JAKARTA (IndoTelko) - Bayang-bayang resesi global dan tech winter awal tahun ini menghantui seluruh industri baik global atau pun nasional.
Badai resesi ini menyebabkan banyak perusahaan rintisan (startup) di bidang teknologi mulai kehabisan dana dan melakukan beragam cara untuk bertahan, mulai dari mengurangi beban operasional, melakukan hiring freeze, layoff massal, hingga mengajukan pailit. Melihat ini, seluruh industri mesti waspada.
Sebagai sebagai salah satu perusahaan (Information and Communication Technology) ICT senior, Lintasarta memiliki sudut pandang sendiri mengenai fenomena terkait.
Menurut Corporate Service Director Lintasarta Hariyadi Ramelan, sejak tahun 2022 lalu, pihaknya mulai melihat adanya indikasi fluktuasi ekonomi yang bisa berdampak pada banyak sektor, termasuk teknologi. "Beberapa perusahaan rintisan baru mungkin menjadi salah satu yang paling diuji saat ini," katanya.
Hariyadi menambahkan, dengan kurang lebih 35 tahun pengalaman di industri, naik-turunnya situasi ekonomi global bukan kali pertama yang Lintasarta alami. "Kami melihat masa-masa seperti ini adalah momentum yang baik untuk penyelarasan strategi bisnis dan kebijakan perusahaan ke depan agar kami tidak hanya sekedar bertahan, namun justru dapat meningkatkan performa bisnis dan kualitas kinerja tim. Tentunya, dengan governance yang lebih baik dalam meningkatkan reputasi entitas," ujarnya.
Dihapuskannya PPKM, Lintasarta termasuk salah satu perusahaan yang masih konsisten menerapkan WFA atau Work-From-Anywhere. Kebijakan ini bukannya tanpa alasan. Penerapan WFA disebut-sebut memiliki dampak jangka panjang bagi karyawan dan perusahaan.
Menurut Hariyadi, sejak pandemi, perusahaannya memang memiliki skema kerja baru yang bernama Lintasarta FlexWork. "Skema ini memungkinkan karyawan untuk bisa bekerja dari mana saja dengan monitoring pelaksanaan task management dan engagement collaborationmasing-masing di tiap divisi," katanya.
"Kami melihat bahwa sebagai perusahaan teknologi, banyak sekali lini pekerjaan yang sebetulnya bisa dilakukan dimana saja. Dengan demografi karyawan kami yang sebagian sudah berkeluarga, ternyata skema ini berjalan cukup efektif dan membantu karyawan bekerja lebih efisien. Karyawan dapat menyeimbangkan pola kerja hariannya, sekaligus memiliki waktu yang lebih banyak untuk keluarga ataupun kegiatan-kegiatan pribadi lainnya. Secara bisnis juga, di masa pandemi kami berhasil mempertahankan performa keuangan perusahaan di saat banyak perusahaan lain mengalami tantangan finansial yang lebih besar, bahkan penurunan kinerja," jelasnya.
Lintasarta menyadari sepenuhnya masih banyak nilai-nilai perusahaan yang masih perlu dibangun dengan pertemuan tatap muka. "Meski menerapkan WFA, kami juga melihat pentingnya kebersamaan antar tim dan beberapa pekerjaan yang harus dilakukan secara tatap muka. Sehingga, kami menyediakan tiga kali dalam seminggu wajib ke kantor untuk mempermudah koordinasi antar tim," tambahnya.
Setelah melewati berbagai fase bisnis dan transformasi selama bertahun-tahun, tidak mudah untuk mempertahankan performa perusahaan sekaligus kesejahteraan karyawan di dalamnya.
Dikatakan Corporate Secretary General Manager Lintasarta Triharry Darmawan Oetji, Lintasarta melakukan berbagai inovasi untuk employee management yang dikombinasikan dengan upaya digitalisasi perusahaan, serta best practice dari industri. "Fokus kami adalah bagaimana bertumbuh tidak hanya dengan pelanggan, tetapi juga dengan karyawan," katanya.
Beberapa program employee management yang telah dijalankan oleh Lintasarta antara lain :