JAKARTA (IndoTelko) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) di pertengahan November lalu memperkenalkan tujuh Staf Khusus (Stafsus) yang berasal dari kalangan milenial kepada masyarakat di Istana Merdeka.
Salah satunya adalah Adamas Belva Syah Devara (29 tahun), lulusan S2 Harvard University dan Stanford university di Amerika serikat. Belva adalah pendiri dan juga CEO Ruang Guru.
"Pertama kali saya ditelpon istana dan ditawarkan menjadi Staf Khusus Presiden, saya kaget dan senang sekali, dan pertanyaan pertama di benak saya adalah apa tugasnya? Saya diberitahu bahwa Presiden berharap bahwa kami bisa membawa ide kreatif/out of the box untuk beliau dengan pikiran "digital" dan bukan lagi pikiran "analog". Saya akan masuk dalam stafsus Gugus Inovasi," ceritanya melalui Kultwit di akun Twitternya beberapa waktu lalu.
Diceritakannya, para milenial terpilih harus diformalkan menjadi Stafsus, karena butuh koordinasi menyeluruh, termasuk berpartisipasi dalam meeting dengan kementerian/lembaga sehingga idenya juga dapat didiskusikan dan diimplementasikan dengan baik. Bukan menjadi ide awang-awang yang turun dari langit.
"Lalu disampaikan juga bahwa kami diharapkan tetap melanjutkan aktivitas kami supaya tidak tercerabut dari "akar" kami di sektor masing-masing, dan tetap peka terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat. Dan supaya kami tidak terlarut dalam birokrasi di dalam pemerintahan yang ada yang berbelit-belit/njelimet, serta tidak terputus dari realita lapangan," katanya.
Diakuinya, secara pribadi, posisi ini seperti mercusuar. "Kami dilibatkan di rapat terbatas, mendampingi presiden secara langsung di kunjungan kerja beliau, ikut terlibat dalam debat dan diskusi internal lintas sektor dan lintas kementerian," katanya.
Ditegaskannya, dirinya akhirnya menerima tawaran sebagai stafsus karena merasakan betul keseriusan Bapak Presiden mendengar aspirasi anak muda. Menurutnya jarang sekali anak muda bisa duduk di meja yg sama menyuarakan inovasi utk pembangunan Indonesia.
Direncanakannya, dalam 5 tahun ke depan, dirinya akan fokus di sektor-sektor strategis berikut digital delivery of public services, kewirausahaan/umkm, dan kepemudaan.
Dipaparkannya, digitalisasi layanan publik. Masih banyak pekerjaan publik dilakukan manual. Banyak hal lebih efektif dan efisien kalau ditransformasikan dalam bentuk digital. Bisa masif dan rekaman data lengkap. Ini lintas sektor: Kependudukan, Perpajakan, Pendidikan.
"Kita dapat banyak belajar dari implementasi digital delivery of public services negara lain, contoh: Estonia, Singapura, negara timur tengah dan lainnya. Tentunya bukan copy paste saja, harus disesuaikan dengan realita lapangan di Indonesia,"katanya.
"Rencananya saya juga akan menggabungkan prinsip UX/Human Centered Design (yang sudah biasa diterapkan di startup) dengan kebijakan publik. Tim saya nanti "rasa"-nya akan kental digital, muda, kreatif. Sedang didiskusikan pula untuk membentuk saluran guna mendengar dan menangkap aspirasi dari anak muda/masyarakat umum. Baik offline maupun online, jadi semua bisa partisipasi. Perlu digarisbawahi juga bahwa saya bukan politisi, saya bergabung untuk menjadi pekerja. Kontribusi sebisa saya, itu fokus saya," pungkasnya.(ak)