannya bergabung dengan Grab.
Seiring dengan berjalannya waktu, kondisi ekonomi Fahriana pun berangsur membaik. Keputusannya untuk bergabung dengan Grab bisa dibilang merupakan keputusan yang tepat, karena kini, dirinya telah berhasil menyekolahkan anak-anaknya dan bahkan salah satunya sudah bekerja.
“Grab telah membantu saya untuk keluar dari krisis ekonomi yang dihadapi keluarga saya. Anak sulung saya telah lulus sekolah dan bekerja dan saat ini saya juga dapat mencicil satu unit mobil sambil terus membiayai pendidikan ketiga anak saya yang masih mengenyam pendidikan,” tambah Fahriana.
Lain kisah Fahriana, lain juga kisah Siti. Siti awalnya bekerja sebagai instruktur senam otak. Masalah mulai muncul saat penghasilan sang suami yang tidak menentu belum bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga. “Tantangan yang kami lewati sebagai seorang mitra pengemudi perempuan tentu tidak mudah. Kami secara terus-menerus memberikan pengertian pada keluarga dan anak-anak bahwa pekerjaan ini insya Allah baik adanya,” kata Siti.
Selain itu, Siti juga tidak menampik bahwa kodratnya sebagai perempuan membuat dirinya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, terutama karena profesi mitra pengemudi yang memang identik dengan kaum Adam. Namun, Siti memutuskan untuk tidak mengambil pusing akan hal itu. “Tidak sedikit masyarakat yang memandang kami sebelah mata. Namun, selama kami bekerja dengan jujur dan niat yang baik, kami yakin hasil yang kami dapatkan juga akan baik. Kami juga bersyukur berkat berbagai fitur keamanan Grab terbaru seperti penyamaran nomor telepon pribadi, tombol darurat dan selfie authentication untuk bisa masuk ke dalam aplikasi, kami merasa lebih aman dan nyaman dalam bekerja,” tutup Siti.
Tidak lupa besyukur dan berkontribusi bagi lingkungannya, Fahriana merupakan salah satu relawan yang memberikan pangan cuma-cuma di salah satu Masjid, selain menjadi penyumbang tetap Tahfidz Quran di Manarap, Banjarmasin. Siti tetap memanfaatkan ilmunya sebagai mentor senam otak di berbagai taman kanak-kanak di Banjarmasin.
Fahriana dan Siti merupakan 2 dari lima juta wirausahawan mikro yang tergabung dalam ekosistem Grab di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics, Grab berhasil meningkatkan rata-rata pendapatan mitra pengemudi GrabCar sebanyak 114%.
Era disrupsi telah membuka kesempatan bagi para pekerja informal yang saat ini mendominasi jumlah angkatan kerja Indonesia. Dengan memanfaatkan teknologi, Grab telah meningkatkan peluang pendapatan bagi para wirausahawan mikro yang bekerja di sektor informal melalui ekosistem yang membantu meningkatkan potensi pendapatan dan memperbaiki kualitas hidup mereka.(pg)