telkomsel halo

Here publikasikan hasil studi pertamanya, APAC On The Move

08:12:00 | 13 May 2023
Here publikasikan hasil studi pertamanya, APAC On The Move
JAKARTA (IndoTelko) - Sebuah platform data dan teknologi lokasi terkemuka, HERE Technologies, mengumumkan studi pertama mereka berjudul APAC On The Move, yang memuat hasil temuan terhadap perusahaan-perusahaan transportasi dan logistik (T&L) di seluruh Asia-Pasifik (APAC). Studi tersebut membahas mengenai tren teknologi saat ini dan aktivitas-aktivitas yang membentuk pengelolaan pendistribusian, armada, dan logistik.

Penemuan penting dari APAC On The Move 2023 menunjukkan bahwa pelacakan aset dari hulu ke hilir dan visibilitas pengiriman masih menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan-perusahaan logistik di Indonesia selama tiga tahun sejak awal pandemi.

Perusahaan-perusahaan logistik Indonesia yang disurvei mengatakan bahwa penerapan teknologi merupakan tantangan terbesar untuk memperoleh tampilan pendistribusian dari hulu ke hilir secara bersamaan, walaupun mereka juga termotivasi untuk memperbaiki efisiensi pada operasional.

Indonesia sendiri telah menunjukkan adanya perhatian yang lebih dalam peningkatan industri logistik termasuk pembuatan kebijakan Ekosistem Logistik Nasional yang bertujuan untuk mengurangi biaya logistik dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan industri logistik di Indonesia akan tumbuh 5-8% tahun ini, yang mana hal ini didorong oleh digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun, Indeks Kinerja Logistik terbaru dari Bank Dunia menunjukkan Indonesia mengalami penurunan sebanyak 15 peringkat dari posisi 46 di 2018, menjadi peringkat 61 di 2023.

Ini menunjukkan masih adanya ruang bagi sektor logistik nasional untuk tumbuh dan memanfaatkan peluang secara maksimal, seperti pada potensi ekonomi regional dan peluang dalam rantai nilai tambah global.

Hasil survey menunjukkan, lebih dari seperlima perusahaan-perusahaan di Indonesia (23%) mengatakan adanya kekhawatiran akibat potensi gangguan yang timbul pada proses-proses dan layanan-layanan yang ada di mana hal ini merupakan hambatan terbesar mereka dalam menerapkan teknologi. Tantangan dalam mengidentifikasi mitra dan/atau pemasok yang tepat dan kemampuan untuk meraih keuntungan finansial dari sebuah investasi juga masuk dalam peringkat tantangan yang tinggi.

Perusahaan-perusahaan logistik yang disurvei menginginkan adanya solusi yang mudah dipakai dan diterapkan, murah, cepat dan sedikit menggunakan tenaga manusia. Menurut studi dari HERE, kurangnya tenaga kerja yang menggunakan perangkat lunak (17%), kurangnya waktu untuk mengimplementasikan solusi (16%), dan tantangan integrasi perangkat lunak dengan infrastruktur yang ada (15%) menjadi masalah utama untuk menerapkan solusi pelacakan aset logistik dan pemantauan pengiriman/kargo.

Selain itu, sekitar 47% perusahaan-perusahaan logistik Indonesia yang disurvei telah menggabungkan perangkat lunak untuk pelacakan aset dan pemantauan pengiriman dengan melakukan input secara manual guna melacak aset, pengiriman, dan kargo.

Biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari total produk domestik bruto (PDB), di mana hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan biaya logistik termahal di Asia. Untuk lebih meningkatkan efisiensi logistik Indonesia dan daya saing ekonomi, perusahaan-perusahaan logistik Indonesia sedang memprioritaskan peningkatan visibilitas dan mengoptimalkan pertumbuhan inovatif dengan memanfaatkan teknologi lokasi untuk pengiriman dan pemantauan kargo.

Perusahaan logistik berharap bisa menggunakan data lokasi untuk mengoptimalkan aset logistik (46%), memperluas ke area baru sesuai permintaan logistik dan logistik jarak jauh (45%) dan untuk mengidentifikasi area yang tidak efisien untuk mengurangi biaya (44%).

Perusahaan logistik dapat mengambil keputusan dengan baik berdasarkan informasi cukup melalui pemantauan secara langsung dan penyediaan data yang difasilitasi oleh Internet of Things (IoT). Di Indonesia, perusahaan logistik sudah menerapkan teknologi IoT.

Perusahaan yang bergerak di bidang layanan kurir, ekspres, dan parsel (CEP) (28%) telah menggunakan teknologi IoT, diikuti perusahaan pelacakan barang yang mudah rusak dan obat-obatan (23%), dan perusahaan pelacakan barang besar seperti barang yang tidak mudah rusak dan furnitur (22%).

Aplikasi IoT yang digunakan untuk pengelolaan inventaris (21%), pengelolaan armada (18%), dan pengelolaan gudang (17%) menjadi aplikasi paling popular di antara perusahaan-perusahaan logistik Indonesia.

Nantinya perusahaan-perusahaan logistik di Indonesia sangat tertarik untuk berinvestasi pada artificial learning dan machine learning (48%), robotik (37%), dan drone (34%) guna meningkatkan daya tarik industri. Teknologi-teknologi ini dipercaya dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja (46%), meningkatkan kemampuan teknologi (43%) dan mencegah biaya-biaya tambahan (41%).

Dikatakan Head of Department, Industry Digital Transformation Dept., Mitsubishi Corporation Singapore Branch Yoshikazu Kuwamura, digitalisasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan dan memberi efisiensi baru dalam pendistribusian saat ini. Namun, digitalisasi tersebut tidak cukup untuk mencapai rangkaian pendistribusian dari hulu ke hilir secara menyeluruh. "Kolaborasi di seluruh pendistribusian sangat penting untuk menciptakan operasi yang lebih cerdas dan tangguh. Bersama dengan HERE, kami yakin dapat membantu pemain logistik di APAC untuk memanfaatkan intelegensi lokasi dan mengembangkan praktik terbaik, dan strategi yang lebih efektif untuk mengelola risiko dan hal yang tidak terduga," katanya.

Sementara Global Client Leader for Mobility, Frost & Sullivan, Vivek Valdya mengungkapkan, pendistribusian dan perusahaan logistik di APAC berada di tahap perkembangan yang berbeda dari pelacakan aset dan pemantauan pengiriman menjadi perhatian. Di satu sisi, perusahaan-perusahaan ingin berinvestasi di IoT, AI, dan drone untuk meningkatkan tampilan secara langsung. Dan sisi lain banyak perusahaan-perusahaan yang masih mengandalkan proses manual untuk mencapai tujuan yang sama. "Perusahaan yang saat ini masih mengandalkan proses manual cenderung akan beralih ke solusi modern. Secara keseluruhan, kesadaran terhadap tampilan secara langsung untuk aset-aset dan kargo sudah meningkat secara pesat di era pasca pandemi dan kemungkinan besar tren tersebut akan terus berlanjut. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang kuat bagi penyedia solusi seperti HERE Technologies untuk dekade berikutnya," jelasnya.

GCG BUMN
Sedangkan, Direktur Senior & Kepala Bisnis untuk Asia Tenggara dan India di HERE Technologies, Abhijit Sengupta mengatakan, industri Logistik di Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh secara optimal. "Walaupun pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menurunkan biaya logistik dan meningkatkan daya tarik sektor ini, masih banyak yang harus dilakukan untuk mendorong perusahaan logistik beralih ke teknologi lokasi guna merampingkan/mempersingkat proses logistik dan pada akhirnya dapat memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi negara," katanya. (mas)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories