telkomsel halo

Heboh tiket mahal di OTA, ini langkah Kemenhub

09:53:00 | 01 Jun 2019
Heboh tiket mahal di OTA, ini langkah Kemenhub
JAKARTA (IndoTelko) - Publik tengah ramai membicarakan mahalnya harga tiket penumpang untuk rute-rute tertentu menjelang liburan Lebaran 2019.

Tiket Bandung-Medan atau Jakarta-Makassar misalnya, di platform layanan aplikasi penjualan tiket seperti Traveloka.com atau Tiket.com, bisa dijual lima enam kali lipat dari tarif normal.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B. Pramesti menegaskan, pihaknya telah meminta maskapai untuk mengingatkan dan menegur mitra penjual/agen untuk tidak menampilkan harga yang tidak masuk akal karena penerbangan harus melalui beberapa kali transit.

“Karena yang muncul di layar aplikasi konsumen, harga tiket jadi tidak masuk akal. Kalau maskapai tidak diingatkan untuk menegur mitra mereka, ini akan merugikan reputasi maskapai sendiri, sekaligus membuat calon penumpang menjerit,” ujar Polana dalam keterangan belum lama ini.

Polana menambahkan, dalam suasana di mana permintaan tiket pesawat mengalami puncak seperti musim liburan dan Lebaran 2019 tahun ini, pemunculan harga yang tidak masuk akal akan makin membuat publik kebingungan dan menurunkan kepercayaan terhadap pelayanan dalam industri penerbangan.

Penjelasan
Menurutnya, tiket yang dijual di aplikasi bukanlah tiket penerbangan langsung sesuai tujuan. (Baca: Tiket di OTA)

Untuk rute Bandung tujuan Medan misalnya, tiket yang ditawarkan adalah melalui transit Denpasar dan Jakarta, baru terbang ke Medan. Bagaimana dengan Jakarta-Makassar? Penerbangan yang ditawarkan harus transit melalui Jayapura, baru terbang lagi ke barat dari Jayapura ke Makassar.

Mengapa rute yang dipilih calon penumpang bisa menjadi seperti itu? Mengapa itu bisa terjadi?

Mengingat platform aplikasi penjualan tiket menawarkan pilihan sesuai dengan rute dan tanggal yang sudah dipilih oleh konsumen atau calon penumpang. Setelah calon penumpang memilih rute dan tanggal, mesin aplikasi akan mencarikan semua jadwal penerbangan yang tersedia untuk rute tersebut pada tanggal yang telah dipilih.

Aplikasi kemudian akan memfilter jadwal yang masih tersedia, lalu menampilkannya di layar aplikasi pelanggan. Di layar, pelanggan bisa mengurutkan berdasarkan harga yang ditawarkan, termasuk memfilter jenis-jenis maskapai tertentu.

Karena berbasis mesin algoritma, maka aplikasi akan menyediakan semua pilihan yang tersedia, termasuk apabila rute penerbangannya harus transit melalui bandara-bandara tertentu. Pada musim-musim ramai seperti liburan Lebaran, penerbangan langsung untuk tanggal-tanggal favorit biasanya sudah tidak tersedia. Calon penumpang yang membeli di waktu yang mepet dengan tanggal keberangkatan, akan disodori pilihan penerbangan yang masih tersisa, termasuk apabila harus transit.

Pencarian rute yang dipilih calon konsumen tentu saja menggunakan mesin. Mesin akan memasukkan harga tiket sesuai dengan rute penerbangan yang masih tersedia, sehingga apabila diakumulasi harganya menjadi berlipat-lipat dibandingkan dengan penerbangan langsung.

Dalam peraturan di industri penerbangan, penumpang akan dibebani biaya tambahan seperti pajak  iuran wajib asuransi, dan Passanger service charge (PSC) untuk penerbangan ke setiap titik. Apabila rute yang dipilih konsumen harus transit di 2 bandara, maka ia akan dikenai tambahan biaya sebanyak 3  kali, yakni biaya di bandara keberangkatan dan dua bandara transit.

Lalu, bagaimana mungkin rute Jakarta-Makassar ditawarkan harus transit ke Jayapura terlebih dahulu? Atau untuk terbang dari Bandung ke Medan, calon penumpang harus terbang ke Denpasar terlebih dahulu?

Karena berdasarkan mesin yang ada dalam aplikasi layanan online, penerbangan untuk jadwal yang dipilih calon penumpang pada tanggal tersebut, tinggal itulah satu-satunya pilihan yang tersedia, sedangkan pilihan penerbangan yang langsung sudah diambil oleh penumpang lain jauh-jauh hari sebelumnya.

Dengan cara bekerja mesin layanan seperti itu, maka aplikasi akan memunculkan semua kemungkinan yang masih tersedia untuk jadwal penerbangan yang diinginkan konsumen, sehingga mengakibatkan harganya menjadi tidak masuk akal, karena diakumulasi dari setiap penerbangan dari titik keberangkatan ke titik transit pertama, transit kedua, dan seterusnya, sampai dengan titik akhir penerbangan.

Menggelikan
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menilai viralnya berita harga tiket mahal sangat menggelikan.

"Ini saya kira ulah OTA (Online Travel Agent) yang menyesatkan konsumen. Itu sama saja kita dari Jakarta mau ke Yogya tapi transit di Singapur dulu, lalu ke Jakarta lagi, baru ke Yogya. Aneh bin ajaib. Rute yang ditawarkan OTA tidak rasional, sengaja untuk menguras kantong konsumen," katanya.

Diingatkannya, kelas bisnis pesawat memang harganya bisa berlipat lipat dari kelas ekonomi, apalagi diputar putar pula. Tiket kelas bisnis/eksekutif di pesawat, bahkan di bus AKAP, tidak diatur oleh pemetintah.

GCG BUMN
"Yang diatur hanya kelas ekonomi, via Tarif Batas Atas dan Tarif Batas Bawah. kelas bisnis tergantung operator maskapai, sesuai mekanisme pasar. Bagi maskapai udara, tiket kelas bisnis berfungsi untuk subsidi silang bagi kelas ekonomi yang dianggap masih merugi. kelas bisnis di pesawat hanya beberapa seat saja, sekitar 10-an seat untuk sekelas pesawat Boeing 737 atau Air Bus 320 (narrow body). Maka pilihan yang rasional bagi konsumen adalah menggunakan kelas ekonomi saat naik pesawat. Itupun tarifnya sudah kini setinggi langit. Jadi pihak OTA jangan membuat rute tujuan penerbangan yang membuat konsumen bingung dan heboh," tutupnya.(wn)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year