telkomsel halo

72% pengguna di Asia Tenggara pernah terkena ancaman siber dari fintech

09:30:00 | 07 Apr 2022
72% pengguna di Asia Tenggara pernah terkena ancaman siber dari fintech
JAKARTA (IndoTelko)  -- Penelitian Kaspersky baru-baru ini menunjukkan korelasi positif antara kesadaran risiko ancaman terkait pembayaran digital dan penerapannya di Asia Tenggara (SEA).

Berjudul “Mapping a secure path for the future of digital payments in APAC”, penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden di Asia Tenggara (97%) mengetahui setidaknya satu jenis ancaman terhadap platform pembayaran elektronik, sementara hampir tiga dari empat (72%) secara pribadi mengalami setidaknya satu jenis ancaman yang terkait dengan teknologi ini.

Dalam banyak hal, kesadaran ini dapat dikaitkan dengan volume pemberitaan di media tentang insiden keamanan siber, terutama tahun lalu, dan upaya kolektif dari pemerintah bersama sektor swasta dalam meningkatkan kesadaran keamanan di tengah maraknya adopsi mobile banking dan e-wallet di wilayah tersebut.

Lebih dari seperempat responden mengalami penipuan rekayasa sosial melalui teks atau panggilan (37%), situs web palsu (27%), penawaran dan transaksi palsu (27%), dan seperempat melaporkan telah menerima penipuan phishing (25%). Luar biasanya, penipuan rekayasa sosial adalah ancaman yang paling banyak ditemui di sebagian besar negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia (40%), Malaysia (45%), Filipina (42%), Singapura (32%), dan Vietnam (38%). Satu-satunya pengecualian adalah Thailand di mana ancaman yang paling banyak ditemui yaitu situs web palsu (31%).

Mendapatkan paparan mengenai ancaman dunia maya dapat secara langsung berkorelasi dengan tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Penipuan rekayasa sosial, situs web palsu, serta penawaran dan kesepakatan palsu adalah salah satu ancaman yang paling umum ditemui, dengan persentase kesadaran (awareness) yang besar masing-masing sebesar 72%, 75%, dan 64%.

Ketika mengukur dampak finansial dari insiden siber yang melibatkan pembayaran digital, jumlah kerugian finansial tampaknya sebagian besar dibatasi kurang dari 100 USD hingga 5.000 USD, dengan jumlah responden sangat kecil yang melaporkan mengalami kerugian sebesar lebih dari 5.000 USD.

Mayoritas responden (52%) mengaku kehilangan uang karena penipuan rekening bank dan kartu kredit. Di kelompok mayoritas ini, sebanyak 23% kehilangan kurang dari 100 USD, 13% kehilangan antara 101-500 USD, sementara 48% menunjukkan bahwa mereka tidak kehilangan uang dari ancaman ini. Peretasan akun akibat pelanggaran data (47%), penipuan aplikasi palsu (45%), ransomware (45%), serta penawaran palsu (43%) juga terdaftar sebagai lima ancaman teratas yang mengakibatkan kerugian finansial di Asia Tenggara. Pada saat yang sama, dampak ancaman siber terhadap pembayaran digital tidak hanya membebani konsumen secara finansial, tetapi juga memengaruhi mereka dari perspektif psikologis.

Setelah mengalami insiden siber, lebih dari dua dari tiga responden dari wilayah tersebut (67%) mengatakan bahwa mereka menjadi lebih waspada. Lebih dari seperempat (32%) juga mencemaskan apakah mereka bisa mendapatkan kembali uang yang hilang.

Konsumen juga khawatir tentang kepercayaan mereka. Sekitar 36% mengindikasikan mereka masih percaya bahwa bank dan penyedia e-wallet dapat menyelesaikan isu yang ada, tetapi 18% mengatakan mereka kurang percaya pada penyedia pembayaran digital. Meskipun demikian, sejumlah konsekuensi terus berlanjut.

Lebih dari seperempat (30%) responden menyalahkan diri sendiri atas kesalahan tersebut, sementara sebagian kecil (12%) mengakui bahwa mereka terlibat dalam kesalahpahaman dengan pasangan, anggota keluarga dan teman karena hal itu.

“Adopsi metode pembayaran digital tampaknya menjadi pedang bermata dua, dengan kenyamanan dan manfaat besar yang diperoleh, risiko keamanan siber hadir menjadi aspek yang kurang diinginkan. Sebaliknya, kami percaya bahwa mengkategorikan pembayaran digital dengan cara biner seperti itu masih terlalu dini. Seperti halnya teknologi, tidak ada definisi atau karakteristik baik atau buruk yang melekat padanya; sebaliknya, pemanfaatan teknologi untuk mencapai hasil yang bermanfaat ditentukan oleh bagaimana kita berinteraksi dengan mereka. Jika kita ingin sepenuhnya menyadari manfaat pembayaran digital, penting bagi semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, penyedia pembayaran digital, pengguna, dan bahkan perusahaan keamanan siber, bekerja sama dalam membangun ekosistem pembayaran yang stabil, aman, dan tangguh di masa depan.” kata Sandra Lee, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

Dalam hal tindakan yang dilakukan setelah menghadapi ancaman, hampir dua dari tiga responden (64%) melakukan perubahan terhadap kata sandi dan pengaturan keamanan lainnya di aplikasi perbankan dan e-wallet mereka, setengahnya (50%) menelepon bank atau perusahaan e-wallet terkait, sementara 45% memberi tahu anggota keluarga dan teman-teman mereka tentang insiden tersebut.

Perlindungan keamanan siber menjadi lebih diperhatikan oleh konsumen begitu mereka berhadapan dengan ancaman. Sedikit lebih dari seperempat responden (26%) mengatakan mereka menginstal solusi keamanan pada perangkat yang terinfeksi, sementara persentase yang sama (26%) mengatakan mereka melakukannya terlepas dari apakah perangkat mereka terinfeksi atau tidak.

GCG BUMN
“Memulai baru dari awal” juga merupakan pilihan, 15% responden mengatakan bahwa mereka mengunduh e-wallet baru dan membuat akun baru hanya untuk keamanan. Untuk membantu pengguna pembayaran digital di Asia Tenggara merangkul teknologi dengan aman, pakar Kaspersky menyarankan hal berikut:

    Waspadalah terhadap segala skema komunikasi palsu, dan selalu mengambil sikap hati-hati saat menyerahkan informasi sensitif. Jangan langsung membagikan informasi rahasia atau pribadi secara online, terutama jika menyangkut permintaan informasi keuangan dan detail pembayaran Anda.
    Gunakan komputer dan koneksi internet Anda sendiri saat melakukan pembayaran online. Seperti saat Anda melakukan pembelian hanya dari toko tepercaya saat berbelanja secara fisik, terapkan kehati-hatian yang sama ketika melakukan pembayaran online – Anda tidak akan pernah tahu apakah komputer umum memiliki spyware yang berjalan dan merekam semua yang Anda ketik di keyboard, atau jika di saat koneksi Internet publik telah dicegat oleh para pelaku kejahatan siber yang menunggu melancarkan serangan.
    Jangan bagikan kata sandi, nomor PIN, atau kata sandi satu kali (OTP) Anda dengan keluarga atau teman. Meskipun mungkin tampak nyaman, atau ide yang bagus, ini memberikan jalan masuk bagi pelaku kejahatan siber untuk mengelabui pengguna agar mengungkapkan informasi pribadi untuk mengumpulkan kredensial bank. Simpan kredensial tersebut hanya untuk diri sendiri dan lindungi informasi pribadi Anda.
    Mengadopsi solusi holistik produk keamanan dan langkah-langkah praktis dapat meminimalkan risiko menjadi korban ancaman dan menjaga keamanan informasi keuangan Anda. Manfaatkan solusi keamanan yang andal untuk perlindungan menyeluruh dari berbagai ancaman, seperti Kaspersky Internet Security, Kaspersky Fraud Prevention, dan penggunaan Kaspersky Safe Money untuk membantu memeriksa keaslian situs web bank, sistem pembayaran, dan toko online yang Anda kunjungi, serta sebagai membangun koneksi yang aman. (sar)
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year