telkomsel halo

GoTo bidik Rp17,99 triliun dari IPO

10:52:56 | 17 Mar 2022
GoTo bidik Rp17,99 triliun dari IPO
JAKARTA (IndoTelko) - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) akan melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebanyak-banyaknya 52 miliar saham seri A yang merupakan saham baru dengan nilai nominal Rp 1 per saham.

Jumlah saham itu mewakili sebanyak-banyaknya 4,35% dari modal ditempatkan dan disetor GoTo setelah penawaran umum perdana saham. Adapun harga yang ditawarkan kepada masyarakat adalah Rp 316-346 setiap saham.

Dana yang ingin diraup dari bursa Indonesia hingga Rp 17,99 triliun. Perkiraan dana IPO ini memang lebih rendah dari perolehan IPO PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) pada 6 Agustus 2021 yang mencapai Rp 21,9 triliun, atau tertinggi di BEI. Namun, GOTO juga berencana melakukan IPO di bursa Amerika Serikat (dual listing), sehingga dipastikan total perolehan dananya lebih besar dari Bukalapak.

Terkait dengan nilai nominal Rp 1 per saham GoTo yang jarang terjadi, nilai nominal saham sebenarnya tidak digunakan untuk mengukur nilai riil suatu saham. Tapi, hanya untuk menentukan besarnya modal yang disetor penuh pada neraca.

Perusahaan penerbit saham biasanya berjanji untuk tidak menerbitkan saham lebih lanjut di bawah nilai nominal sehingga investor dapat yakin bahwa tidak ada orang lain yang akan menerima harga penerbitan yang lebih menguntungkan.

Harga penawaran saham IPO GoTo yang berkisar Rp 316-346 per saham, untuk para pemegang saham GoTo saat ini dengan nilai nominal Rp 1 per saham, maka saat IPO nanti nilainya akan melonjak minimal 316%.  

GoTo menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Indo Premier Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. 

Saat nanti saham dengan kode GOTO itu dicatatkan di BEI, kapitalisasi pasarnya diproyeksikan di atas Rp 400 triliun, menembus Rp 413,7 triliun. Artinya, ia akan langsung menduduki market cap tertinggi keempat, setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 994,64 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Rp 691,70 triliun, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Rp 457,67 triliun. Ini akan menjadi yang pertama kalinya emiten sektor teknologi masuk top 4.

Dari sisi gross transaction value (GTV) atau nilai transaksi bruto dan pendapatan bruto, GOTO terus tumbuh. Hal ini menunjukkan resiliensi bisnis dan kemampuan menangkap peluang di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Hingga kuartal III-2021, nilai transaksi brutonya mencapai Rp 414,2 triliun dan pendapatan bruto Rp 15,1 triliun, namun masih membukukan rugi sebelum pajak penghasilan Rp 12,3 triliun. Sedangkan hingga kuartal III-2020, kerugian sebesar Rp 11,5 triliun.

Bila ditelusuri, sebelum IPO ini, berderet panjang investor sudah lebih dulu masuk, dengan bertabur nama-nama raksasa global maupun nasional. Investor utama yang menyuntikkan modal, antara lain, Telkomsel (dari Grup Telkom), Grup Astra, Google, Tencent, KKR, Facebook, Visa, dan Warburg. Ada pula nama-nama perusahaan papan atas dunia yang lain, seperti Alibaba, Softbank, Tencent, Temasek, PayPal, hingga Sequoia Capital India.

Setelah IPO pertama kali sebesar 4,35% dari total saham pasca-IPO, emiten juga merencanakan rights issue selama 10 tahun. Aksi korporasi yang memberi hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) kepada pemegang saham eksis ini akan menawarkan 1,5% dari saham beredar, setiap tahun.

GOTO dalam rilis prospektus awal IPO juga menyertakan skema stabilisasi harga atau biasa disebut greenshoe. Agen stabilisasi pun telah ditunjuk, yakni PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, yang bertugas melakukan pembelian saham di pasar sekunder jika harga pasar berada pada atau di bawah harga IPO, berdasarkan sejumlah ketentuan.

Bila menghitung selisih antara nominal Rp 1 per unit saham dan harga IPO, ada capital gain yang sangat besar untuk para pemegang saham existing. Kalau misalnya PT Telkomsel, anak usaha Grup Telkom, sudah menyetor sekitar US$ 450 juta atau Rp 6,44 triliun ke GOTO, maka nilai sahamnya minimal menjadi 316 kali lipat pasca-IPO, menembus US$ 142,2 miliar atau Rp 2.036,4 triliun. Nilai ini melebihi pendapatan negara dalam APBN RI 2022 yang ditargetkan Rp 1.846,1 triliun.

Artinya, saham GOTO menjadi 315-bagger stock bagi pemilik saham eksis.

GoTo yang mengintegrasikan tiga platform raksasa, Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial akan menaikkan bobot perhitungan sektor teknologi terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) BEI. Saat ini, sektor teknologi hanya berkontribusi sektiar 4,8% terhadap IHSG. Sedangkan penyumbang terbesar perhitungan IHSG adalah sektor keuangan 33,4%, setor consumer non-cyclicals 14,2%, dan sektor material dasar 13,6%.

GCG BUMN
Setelah GoTo melantai di BEI, kami memperkirakan sektor teknologi akan berkontribusi hingga 12,6% terhadap indeks atau menempati peringkat keempat dari seluruh sektor saham di BEI.(id)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories