telkomsel halo

Sering demo, mitra Gojek ternyata cukup bahagia

06:33:47 | 08 Aug 2019
Sering demo, mitra Gojek ternyata cukup bahagia
JAKARTA (IndoTelko) - Aksi demonstrasi yang dilakukan mitra pengemudi Gojek ternyata tak menurunkan tingkat kepuasan para pekerja terhadap aplikasi ride-hailing itu.

Setidaknya itu yang ditunjukkan dari hasil penelitian Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yang mengungkapkan bahwa para mitra yang berada dalam ekosistem Gojek mengakui adanya manfaat di luar keuntungan ekonomi yang mereka peroleh.

Hal ini diungkapkan dalam penelitian kualitatif berjudul “Makna Kerja, Tingkat Kepuasan, dan Well-Being Mitra Go-Jek Indonesia” pada 2019 dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh dampak yang dirasakan mitra Go-Jek dalam kehidupan mereka.

Kepala Lembaga Demografi FEB UI Turro S. Wongkaren, Ph.D mengungkapkan penelitian kualitatif ini merupakan lanjutan dari penelitian LD FEB UI sebelumnya yang bersifat kuantitatif mengenai dampak ekonomi mitra Go-Jek kepada perekonomian Indonesia.

“Pada riset sebelumnya, LD menghitung bahwa kontribusi Go-Jek terhadap perekonomian Indonesia berada di kisaran Rp 44,2-55 triliun jika menggunakan asumsi 100% mitra aktif. Namun, hal yang perlu lebih lanjut ditelaah adalah apakah kontribusi ekonomi yang besar ini juga diikuti dengan kepuasan dan kebahagiaan mitranya,” ujar Turro dalam keterangan kemarin.

Penelitian terhadap ratusan mitra Gojek ini mempunyai jumlah narasumber yang cukup besar dibanding penelitian kualitatif pada umumnya sehingga dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang makna kerja, kepuasan, dan kebahagiaan (well-being) terhadap bentuk kemitraan non-tradisional di ekonomi digital.

Peneliti LD FEB UI Dr. Bagus Takwin, M.Hum, memaparkan mitra memaknai pekerjaan mereka lebih dari sekadar menghasilkan uang untuk memenuhi kepentingan sendiri. “Mereka melihat hidup menjadi lebih bermakna karena dengan menjadi mitra Go-Jek, mereka bisa membantu banyak orang dan menebarkan kebaikan. Dalam konteks industri digital yang menganut sistem kemitraan seperti Go-Jek, makna kerja menjadi penting karena setiap orang punya pilihan dan otonomi dalam bekerja, yang mana ini lebih memberdayakan mitra,” kata Bagus.

Berdasar pengukuran kepuasan hidup mitra yang menggunakan instrumen The Satisfaction with Life Scale (SWL) dari Pavot dan Diener (2013) , skor rata-rata kebahagian mitra yang ditemukan pada penelitian ini adalah 24,3 dari skala maksimal 35. Artinya, secara umum mitra Go-Jek tergolong “cukup puas dengan hidupnya yang menjadi lebih baik dan merasa bahagia.”

Dia menyatakan, keadaan mitra Go-Jek yang bahagia bisa membuat mereka tetap semangat memperbaiki hidup sehingga bisa naik tangga kelas ekonomi dan sosial. “Kebahagiaan (well-being) menjadi optimal dengan adanya rancangan kemitraan Go-Jek, yang memungkinkan mitra memiliki kebebasan terhadap target dan waktu kerja mereka,” ujar Bagus.

Dengan menggunakan konsep well-being dari Martin Seligman, penelitian ini menemukan bahwa para mitra Go-Jek mengalami unsur-unsur kebahagiaan yang mencakup:

• Emosi positif (positive emotion) yang meliputi perasaan senang, bangga, puas, rasa syukur, terharu, dan kagum dengan pengalaman saat bermitra dengan Go-Jek.
• Keterlibatan intensif (engagement) dalam pekerjaan. Para mitra Go-Jek sering terlibat dalam kegiatan yang mendorong mereka untuk menggunakan keterampilan, kekuatan, dan perhatian sepenuhnya saat bekerja.
• Hubungan positif (relationship). dengan orang lain, baik sesama mitra, pelanggan, komunitas, maupun masyarakat luas.
• Makna (meaning). Mitra merasa bermakna karena mengerjakan hal yang dianggap penting dan membantu meringankan beban hidup orang lain.
• Prestasi/pencapaian (accomplishment). Bergabung dengan Go-Jek memberi kesempatan pada mitra untuk terus memperoleh pencapaian.

Lebih lanjut, penelitian ini menemukan lima faktor utama di balik kebahagiaan mitra Go-Jek, yaitu:
(1) Kesesuaian pekerjaan dengan kepribadian,
(2) Interaksi sosial dan rasa persaudaraan yang kuat, khususnya keterlibatan di banyak komunitas,
(3) Perasaan otonom dalam bekerja, khususnya kebebasan mengatur waktu kerja,
(4) Penghargaan dalam bentuk apresiasi dari pelanggan, perusahaan dan teman, serta pembelajaran dari lingkungan sekitar,
(5) Perasaan dibutuhkan oleh masyarakat karena mampu meringankan beban banyak orang.

“Penelitian ini menemukan bahwa perasaan sebagai pahlawan sehari-hari dan penghargaan yang didapat dari manajemen Go-Jek dapat membuat mitra merasa bahagia. Melalui komunitas yang mitra dirikan secara mandiri, mereka juga dapat memperluas jaringan sosial mereka dan melakukan kegiatan sosial untuk kelompok yang membutuhkan," katanya.

Menurutnya, perlakuan Go-Jek yang baik terhadap mitra dapat menjadi inspirasi untuk pemain lain di industri yang sama agar memperlakukan mitra sebagai bagian yang integral pada bisnis dan tidak hanya sebatas kepentingan finansial.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang melibatkan sebanyak 201 orang mitra Go-Jek (109 laki-laki dan 92 perempuan) dari layanan Go-Ride (pengemudi roda dua); Go-Car (pengemudi roda empat); Go-Food (merchant); Go-Massage (talent jasa pijat); Go-Clean (talent jasa kebersihan); dan Go-Auto (talent jasa otomotif), dari sembilan kota yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Balikpapan, Makassar, dan Palembang. Mitra yang menjadi responden penelitian adalah mereka yang aktif di Go-Jek selama enam bulan terakhir.

Sebelumnya, mitra pengemudi melakukan aksi demonstrasi di kantor PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) di berbagai daerah.

GCG BUMN
Tuntutan dari mitra Gojek nyaris sama dalam setiap demonstrasi yakni menghapus orderan prioritas, menggunakan tarif yang sewajarnya, menghapus asuransi penumpang yang dibebankan kepada pengemudi, dan meminta penerapan skema insentif dan tarif yang sesuai serta adanya perjanjian kemitraan yang adil.(id)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories