JAKARTA (IndoTelko) -- Kalangan konsumen di Asia Tenggara (SEA) dianggap sebagai yang paling siap dalam menyambut hadirnya masa depan digital, seperti yang disebutkan dalam riset tahunan VMware, Inc. (NYSE: VMW). VMware, sebagai inovator terkemuka dunia di bidang software kelas enterprise menyelenggarakan riset untuk mengetahui sejauh mana optimisme ataupun kekhawatiran masyarakat global dalam menyambut kehadiran teknologi di segala lini kehidupan.
Hasil temuan dalam studi VMware Digital Frontiers 4.0 ini menggambarkan bahwa responden di kawasan Asia Tenggara adalah yang paling antusias dalam menyambut peluang-peluang baru dalam transformasi digital maupun manfaat-manfaat yang dibawa melalui kehadiran aplikasi-aplikasi baru, seperti Metaverse. Namun di sisi lain, muncul pula kekhawatiran yang menyangkut kerahasiaan dan keamanan data pribadi. Ini sekaligus memperlebar kesenjangan antara kalangan yang sudah mafhum dengan teknologi dengan mereka yang punya kerentanan tinggi. Dibutuhkan peran serta dari pihak organisasi maupun konsumen agar dapat bersama-sama merealisasikan bagaimana teknologi bisa makin membawa manfaat bagi kemaslahatan masyarakat.
“Transformasi digital bukan sekadar menjadi kriteria dalam sebuah bisnis masa kini. Bagi bisnis, maknanya lebih ke filosofis. Agar pertumbuhan terus melaju, perusahaan harus mendukung terwujudnya inovasi digital dengan kendali penuh di tangan enterprise dengan memberikan otonomi bagi para pengembang, meningkatkan produktivitas karyawan, serta dengan kontrol yang tinggi bagi bisnis. Memasuki dekade baru di mana bermunculan inovasi-inovasi baru yang disruptif di sektor industri maupun bangsa-bangsa di dunia, perusahaan perlu lebih ketat dalam menghadirkan penawaran-penawaran digital yang aman dan lancar bagi pengguna akhir mereka,” tutur Paul Simos, Vice President and Managing Director, Southeast Asia and Korea, VMware.
Optimisme dan Kemajuan: Digitalisasi Jadi Pilar Pertumbuhan Ekonomi Pasca Pandemi COVID-19
Lebih dari tiga perempat (76,2%) responden di AsiaTenggara yakin bahwa teknologi lebih dianggap sebagai enabler dari pada sebuah kendala bagi masyarakat selama pandemi COVID-19 melanda dunia – ini 4% lebih tinggi dari angka rata-rata global. Angka persentase dari responden di Asia Tenggara juga yang tertinggi di kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ) dengan sebanyak 77% konsumen melihat ada kemajuan dari proses digitalisasi. Ini terlihat terutama dari pangsa kerja baru dan kehidupan mereka sehari-hari hari ini, dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara itu untuk responden Korea sebesar 66,5% dan Jepang 48%.
Korea Selatan dianggap sebagai yang paling antusias dan siap (64%[10]), kemudian disusul oleh kawasan Asia Tenggara (62%), dalam merasakan adanya pengalaman digital yang kian baik dalam kehidupan mereka. Angka ini menempatkan konsumen dari kawasan APJ menjadi kawasan dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain di dunia, seperti US (35%), Inggris Raya (37%), Jerman (46%), Perancis (37%), Italia (50%) dan Spanyol (47%).
Antusiasme Tinggi dengan Masuknya Teknologi di Kehidupan Sehari-Hari, Antisipasi Metaverse
Konsumen dari Asia Tenggara menunjukkan antusiasmenya dalam menerima kehadiran transformasi digital. Ini diindikasikan dari banyaknya (51%) responden yang menyatakan kesiapan mereka menyambut hadirkan layanan kesehatan dan kedaruratan berbasis robot. Lebih tinggi dari angkat global (42%). Satu dari empat (25%) responden di kawasan ini juga merasa tidak ada masalah apabila ada dokter yang punya kualifikasi tinggi melakukan tindakan bedah terhadapnya dengan dibantu oleh robot yang dikendalikan dari jarak jauh, dibandingkan apabila tindakan itu dikerjakan langsung di tempat tetapi oleh dokter yang kualifikasinya lebih rendah. Angka persentasenya 8% lebih tinggi dari responden dari Jepang.
Sebanyak 40% konsumen dari Asia Tenggara yakin bahwa metaverse akan diminati masyarakat. Angka ini 10% lebih tinggi dari rata-rata global (27%). Yang lebih mengejutkan lagi adalah responden dari kawasan ini (36%) merasa tidak masalah jika harus menghabiskan waktu lebih untuk menyelami dunia metaverse dari pada dunia nyata. Di Korea (24%) justru peminatnya sedikit lebih rendah dari pada angka persentase
Ekspektasi Lebih Tinggi untuk Kebutuhan Bisnis dan Digitalisasi
Selain paling antusias dan yakin dengan hadirnya teknologi-teknologi baru dalam kehidupan sehari-hari, konsumen dari Asia Tenggara juga punya ekspektasi lebih tinggi pada bisnis dan proses digitalisasi yang mereka tempuh. Hampir separuh (49%) responden Asia Tenggara dan 46% di Korea tak segan-segan untuk beralih menggunakan layanan dari penyedia lain jika dalam layanan yang lama mereka masih diharuskan mengunjungi kantor fisik untuk menyelesaikan rutinitas, seperti mengisi form-form di atas kertas, dan lain-lain. Di tingkat global, persentasenya sebesar 38%.
Enam dari 10 responden (60%) dari Asia Tenggara berharap penyedia layanan mulai memanfaatkan teknologi mutakhir Artificial Intelligence dan Machine Learning dalam melindungi data pribadi mereka. Korea sebesar (45%[30]) dan di angka rata-rata global sebesar 48%.
Tingginya Tuntutan Akan Transparansi dalam Penggunaan Data
Tak jauh berbeda dengan tahun lalu, perihal kerahasiaan dan keamanan data pribadi masih menjadi hal paling penting bagi konsumen di kawasan Asia Tenggara. Sebanyak 72% responden Singapura merasa selama ini tak tahu bagaimana data mereka digunakan dan siapa saja yang bisa mengaksesnya. Responden Malaysia (32%) paling takut tak punya lagi privasi terhadap data pribadi atau bahkan data mereka diretas oleh organisasi yang bisa mengakses ke data pribadi mereka. Responden Thailand bahkan cemas (69%) bahwa organisasi bisa melacak perangkat yang mereka gunakan, Singapura (62%), dan Filipina (60%).
Kemudian, ada 46% responden Asia Tenggara merasa pemerintah dan organisasi perlu lebih transparan soal penggunaan data mereka dalam tugas mereka turut menciptakan perubahan positif di masyarakat. Angka persentase untuk kawasan ini terbilang sedikit lebih rendah dibandingkan angka rata-rata global (51%) namun sedikit lebih tinggi dari Jepang (37%).
Kesenjangan Digital Melebar
Akselerasi pengadopsian teknologi juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri terkait dengan kian melebarnya kesenjangan digital. Sebanyak 67% responden Asia Tenggara khawatir kerabat usia lanjut tidak mampu lagi mengikuti perkembangan dunia digital. Di Singapura sebanyak (75%), Thailand (70%), dan Jepang yang paling tidak khawatir dengan adanya isu ini (45%).
Mayoritas juga sependapat tentang perlunya meningkatkan konektivitas di kawasan rural agar masyarakat benar-benar bisa mengikuti perkembangan dunia digital, khususnya di Indonesia (81%), Filipina (78%) dan Thailand (74%). Agar teknologi bisa dimanfaatkan secara lebih optimal, pemerintah bersama-sama dengan organisasi hendaknya perlu bergandengan tangan menyusun kembali strategi dalam upaya mewujudkan masyarakat yang kian digital seutuhnya.
Ekonomi teknologi yang kian kokoh dan inklusif untuk terwujudnya masa depan yang berdaya secara digital
Pesatnya pertumbuhan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara pasca pandemi merefleksikan akan tingginya kebutuhan transformasi bisnis yang tinggi agar mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berubah. Dalam rangka mempercepat pengembangan digitalisasi pada lingkungan bisnis di kawasan regional, perlu dilakukan pendekatan baru yang mampu memperkuat organisasi dalam menghadirkan pengalaman digital di segala jenis cloud, aplikasi, maupun perangkat secara aman.
Saat ini sektor bisnis tengah memfokuskan strategi mereka dalam meraih sukses jangka panjang sekaligus mempercepat pertumbuhan seiring munculnya era baru dunia kerja. Organisasi perlu menguatkan kembali bagaimana pelanggan dapat memanfaatkan teknologi dalam mempercepat terwujudnya inovasi dan berkolaborasi dengan lebih baik di lingkungan yang serba digital di masa kini. VMware menggarisbawahi ada tiga hal pokok yang harus dijadikan sebagai prioritas demi memperkokoh keberlangsungan transformasi digital di kawasan regional menuju terwujudnya perekonomian yang makin tangguh, inklusif, dan berbasis pada inovasi.
•
Memberdayakan bisnis dalam membangun masa depan yang sarat dengan pemanfaatan multi cloud dan aplikasi: mengoptimalkan potensi masa depan yang sarat akan infrastruktur multi cloud dengan inovasi berbasis aplikasi agar tercipta agility yang tinggi di sebuah lingkungan IT secara konsisten dan aman, sehingga mampu memacu tumbuhnya inovasi secara berkesinambungan.
•
Mendorong pertumbuhan inovasi dan produktivitas di lingkungan workforce yang kian terdistribusi: Solusi-solusi workforce siap masa depan diharapkan akan mampu mendukung disuguhkannya pengalaman digital yang mulus dan makin aman bagi karyawan. Dengan demikian, outcome bisa tercapai secara lebih optimal menyongsong era baru dunia kerja masa depan.
•
Keamanan intrinsik untuk inovasi berkesinambungan: penerapan pendekatan intrinsik pada bangunan keamanan di perusahaan diharapkan akan makin memperkokoh upaya perlindungan pada operasi-operasi dan infrastruktur-infrastruktur krusial demi terwujudnya resiliensi bisnis dan pertumbuhan inovasi yang makin cepat. (sar)
Artikel Terkait
-
XL Axiata satu-satunya perusahaan yang memperoleh dua penghargaan tahun ini
-
Pemerintah terus kejar setoran pajak digital
-
Studi Kearney menekankan pentingnya keberlanjutan regeneratif bagi bisnis di Indonesia
-
Beauty Report dari Insight Factory by SOCO disusun berdasarkan analisis terhadap big data
-
Bekerja tanpa perlu ke kantor dinilai akan semakin berkembang
Rekomendasi
Berita Pilihan