JAKARTA (IndoTelko) - Indonesia akan memiliki Deterrent Effect (efek gentar) yang kuat jika berhasil menguasai teknologi roket baik untuk pertahanan negara maupun eksplorasi antariksa.
Hal ini disampaikan Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya TNI Dr. Amarula Octavian saat menjadi keynote speaker dalam Webinar Teknologi Roket, Selasa (22/9). Narasumber lain yang hadir antara lain Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin.
Dalam paparannya yang bertajuk 'roket sebagai alutista untuk meningkatkan sistem pertahanan negara', Amarula membahas soal sistem pertahanan negara, 7 prioritas teknologi pertahanan, teknologi alutsista roket, roket untuk sistem pertahanan negara dan perkembangan teknologi roket.
"Disinilah pentingnya kita penguasaan teknologi roket sebagai daya tangkal. Kalau negara lain tahu kita memiliki kemampuan membuat roket daya jangka luar biasa itu menjadi daya tangkal yang sangat kuat," bebernya.
Urgensi penguasaan teknologi roket dikatakan Rektor Unhan sebagai sistem tepat untuk melakukan pemantauan mengingat letak geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan-kepulauan. Pemantauan itu tidak sekedar untuk keperluan militer namun dalam berbagai aspek kehidupan seperti iklim, dan pemantauan sumber daya alam.
"Nilai ekonomisnya menjadi kebanggaan nasional, bisa dibayangkan bila kita memiliki roket yang membawa satelit itu menjadi prestasi Indonesia di tingkat dunia. Teknologi roket yang dimiliki suatu negara menjadikan negara tersebut memiliki tingkat kemandirian dalam peluncuran satelit baik untuk keperluan sipil dan terlebih lagi untuk kepentingan pertahanan negara," tambah Amarula.
Rektor Unhan pun mendukung LAPAN dalam memenuhi kebutuhan alusista TNI serta menyambut baik kerjasama Indonesia dalam pengembangan teknologi dengan sejumlah negara terkait kerjasama transfer teknologi berupa pelatihan, disain manufaktur dan lainnya.
Dia menekankan, sinergitas multi disiplin mewujudkan teknologi roket yang mandiri guna meningkatkan sistem pertahanan negara.
Dalam kesempatan itu, Amarula menyambut kerjasama Unhan dan LAPAN serta berharap pejabat dan peneliti LAPAN untuk bisa memberi kuliah di Kampus Unhan. "Kami butuh asistensi LAPAN pada saat membangun laboratorium untuk Fakultas Teknik Militer dan Fakultas Mipa Militer. Ini merupakan kesempatan peningkatan kerjasama antara Unhan dan LAPAN," katanya.
Sementara itu, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengungkapkan bahwa negara maju adalah yang menguasai teknologi nuklir dan antariksa. Maka itu, lembaga itu terus berusaha mewujudkan kemampuan penguasaan teknologi roket.
Menurut Thomas, pengembangan teknologi roket di Indonesia merupakan sejarah panjang. Dan sejak LAPAN didirikan tahun 1963, teknologi roket menjadi teknologi roket yang dikembangkan.
"Karena pada waktu itu Presiden Soekarno mencanangkan apabila Indonesia ingin menjadi negara maju maka dua teknologi yang harus dikuasai. Yaitu teknologi nuklir dan teknologi antariksa," kata Thomas.
Dan sejak itu kemudian dibentuk dua lembaga. BATAN mendapatkan tugas pengembangan teknologi nuklir dan LAPAN mendapatkan tugas pengembangan teknologi antariksa. Dan roket menjadi salah satunya.
Diakui dia, perkembangannya memang lambat. Namun terobosan muncul ketika UU No. 21 Tahun 2013 tentang keantariksaan keluar. Kemudian turunannya adalah Peraturan Presiden No.45 Tahun 2017 terkait dengan rencana induk keantariksaan.(ak)