telkomsel halo

Seminggu pasca masa lock up, saham GOTO masih longsor

18:18:00 | 10 Dec 2022
Seminggu pasca masa lock up, saham GOTO masih longsor
JAKARTA (IndoTelko) - Selesainya masa lock up yang dijalani saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) ternyata menimbulkan masalah tidak hanya bagi startup tersebut, tetapi juga Bursa Efek Indonesia.

Emiten dengan ticker GOTO itu terus berada di zona merah pada pembukaan perdagangan, Jumat (9/12). Saham perusahaan ini bahkan kembali menurun paling bawah dalam sehari atau auto reject bawah (ARB).

Mengutip RTI, saham GOTO di jelang tutup pekan ini dibuka turun 7 poin atau 7% ke level Rp93 dari Rp100 pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (9/12) sekitar pukul 12.58 WIB, sebanyak 245,4 juta saham GOTO sudah ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai 22,83 miliar.

Jika dihitung sejak lock up dibuka pada 1 Desember 2022 lalu, sudah 7 kali saham GOTO mengalami ARB setiap hari perdagangan.

Presiden GoTo Patrick Cao dalam paparan publik insidentil menjelaskan anjloknya saham GoTo dipicu oleh kondisi makro ekonomi, kondisi pasar modal, kompetisi, serta kinerja perusahaan.

Diungkapkannya, berakhirnya masa penguncian saham atau lock up pada akhir November lalu, terjadi kenaikan jumlah saham yang beredar.

"Dengan berakhirnya periode lock up, ada kenaikan dalam jumlah saham yang beredar di pasar yang mengakibatkan peningkatan transaksi jual beli saham," ujar Patrick.

Ia menjelaskan hal itu disebabkan sejumlah faktor di antaranya investor awal yang masuk di harga saham lebih rendah yang merealisasikan keuntungan, berakhirnya masa investasi atau fund life untuk investor finansial, serta kebutuhan likuiditas di akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya.

"Banyak dari variabel tersebut merupakan hal-hal di luar kontrol pengetahuan perusahaan. Perseroan akan terus fokus untuk mendorong pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan," ujarnya.

Selain itu, perseroan juga akan terus melakukan penjajakan dengan investor potensial baru, terutama menuju peluang masuknya GoTo ke dalam indeks global di paruh pertama 2023.

"Semua langkah-langkah ini kami lakukan untuk memberikan manfaat dan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan," kata Patrick.

Sementara Sekretaris Perusahaan GOTO RA Koesoemohadiani menjelaskan, sebagaimana telah disampaikan, pada rapat umum pemegang saham tahunan tanggal 28 Juni 2022, perseroan telah memperoleh persetujuan untuk menerbitkan saham tanpa memberikan hak memesan terlebih dahulu (non-HMETD) sebesar maksimal 118.436.392.950 lembar saham seri A atau sebesar 10% dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor dalam perseroan.

“Berdasarkan persetujuan pemegang saham tersebut, perseroan dapat melakukan PMTHMETD sampai dengan Juni 2023. Sampai dengan saat ini, perseroan masih terus menjajaki berbagai opsi secara opportunistic dengan memperhatikan kondisi pasar modal dan makro ekonomi. Jika ada kesempatan yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan perseroan, maka perseroan berharap dapat menggunakan PMTHMETD tersebut,” jelas Koesoemohadiani.

Optimistis  
Sedangkan salah satu pemegang saham GOTO, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) optimistis investasinya di startup itu akan mendatangkan keuntungan besar mulai tahun depan.

Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menilai, GOTO adalah perusahaan dengan fundamental baik, hanya saja setelah periode lock up dibuka terjadi aksi profit taking pada pasar negosiasi. Hal inilah yang membuat harga saham dari GOTO menurun. “Setelah aksi profit taking ini selesai, harga saham GOTO diproyeksikan kembali stabil,” jelasnya.

Telkom berinvestasi sebesar US$ 450 juta pada saham GOTO pada masa sebelum IPO di level Rp 272 per saham. Harga itu sebagai low based saham GOTO saat itu. “Harga GOTO saat ini adalah low based, sehingga besar kemungkinan GOTO akan memberikan potensi pendapatan yang tinggi pada tahun depan,” ujarnya.

Sementara itu, Chief Financial Officer Heri Supriadi mengatakan, Perseroan berharap mendapatkan keuntungan dari sinergi value dengan GOTO. Potensi keuntungan tersebut bakal mengangkat laba dari TLKM secara signifikan. Bahkan, untung dari GOTO sebetulnya berpotensi lebih besar dari para pesaing seperti halnya Grab.

GCG BUMN
“Kalau dibandingkan dengan Grab, katakanlah pendapatan operasional Rp 11 triliun, termasuk pemasukan dari komisi dan lainya. Pendapatan GOTO sendiri dari sektor yang sama mampu tembus Rp 17 triliun, pun dari sisi marketcap GOTO lebih besar,” tutupnya.(ak)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories