JAKARTA (IndoTelko) -- Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, bertemu dengan Ilya Perekopsky, Wakil Presiden Telegram, dan perwakilan hukum aplikasi perpesanan di Brasil, Alan Thomaz di Palácio do Planalto. Usai pertemuan tersebut, Perekopsky mengatakan bahwa dirinya telah berdiskusi dengan baik bersama Bolsonaro, di mana mereka membahas kebebasan berekspresi, yang merupakan “prinsip terpenting yang menjadi dasar Telegram”, dan kepatuhan terhadap Konstitusi.
Di Brasil, topik mengenai sosial media dan dampaknya pada keadilan telah menjadi topik pembicaraan dalam beberapa bulan terakhir, di mana batasan antara regulasi yang dibutuhkan untuk mencegah berita palsu dan hak warga negara atas kebebasan berbicara telah diperdebatkan. Baru-baru ini, Telegram telah meresmikan perjanjian dengan pemerintahan Brasil untuk mencegah penyebaran informasi palsu.
Dengan perjanjian baru ini, Telegram menegaskan kembali komitmennya terhadap kebebasan berbicara dan demokrasi di negara-negara berkembang. Di Eropa Timur, Telegram digunakan sebagai alat komunikasi untuk mengoordinasi bantuan bagi warga Ukraina, menghubungkan keluarga-keluarga yang terpisah, dan berbagi video atau informasi ke seluruh dunia. Telegram telah terbukti menjadi alat yang sangat berguna untuk pemberdayaan masyarakat.
Hal ini selaras dengan salah satu isu utama yang dibahas dalam G20, khususnya pembahasan mengenai Ekonomi Digital (Digital Economy). Pada Pertemuan Tingkat Menteri Ekonomi Digital G20, dikomunikasikan bahwa data akan menjadi komoditas penting untuk informasi dan keputusan, maka tata kelola data harus terstruktur agar aman dan bermanfaat. Penguasaan data harus berpegang pada prinsip yang kuat untuk kehidupan yang lebih baik bagi semua, bukan untuk mendominasi yang lemah.
Di Indonesia, Telegram merupakan salah satu aplikasi chat yang paling banyak digunakan untuk berkomunikasi tanpa batasan. Enkripsi end-to-end pada fitur Secret Chats memberikan keamanan maksimal bagi pengguna dari aplikasi. Grup chat Telegram juga dapat menampung hingga 200.000 pengguna dan “channels” memungkinkan pengguna untuk melakukan broadcast kepada audiens dalam jumlah tak terbatas secara efektif.
Hal ini sangat berguna di negara ini, di mana perjalanan menuju demokrasi merupakan upaya yang terus diperjuangkan. Baru-baru ini, Populi Center, sebuah lembaga nirlaba untuk studi opini publik dan kebijakan publik yang berbasis di Jakarta, mengadakan survei opini pakar dari 19 hingga 26 Mei 2022 dengan mewawancarai 50 pakar yang dianggap kompeten di bidang ilmu sosial, politik, dan pemerintah. Hasil survei menunjukkan, sebanyak 68 persen menilai pelaksanaan demokrasi di Indonesia sudah “baik”. Namun, sebagian besar informan ahli melihat adanya penurunan kebebasan berekspresi (58 persen).
Dengan fitur “Secret Chats” Telegram, pengguna dapat mengekspresikan pendapat mereka secara bebas dan aman. Percakapan pengguna aman dari kebocoran data karena fitur ini dapat mencegah pihak ketiga, termasuk platform aplikasi messenger, mengakses data saat ditransfer dari satu sistem atau perangkat ke sistem atau perangkat lainnya. Hanya pengirim dan penerima yang dapat mengakses pesan yang dikirim.
Selain itu, Telegram memiliki sejumlah fitur lain seperti fitur “Lock Chat” dan fitur “Self-Destruct Chat”. Dengan fitur “Lock Chat”, pengguna dapat mengunci pesannya secara otomatis setelah tidak digunakan selama beberapa menit. Fitur “Self-Destruct” memungkinkan pengguna untuk menghapus pesan secara otomatis setelah jangka waktu tertentu. Fitur lain memungkinkan pengguna membatasi undangan untuk bergabung dengan grup, serta membuat konten menjadi terlindungi dalam grup dan channel.
Dilansir dari pernyataan Telegram beberapa waktu lalu bahwa privasi pengguna adalah prioritas terbesar untuk Telegram, berbagai fitur tersebut bersama dengan perjanjian terbaru ini menunjukkan seberapa besar komitmen mereka terhadap prinsip-prinsipnya sejak awal. Di seluruh dunia, pengguna dapat menggunakan kebebasan berbicara mereka dengan aman melalui Telegram. (sar)