JAKARTA (IndoTelko) – Sejak pertengahan Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) secara resmi menetapkan virus Covid-19 sebagai pandemi.
Penyebaran virus yang cepat nyatanya berdampak sangat dalam, tidak terkecuali bagi perekonomian global yang terus menunjukkan volatilitas, bahkan cenderung menurun. Ketidakpastian atas jangka waktu redanya pandemi ini juga membuat pergerakan pasar modal di hampir seluruh negara mengalami koreksi dalam.
Himbauan pemerintah pusat dan daerah untuk mulai mengurangi aktivitas luar rumah tentu memberikan dampak signifikan bagi pergerakan ekonomi yang tercermin dalam pergerakan pasar modal dalam satu bulan belakangan.
Hingga pekan ke-3 di bulan Maret, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi sebesar -33,41% ke level 4.194 sejak awal tahun. Bahkan, selama 2 pekan terakhir saja IHSG telah mengalami setidaknya 4 kali suspensi perdagangan sementara (trading suspension) secara otomatis karena mengalami pelemahan hingga -5% dalam satu hari.
Hal ini tentu menimbulkan keresahan bagi investor dan masyarakat pada umumnya, terutama dalam membangun kembali optimisme di tengah terhambatnya arus perekonomian.
Pemerintah Melalui Kementerian Keuangan bahkan telah mulai mendorong Kementerian dan Lembaga (K/L) serta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengakselerasi belanja terutama pada jadwal Kuartal I 2020. Hal ini dilakukan untuk mengurangi tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat pandemik COVID-19, serta penurunan harga-harga komoditas. Selanjutnya, pemerintah juga melakukan re-focusing penganggaran dan meluncurkan paket Stimulus Fiskal jilid I dan jilid II yang diharapkan mendukung bergeraknya sektor riil.
Upaya pemerintah untuk menjaga ekonomi nasional layaknya diapresiasi dengan bijaknya masyarakat dalam mengelola strategi keuangannya.
Director, Chief Investment Officer Jagartha Penasihat Investasi Erik Argasetya berpendapat, masyarakat perlu lebih bijak dalam mengatur keuangannya, baik mereka yang aktif sebagai investor, maupun publik yang belum familiar dengan aktivitas transaksi di pasar modal.
Erik merekomendasikan perlakuan keuangan dengan beberapa hal berikut:
1. Dana Darurat
Pertama, tingkatkan dana darurat. Para ahli kesehatan memperkirakan, diperlukan waktu yang tidak sebentar hingga pandemi mereda sampai mencapai titik normal. Karenanya, investor perlu mengalokasikan lebih banyak dana darurat untuk berjaga di rentang waktu sekitar tiga (3) hingga enam (6) bulan ke depan. Dana darurat dapat dengan memegang cash secara langsung atau dialokasikan di tabungan, deposito atau reksa dana pasar uang.
2. Review & Rebalance Portofolio
Lakukan review portofolio secara berkala wajib dilakukan sesuai dengan tujuan investasi masing-masing investor. Saat menentukan tujuan investasi di awal, maka alokasi aset ditentukan dengan mengisi sebuah set pertanyaan investment risk profiler. Namun, satu hal yang harus diingat menurut Erik adalah risk profile seorang investor pun dapat berubah sesuai dengan tujuan investasi yang berubah, usia, kondisi finansial dan juga kondisi pasar seperti yang terjadi saat ini.
Sehingga, investor pun direkomendasikan untuk melakukan review dan rebalance kembali portofolionya apakah masih sesuai dengan kondisi saat ini.
3. Momentum Investing
Jika sudah melakukan Review & Rebalancing Portfolio dan memang masih ada sisa dana yang dapat diinvestasikan, maka tidak ada salahnya pula untuk mulai dapat melakukan momentum investing. Penurunan pasar saham yang sudah “diskon besar-besaran” memberikan banyak kesempatan bagi para investor untuk mulai membangun portofolionya.
Aksi beli, jika dilakukan secara tepat dengan modal pengetahuan yang cukup, akan sangat berpeluang memberikan keuntungan. Meskipun masih dilanda kekhawatiran, secara historis ada beberapa sektor yang cenderung bersifat defensif seperti sektor Konsumer dan Kesehatan. Menariknya, karena adanya himbauan pemerintah untuk bekerja, belajar dan beribadah dari rumah, maka ada beberapa emiten telekomunikasi yang mungkin dapat diuntungkan dengan tingginya permintaan data internet.
Jika dilihat secara jangka panjang pun, pasar saham akan selalu kembali rebound setelah adanya sebuah epidemi (epidemi cenderung lebih terpusat di daerah tertentu dibandingkan pandemi – pandemi terakhir adalah tahun 2009). Terlihat dalam tabel berikut, index bursa global MSCI World Equity Index yang mewakili emiten-emiten dari pasar global.
Sehingga, dengan melihat kondisi pasar terkini, investor juga dapat memanfaatkan situasi ini untuk membeli produk investasi berbasis saham karena harga saham yang rendah dan membiarkannya hingga kondisi pasar kembali membaik.
4. Diversifikasi
“Diversification is Key in Investing”. Saat ini sudah banyak pilihan lain untuk berinvestasi selain di instrumen pasar modal modal seperti saham, obligasi dan reksa dana. “Diversifikasi investasi melalu investasi alternatif yang marak ditawarkan oleh platform-platform fintech misalnya seperti Equity Crowdfunding (ECF), Project Financing dan Peer-to-Peer (P2P) Lending dapat menjadi pilihan diversifikasi yang baik bagi para investor. Namun, pastikan investor untuk berinvestasi hanya di produk investasi dan penyelenggara yang menyediakan produk investasi yang telah tedaftar dan mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” himbau Erik.
5. Sehat Pangkal Bahagia & Kaya
Terakhir, jaga kesehatan diri masing-masing dan tingkatkan empati untuk membantu sesama. Masih banyak orang yang tidak terlalu beruntung untuk memiliki pilihan di masa isolasi seperti ini. Karenanya, memiliki empati dan saling membantu semampunya akan sangat baik untuk membesarkan hati mereka yang sedang kesulitan. “Apakah gunanya kekayaan jika kita tidak mempunyai kesehatan dan berbagi dengan sesama” tutup Erik.(pg)