JAKARTA (IndoTelko) - Pemain Financial Technology (Fintech) di ASEAN diperkirakan tetap agresif di tengah pandemi.
Kajian "FinTech in ASEAN: Get up, Reset, Go!" yang dirilis UOB, PwC Singapore dan Singapore FinTech Association (SFA) menyatakan terlepas dari kendala yang ditimbulkan pandemi Covid-19, empat dari lima perusahaan FinTech di ASEAN akan tetap menjalankan rencana ekspansinya dalam dua tahun ke depan.
ASEAN menjadi pilihan pertama bagi sejumlah perusahaan tersebut untuk melakukan ekspansi pasar (78%). ASEAN juga dianggap sebagai tujuan ekspansi utama oleh perusahaan-perusahaan FinTech di luar ASEAN (69%).
Optimisme ini muncul seiring dengan percepatan tren penggunaan teknologi digital di ASEAN saat pandemi berlangsung, yakni tercermin dari jumlah pengguna internet baru yang mencapai 40 juta lebih pada tahun ini.
Sebanyak 70% penduduk ASEAN kini menggunakan internet[3], dan angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada dekade mendatang sejalan dengan maraknya berbagai layanan digital seperti online marketplace.
Tren makro tersebut menjadi peluang bagi kalangan perusahaan FinTech di ASEAN untuk menyediakan berbagai solusi keuangan digital kepada penduduk yang semakin terhubung secara digital, seperti layanan pembayaran dan pinjaman alternatif.
Salah satu cara yang dapat ditempuh perusahaan FinTech untuk memperluas layanannya di ASEAN adalah melalui kerja sama dengan berbagai bank. Melalui kerja sama ini, kedua pihak dapat menggabungkan keunggulan masing-masing, termasuk titik jangkauan nasabah yang ditawarkan bank dan fitur-fitur teknologi yang dikuasai perusahaan FinTech.
"Seiring dengan upaya perusahaan FinTech di ASEAN untuk terus berekspansi, kemitraan akan tetap berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan berkelanjutan di sektor yang memiliki beraneka ragam regulasi dan ketentuan operasional. Dengan memanfaatkan keunggulan yang saling melengkapi, perusahaan FinTech dapat menjangkau jaringan yang lebih luas, serta meningkatkan cara nasabah bekerja, menjalani kehidupan, bermain, dan menggunakan layanan perbankan. Misalnya, kolaborasi yang lebih baik antara bank dan perusahaan FinTech di ASEAN telah menghadirkan teknologi dan fitur industri terbaik. Hal tersebut menghasilkan perkembangan solusi-solusi inovatif yang membuat layanan perbankan menjadi lebih mudah dan terjangkau di ASEAN," kata Head of Group Channels and Digitalisation, UOB Janet Young.
Dari total 95 pendanaan yang tersalurkan pada triwulan pertama hingga ketiga tahun 2020, hampir dua per tiganya diraih perusahaan FinTech di Singapura.
Minat investor terhadap perusahaan-perusahaan FinTech di Singapura juga tetap besar. Sejumlah perusahaan tersebut terus memperoleh nilai pendanaan tertinggi (42%) di ASEAN. Tren ini kemungkinan terjadi atas keyakinan investor akan iklim regulasi dan bisnis yang kondusif di Singapura, serta rekam jejak negara ini dalam memitigasi dampak dari krisis yang ditimbulkan pandemi Covid-19.
Sebagai pasar FinTech yang paling maju di ASEAN, pendanaan untuk perusahaan-perusahaan FinTech di Singapura tetap beraneka ragam di setiap kategori. Namun, sejumlah perusahaan yang bergerak dalam pinjaman alternatif, pembayaran, dan teknologi perbankan mampu meraih nilai pendanaan terbesar. Di negara-negara ASEAN lainnya, pendanaan untuk sektor pembayaran terus mendominasi demi mengantisipasi lonjakan tingkat adopsi dan penggunaan pembayaran digital.
"Pada tahun lalu, Singapura terus menarik pendanaan terbanyak di ASEAN, dan berhasil menjadi pemimpin industri FinTech di ASEAN. Kontributor penting bagi kinerja positif Singapura adalah ekosistem kondusif, kolaboratif, dan suportif. Misalnya, insentif-insentif dari pihak regulator dan asosiasi industri yang terkemuka, serta kebiasaan baik untuk berbagi pengetahuan di kalangan usaha rintisan. Hal-hal ini ikut mempercepat pertumbuhan industri. Pelaku industri juga berperan penting dalam pengembangan dan pertumbuhan SDM. Dengan demikian, kemitraan yang terjalin antara pemerintah, perusahaan, serta SDM merupakan kunci sukses bagi pusat FinTech," kata FinTech Leader, PwC Singapore Wong Wanyi.
Menurut kajian tersebut, kalangan perusahaan FinTech di ASEAN tetap memiliki proyeksi positif tentang masa depan, bahkan ketika mereka tengah menghadapi pandemi.
Sekitar dua dari tiga perusahaan FinTech berpandangan bahwa pandemi tidak berdampak atau memberikan dampak positif terhadap rencana penggalangan dana mereka di masa depan (65%) serta investasi tahap akhir (62%).
Mayoritas perusahaan FinTech di ASEAN (87%) juga menilai, mereka berada di posisi yang baik untuk memastikan aktivitas usahanya mampu bertahan di era pasca pandemi. Sejumlah perusahaan ini mengutamakan inovasi produk dan meningkatkan pertumbuhan pendapatan pada tahun depan.
President, SFA Chia Hock Lai, mengatakan ada sejumlah alasan yang baik di balik optimisme perusahaan FinTech di masa mendatang, khususnya mengingat Covid-19 telah mempercepat penggunaan teknologi keuangan digital oleh konsumen dan perusahaan.
"Demi memanfaatkan berbagai peluang pertumbuhan di ASEAN, perusahaan-perusahaan FinTech harus selalu gesit ketika menyesuaikan produk dan model pendapatan sehingga mereka bisa bersaing secara efektif, termasuk berkolaborasi dengan lembaga keuangan konvensional. Dengan demikian, perusahaan FinTech dapat berkembang di kawasan ASEAN yang menyimpan peluang menarik dalam lingkungan yang terfragmentasi," katanya.(wn)