telkomsel halo

Facebook bicara soal ujaran kebencian

05:13:41 | 02 Jul 2020
Facebook bicara soal ujaran kebencian
JAKARTA (IndoTelko) - Facebook akhirnya bicara terkait persoalan ujaran kebencian di platformnya yang banyak disorot para pengiklan.

Langkah ini dilakukan pasca beberapa perusahaan besar seperti Verizon, Unilever, Coca-Cola hingga Starbucks memboikot iklan di platform Facebook. Boikot perusahaan-perusahaan besar itu menyusul kampanye #StopHateForProfit. Kampanye ini muncul lantaran iklan Verizon ada di sebelah video kelompok konspirasi QAnon yang menggambarkan kebencian.

Akibat boikot tersebut, kekayaan pemilik Facebook, Mark Zuckerberg pun melorot Rp 102 triliun karena saham Facebook anjlok 8,3% pada Jumat lalu. Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index, penurunan harga saham membuat nilai pasar perusahaan berkurang US$ 56 miliar.

VP Global Affairs and Communications, Facebook Nick Clegg mengatakan ketika masyarakat terpecah belah dan ketegangan memuncak, perpecahan itu muncul di media sosial. Platform seperti Facebook yang mendukung komunitas, di mana lebih dari tiga miliar orang menggunakan aplikasi Facebook setiap bulan, segala hal baik, buruk, dan negatif yang berkenaan dengan masyarakat dapat dijumpai di dalam platformnya.

"Hal ini tentunya menempatkan tanggungjawab besar di Facebook dan perusahaan media sosial lainnya untuk menetapkan batasan tentang konten seperti apa yang dapat diterima," katanya.

Facebook telah mendapat banyak kritik dalam beberapa minggu terakhir setelah keputusannya mengijinkan postingan kontroversial dari Presiden Trump untuk tetap ada, dan keraguan yang datang dari banyak orang termasuk perusahaan yang beriklan di platformnya terhadap pendekatan dalam mengatasi ujaran kebencian.

"Saya ingin menegaskan secara jelas, Facebook tidak memperoleh keuntungan dari kebencian. Miliaran orang menggunakan Facebook dan Instagram karena mereka memiliki pengalaman yang baik – mereka tidak ingin melihat konten yang penuh kebencian, pengiklan kami tidak ingin melihatnya, dan kami juga tidak ingin melihatnya. Tidak ada insentif bagi kami untuk melakukan apa pun selain menghapusnya," tegasnya.

Diungkapkannya, lebih dari 100 miliar pesan terkirim di dalam layanannya setiap hari. pengguna berbicara satu sama lain, berbagi kehidupan, opini, harapan dan pengalaman.

"Diantara miliaran interaksi tersebut, sebagian kecil merupakan kebencian. Ketika kami menemukan postingan yang penuh kebencian di Facebook dan Instagram, kami mengambil pendekatan tanpa toleransi dan menghapusnya. Ketika konten gagal diklasifikasikan sebagai ujaran kebencian atau kebijakan kami yang lain yang bertujuan mencegah kerusakan di dunia nyata atau penindasan pemilih, kami berada di sisi kebebasan berekspresi karena pada akhirnya, cara terbaik untuk melawan ujaran yang menyakitkan, memecah belah, dan menyerang adalah dengan lebih banyak bicara. Mengeksposnya kepada cahaya lebih baik daripada menyembunyikannya di bayangan," katanya.

Sayangnya, tidak ada toleransi atau zero tolerance bukan berarti zero incidences atau tidak ada insiden sama sekali. Dengan begitu banyak konten yang diposting setiap hari, membasmi kebencian itu seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami.

"Kami menginvestasikan miliaran dolar setiap tahun pada orang dan teknologi untuk menjaga platform kami agar tetap aman. Sebanyak tiga kali lipat telah kami tambah jumlah orang-orang yang bekerja di area keselamatan dan keamanan hingga lebih dari 35,000 orang. Kami adalah pelopor dalam teknologi kecerdasan buatan untuk menghapus konten yang penuh kebencian dalam skala besar," tukasnya.

Laporan Komisi Eropa baru-baru ini menemukan bahwa Facebook memproses 95,7% laporan ujaran kebencian dalam waktu kurang dari 24 jam, lebih cepat dari YouTube dan Twitter. Bulan lalu, Facebook melaporkan menemukan hampir 90% dari ujaran kebencian telah dihapus terlebih dahulu sebelum seseorang melaporkannya - naik dari 24% pada dua tahun yang lalu.

"Kami mengambil tindakan terhadap 9,6 juta konten pada kuartal pertama 2020 - naik dari 5,7 juta pada kuartal sebelumnya. 99% konten ISIS & Al Qaeda yang dihapus telah lenyap sebelum ada orang yang melaporkannya kepada kami," katanya.

Dikatakannya, tentu saja, menaruh perhatian pada ujaran kebencian dan jenis konten berbahaya lainnya di media sosial adalah penting, tetapi perlu diingat juga bahwa sebagian besar dari miliaran percakapan itu bersifat positif.

GCG BUMN
"Kami mungkin tidak pernah dapat menghapus kebencian seluruhnya dari Facebook, tetapi kami berkembang semakin baik untuk mencegah kebencian itu terjadi setiap waktu," tutupnya.(ak)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories