Ilustrasi
JAKARTA (IndoTelko) -- Marketplace dengan jaringan truk terbesar di Indonesia Kargo Technology dalam diskusi “Resesi dan adaptasi Logistic 2023†bersama APTRINDO (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia), menghimbau seluruh pegiat logistik seperti pengusaha truk dan pemangku kepentingan yang terkait dengan distribusi dan supply chain perusahaan untuk memperkuat operasional logistik dengan teknologi dan melakukan adaptasi pasar dengan industri yang akan meroket di tahun 2023.
Weylen Yanaprasetya selaku VP of Enterprise Kargo Tech mengemukakan, “jika Industri logistik merupakan bagian dari rantai pasok produk kebutuhan primer - sekunder masyarakat dan penopang usaha sektor riil dalam hal pendistribusian produk hingga ke end customer. Belajar dari tahun 2020-2022 saat pandemic Covid muncul pertama kali, industri logistik terkena dampak berupa penurunan permintaan di beberapa industri. Pandemi mengajarkan bagaimana logistik dapat beradaptasi dengan bergesernya pola konsumsi masyarakat, dimana distribusi barang elektronik berkurang dan didominasi oleh distribusi alat kesehatan dan kebutuhan sehari - hari sehingga Kargo Tech dapat tumbuh dengan estimasi 7x pada saat pandemi (2020) hingga di tahun 2022â€
Sektor logistik berperan penting dalam menyokong industri lain dan akan mengikuti pada pola permintaan konsumsi masyarakat. Mengacu pada data dari Bank Mandiri, industri furniture dan tekstil diproyeksikan melemah saat resesi di tahun 2023 sehingga jika pada umumnya pengusaha logistik aktif mendistribusikan produk - produk dari industri ini akan berimbas pada menurunnya produktivitas pengusaha logistik dan baiknya mulai membidik industri yang akan bertahan atau tumbuh pada saat resesi seperti produk kebutuhan sehari - hari industri makanan dan minuman.
Sejatinya, perekonomian Indonesia diproyeksikan akan tumbuh 2,6% berdasarkan data IMF di tahun 2023, sehingga dapat dikatakan Indonesia memiliki tingkat resilient atas resesi lebih baik daripada negara-negara tetangga.
Secara lebih spesifik, dari sisi transporter, Sugi Purnoto selaku Dewan Pakar DPP APTRINDO menyatakan jika industri logistik akan tumbuh 10 - 15% dengan menyokong 6 industri yang akan naik daun seperti FMCG, otomotif spare part, chemical, farmasi & alat kesehatan, mining dan industri retail yang mulai tumbuh sejak 2022 ini. Industri ini akan mendominasi permintaan di logistik dan mampu mengimbangi industri - industri yang melemah nantinya.
Meskipun diprediksikan tumbuh, para pemain logistik akan dihadapkan pada beberapa tantangan operasional - seperti yang disampaikan Sugi terkait adanya kenaikan jumlah investasi dari sisi perawatan truk dan harga spare part yang akan naik tiap 3 bulan ditambah lagi dengan implementasi pelarangan ODOL (Over dimension & Over Load) dimana pengiriman barang harus sesuai dengan kapasitas truknya. Dampak yang mungkin akan terjadi dari implementasi kebijakan ODOL adalah penurunan harga truk dan kompetisi antar small-medium transporter karena keterbatasan armada.
Sedangkan dari sisi Shipper, Puput Prihadi sebagai Head of Enterprise Kargo Tech pun memproyeksikan beberapa tantangan yang akan terjadi oleh sektor logistik pada saat resesi 2023 seperti, permintaan menurun dikarenakan suku bunga naik yang akan membuat masyarakat enggan untuk belanja sehingga kegiatan distribusi juga tidak akan massive. Kedua, perusahaan akan lebih selektif dalam memilih vendor pengiriman disebabkan oleh jumlah produk yang didistribusikan berkurang dari sebelumnya karena inflasi dan hal itu berimbas pada meningkatnya biaya logistik. Kedua hal ini, membuat banyak principal shipper lebih berhati - hati dalam memilih vendor yang tepat
Tantangan resesi untuk mengubah pasar demand bagi industri logistik ini, dapat dihadapi dengan memperkuat sistem rantai pasok, reaktif terhadap pertumbuhan industri berdasarkan potensi permintaan, dan adaptasi ke teknologi yang memungkinkan pelaku logistik dapat menyederhanakan segala proses operasional dengan biaya lebih sedikit dan effort yang minim. Adaptasi ke teknologi dengan menggunakan software logistic Kargo, dapat memudahkan dalam proses tracking & tracing, pengelolaan pengiriman dan pencatatan, hingga pembuatan invoice secara otomatis. Dengan demikian pemangku kepentingan dapat memotong biaya - biaya yang seharusnya tidak diperlukan seperti biaya komunikasi dan uang jalan yang biasanya tidak transparan serta pemanfaatan sumber daya manusia dapat lebih optimal.
Kargo technology sebagai end-to-end integrated logistic platform akan terus melakukan peningkatkan baik kepada Shipper maupun kepada Transporter . Kedua, melakukan concentrated strategy secara vertikal dan horizontal untuk market penetration, dan terakhir meningkatkan wallet share Kargo Tech pada existing customer hingga 80% dari total alokasi budget logistik yang dikeluarkan oleh Shipper.
“Kargo Tech percaya melalui pengembangan sistem akan berdampak bagi peningkatan operation productivity, quality improvement pada SLA pengiriman, akurasi order dan dokumen, sekaligus sebagai enablement tools untuk disrupt logistic ecosystem menuju digitalisasi,†tambah Puput Prihadi.(ak)