LABUAN BAJO (IndoTelko) - Telkomsel, melalui inisiatif Program Corporate Social Responsibility (CSR) Telkomsel Jaga Bumi untuk melanjutkan peran terdepannya dalam komitmen mengurangi dampak negatif terhadap perubahan iklim dan menghadirkan dampak positif terhadap keberlangsungan bumi dan lingkungan, kali ini menggandeng PlusTik yang menggelar aktivitas Beach Clean Up (pembersihan sampah) dan mengumpulkan sampah cangkang dan kemasan kartu SIM dari outlet penjual pulsa yang berada di sekitar Area Pantai Waecicu, Pantai Binongko, dan Pantai Pede, di Kawasan Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada 7-13 Mei 2023.
Aktivitas ini turut mengajak komunitas lokal dari kalangan anak muda di Kawasan Labuan Bajo dan diharapkan dapat berperan dalam menunjukkan komitmen Indonesia dalam upaya penanganan sampah plastik dan penerapan waste management di tingkat nasional dan Kawasan Asia Tenggara, sekaligus menjadi bagian kegiatan pendukung dalam menyambut rangkaian KTT ke-42 ASEAN yang akan digelar di Labuan Bajo.
Dikatakan Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki Hamsat Bramono, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, pada 2020 wilayah lautan Indonesia tercemar sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi (g/m2) dan diperkirakan jumlah sampah di kawasan laut Indonesia secara keseluruhan sudah mencapai 5,75 juta ton. "Jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik, dengan bobot seberat 627,80 g/m2, atau 35,4 persen dari total sampah di laut Indonesia pada 2020.[1] Dengan mengedepankan program CSR yang mengedepankan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) melalui Telkomsel Jaga Bumi, kami terus berupaya mengambil peran terdepan untuk menggandeng seluruh elemen masyarakat membuka lebih banyak peluang dalam solusi pengelolaan sampah plastik guna menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan yang lebih baik," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, CEO dan founder PlusTik Reza Hasfinanda mengatakan, permasalahan sampah plastik sangat mendesak dan menjadi concern kita semua. Krisis iklim adalah salah satu dampak dari penggunaan berlebih plastik sekali pakai. Pada beach clean up yang pertama, kami berhasil mengumpulkan total 1,4 ton sampah, di mana sepertiganya adalah plastik. "Plastik yang biasa didaur ulang adalah high value plastic seperti kemasan air mineral, padahal yang banyak kami temukan adalah low value plastic seperti sachet, pouch, kemasan snack, dan lain-lain. Nah, di PlusTik kami memiliki teknologi yang mengolah low value plastic tersebut menjadi produk akhir guna ulang seperti paving block hingga perahu," jelasnya.
Kegiatan pembersihan sampah, khususnya sampah berbahan plastik, pada tiga pantai tersebut juga melibatkan sejumlah komunitas pemuda lokal yang berada di Kawasan Labuan Bajo, seperti Mahasiswa/i Politeknik eLBajo Commodus, Komunitas Komodo Sea Cleaners, dan Komunitas Plastic Man. Sampah yang berhasil dikumpulkan nantinya akan dipilah kembali dan diupayakan dapat didaur ulang oleh PlusTik menjadi barang yang bermanfaat lainnya. Pada hari pertama pelaksanaan kegiatan tersebut di Pantai Waecicu, sampah yang berhasil dikumpulkan mencapai 1,4 ton. Selain kegiatan pembersihan pantai, Telkomsel juga mendukung PlusTik untuk memproduksi 1.000 mobile phone holder yang terbuat dari 100 persen dari material plastik daur ulang, yang akan dibagikan sebagai cinderamata bagi para tamu, peserta delegasi, dan panitia KTT ASEAN 2023.
Ditambahkan Saki, Telkomsel Jaga Bumi sendiri merupakan program CSR yang menjadi wujud komitmen Telkomsel dalam menjalankan setiap proses bisnis perusahaan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh aset teknologi terdepan dan ekosistem digital yang dimiliki, selaras dengan upaya perusahaan dalam menjaga keberlangsungan bumi serta lingkungan dengan mengedepankan prinsip ESG.
Beberapa program inisiasi dari Telkomsel Jaga Bumi yang telah berjalan saat ini, antara lain Program Waste Management yang berkolaborasi dengan PlusTik untuk mendaur ulang kemasan kartu perdana dan cangkang kartu SIM berbahan dasar plastik hingga menjadi produk reusable dan sustainable. Lalu Program Carbon Offset bersama Jejak.in, di mana pelanggan dapat menukar Telkomsel Poin mereka menjadi kontribusi setara dengan sebatang pohon untuk mengimbangi jejak karbon (carbon footprint) yang timbul sebagai konsekuensi aktivitas manusia sehari-hari. Kemudian Program Digitalization Support ekosistem hutan bakau (mangrove) di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai yang bekerja sama dengan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi Bali, untuk melindungi serta mengawasi ekosistem hutan bakau (mangrove) melalui pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT).
Di Maret lalu, Telkomsel Jaga Bumi juga menggandeng Volta (produsen motor listrik terkemuka di Indonesia) untuk berkolaborasi membantu mengurangi emisi karbon di Indonesia dengan menghadirkan program bundling motor listrik Volta dan paket kuota data Telkomsel. Kolaborasi itu diharapkan dapat mendorong adopsi penggunaan kendaraan listrik yang ramah lingkungan, hemat, efisien, dan bernilai tambah bagi masyarakat. (mas)