JAKARTA (IndoTelko) - Pemerintah terus mendorong pengembangan inovasi teknologi di sektor industri untuk memenangkan persaingan di kancah global, terutama dalam menghadapi era industri 4.0.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Balai Besar serta Balai Riset dan Standardisasi Industri yang dimilikinya, proaktif melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang).
“Kegiatan litbang tersebut diharapkan dapat berkontribusi dalam menjawab permasalahan industri saat ini, dengan meningkatan nilai tambah bagi komoditas domestik dan mengurangi ketergantungan pada produk impor,” kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, Sony Sulaksono di Jakarta, Selasa (24/12).
Beberapa waktu lalu, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin telah menggelar kegiatan Penghargaan Litbang Unggulan. “Tujuannya untuk memberikan apresiasi kepada Balai Besar dan Baristand Industri di lingkungan Kemenperin yang menghasilkan hasil litbang terbaiknya,” ujar Sony.
Pada tahun 2019 ini, telah terpilih enam hasil litbang terbaik. Pertama, hasil litbang dari Baristand Industri Medan dengan judul “Rekayasa dan Rancang Bangun Heavy Duty Coupling Produk Industri Kecil Menengah untuk Pabrik Kelapa Sawit”. Hasil litbang ini dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan menekan nilai impor pada komponen mesin yang digunakan oleh pabrik kelapa sawit di Indonesia.
Kedua, Balai Besar Kerajinan dan Batik, dengan judul “Perancangan Aplikasi Pembeda Produk Batik dan Tiruan Batik menggunakan Tensor Flow, Batik Analyzer”. Aplikasi ini mengadopsi teknologi Artificial Intelligence (AI), berupa machine learning, dengan sistem yang dapat dilatih untuk membedakan produk batik dan produk tiruan batik.
Ketiga, hasil litbang terbaik yang juga dihasilkan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik, yakni “Limbah Kulit Buah Kakao Untuk Pewarna Batik“. Limbah kulit buah kakao yang selama ini belum banyak dimanfaatkan, ternyata dapat menjadi produk yang lebih bernilai untuk keperluan bahan pewarna alami batik berkat teknologi yang dihasilkan oleh balai tersebut.
Keempat, Balai Besar Kimia Kemasan, berhasil mendapatkan Penghargaan Litbang Unggulan atas risetnya yang berjudul “Antioksidan dan Wound Healing dari Ekstraksi Spirulina sp sebagai Bahan Sediaan Kosmetik”.
Analisa dari percobaan ekstraksi yang dilakukan menunjukkan antioksidan dari Spirulina berpotensi digunakan sebagai bahan untuk mempercepat penyembuhan luka (wound healing) dengan meningkatkan pertumbuhan sel, sehingga regenerasi sel pada kulit yang mengalami kerusakan akan berlangsung lebih cepat.
Kelima, Balai Besar Pulp dan Kertas mendapatkan penghargaan atas hasil litbang dengan judul “Furfural dari Proses Pembuatan Pulp”. Cairan prehydrolized liquor (PHL) yang dihasilkan oleh industri dissolving pulp masih banyak mengandung hemiselulosa dan belum banyak dimanfaatkan. Penelitian ini memanfaatkan cairan PHL untuk mendapatkan furfural yang dapat menjadi bahan baku industri farmasi yang selama ini hanya didapatkan dari impor.
Penerima penghargaan keenam adalah Balai Besar Tekstil dengan judul “Xanthan Gum dari Xanthomonas Campestris Sebagai Pengental Untuk Aplikasi Proses Pencapan Tekstil”.
Selama ini, pengental yang umum digunakan pada proses pencapan tekstil adalah sodium alginate. Xanthan Gum dengan media ampas tahu dapat menjadi alternatif bahan pengental yang memiliki hasil kualitas printing warna yang lebih baik.(ak)