telkomsel halo

Pariwisata di Asia Pasifik kembali bangkit

04:30:00 | 19 May 2024
Pariwisata di Asia Pasifik kembali bangkit
SINGAPURA (IndoTelko) Mastercard Economics Institute (MEI) mencatat bahwa sektor pariwisata global berkembang pesat di 2024 seiring meningkatnya pengeluaran konsumen di sektor pariwisata, serta mengalami lonjakan lalu lintas penumpang.

Di laporan MEI kelima yang bertajuk "Travel Trends 2024: Breaking Boundaries" memberikan wawasan komprehensif terkait perkembangan lanskap industri pariwisata di 74 negara, termasuk 13 negara di kawasan Asia Pasifik.

Meskipun nilai tukar masih fluktuatif dan daya beli yang bervariasi, pariwisata tetap tumbuh, dengan sembilan dari 10 hari pengeluaran tertinggi dalam sejarah untuk industri kapal pesiar dan penerbangan global, terjadi pada tahun ini. MEI memperkirakan momentum ini akan terus berlanjut karena konsumen di seluruh dunia lebih mengutamakan pengalaman yang tak terlupakan dan mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk perjalanan.

Dengan menggunakan analisis unik dari berbagai data transaksi Mastercard yang telah dikelompokan dan dianonimkan, termasuk dari Mastercard SpendingPulse dan data pihak ketiga, laporan ini mendalami tren pariwisata penting di tahun 2024 dan seterusnya.

Beberapa topik menarik di kawasan Asia Pasifik, di antaranya:

Destinasi di Asia Pasifik semakin populer, mencakup separuh dari 10 destinasi yang menunjukkan momentum terbaik di antara wisatawan. Daftar ini diukur dan diurutkan berdasarkan perubahan pangsa transaksi pariwisata dalam 12 bulan terakhir hingga Maret 2024.

· Jepang berada di posisi pertama sebagai destinasi terpopuler di dunia (tumbuh 0.9 persen vs Irlandia 0.4 persen) seiring kedatangan 3.081.600 wisatawan mancanegara pada Maret 2024 tertinggi sepanjang masa bahkan sebelum musim puncak liburan mulai. Didorong oleh melemahnya mata uang Yen (terendah sejak 1990), nilai kurs mata uang Jepang yang baik ini dinilai akan mempertahankan posisi Jepang sebagai garda terdepan pariwisata sepanjang 2024, menguntungkan bagi bisnis-bisnis di Jepang yang melayani wisatawan, serta ekonomi lokal secara keseluruhan.

· Lalu lintas penumpang di Asia Pasifik semakin pulih, terutama untuk perjalanan antar wilayah yang lebih pendek. Sebagai contoh, destinasi terpopuler untuk wisatawan dari Singapura di musim panas ini adalah Bangkok, Kuala Lumpur, dan Perth.

· Pariwisata di Thailand diproyeksikan pulih sepenuhnya pada 2024, menurut MEI, dengan total kedatangan wisatawan saat ini hanya 7 persen lebih sedikit dibandingkan tahun tahun 2019, sebelum pandemi. Terutama penerbangan ke Thailand dari Asia Selatan dan kawasan ASEAN kini mendekati 20 persen di atas tahun 2019.

Chief Economist, Asia Pacific, Mastercard David Mann mengatakan konsumen di Asia Pasifik memiliki keinginan yang kuat untuk bepergian dan semakin cerdas dalam memastikan mereka mendapatkan harga terbaik dan pengalaman tak terlupakan dari perjalanan mereka.

"Bagi otoritas pariwisata, sektor retail, perhotelan, dan F&B, biaya itu penting. Dalam ekonomi saat ini, nilai tukar mata uang asing dan daya beli menjadi komponen penting saat merencanakan perjalanan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha yang mendapatkan keuntungan dari sektor pariwisata perlu meninjau ulang strategi mereka saat ini, dan mengubahnya jika perlu, untuk mempertahankan daya tarik di mata wisatawan," katanya.

Walaupun Jepang telah menjadi destinasi terpopuler selama 12 bulan terakhir, diprediksi Munich dapat menempati peringat teratas destinasi musim panas (dalam hal peningkatan pangsa pemesanan penerbangan) karena menjadi tuan rumah turnamen sepakbola UEFA EURO 2024 pada bulan Juni mendatang.

Tokyo menempati posisi kedua, sementara Bali (#6) dan Bangkok (#7) juga termasuk dalam 10 kota yang mengalami kenaikan permintaan dalam tiga bulan mendatang.

Dinamika pariwisata China Daratan telah berubah, seiring wisatawan China yang memprioritaskan perjalanan domestik ketimbang internasional.

· Pariwisata domestik di China Daratan mengalami hal positif karena lalu lintas penumpang udara telah sepenuhnya pulih dan bahkan melampaui tahun 2019, memberikan manfaat bagi bisnis lokal.

· Sementara itu, lalu lintas wisatawan yang bepergian keluar negeri dari China daratan terus membaik dan kini mencapai 80.3 persen dari level tahun 2019.

· Pertumbuhan positif diperkirakan akan terjadi pada 2024, didukung oleh pembebasan visa di kawasan Asia Pasifik dan sekitarnya, serta peningkatan kapasitas penerbangan internasional, yang akan menguntungkan bagi destinasi seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Diperkuat oleh perkembangan pesat kelompok kelas menengah, kapasitas rute tambahan, dan keinginan kuat untuk bepergian, 2024 menjadi tahun di mana jumlah wisatawan India yang melakukan perjalanan internasional mencapai puncak tertinggi dalam sejarah.

· Dalam tiga bulan pertama tahun 2024, 97 juta penumpang melakukan perjalanan melalui bandara di India. Sepuluh tahun yang lalu, angka yang sama membutuhkan waktu satu tahun untuk dicapai.

· Lalu lintas penumpang domestik naik 21 persen dibandingkan 2019. Sementara, lalu lintas penumpang internasional naik 4 persen per Maret 2024.

· Wisatawan India yang mengunjungi pasar utama mengalami peningkatan signifikan pada 2024 dibandingkan 2019: peningkatan 53 persen jumlah pengunjung ke Jepang, peningkatan sebesar 248 persen jumlah pengunjung ke Vietnam, peningkatan sebesar 59 persen jumlah pengunjung ke Amerika Serikat (peningkatan ini terlihat menonjol karena jumlah kedatangan dari luar negeri ke Amerika Serikat masih 7 persen di bawah tahun 2019, sebagian besar disebabkan oleh kuatnya dolar AS).

Liburan yang Lebih Lama

· Di Asia Pasifik (tidak termasuk Australia dan Selandia Baru) pada 2024, wisatawan memperpanjang perjalanan mereka rata-rata 1,2 hari menjadi total durasi 7,4 hari, didorong oleh keterjangkauan destinasi, cuaca yang hangat, dan nilai tukar yang menguntungkan, dibandingkan dengan rata-rata tahun 2019 yaitu 6,1 hari per perjalanan.

· Di Australia dan Selandia Baru, pengunjung luar negeri rata-rata menginap selama 5,4 hari, meningkat 0,6 hari dibandingkan 2019.

· Destinasi di Asia Pasifik dengan peningkatan durasi liburan terpanjang antara 2019-2024 adalah India (+2 hari), Vietnam (+2 hari), Indonesia (+1,9 hari), dan Jepang (+1,4 hari), yang sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan harga hotel yang lebih rendah sepanjang periode ini dibandingkaan dengan market lainnya.

· Semakin lama wisatawan menghabiskan waktu di suatu tempat, semakin besar kemungkinan bagi mereka untuk mengeluarkan lebih banyak uang, sehingga memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.

Konsumen global terus memprioritaskan pengalaman dibandingkan materi. Hal ini terlihat pada sektor pariwisata dengan pengeluaran untuk pengalaman dan hiburan malam mencapai 12 persen dari penjualan pariwisata merupakan angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Sementara itu, belanja ritel pulih dengan kecepatan yang lebih lambat.

· Wisatawan Australia menjadi kelompok dengan pengeluaran tertinggi di dunia untuk pengalaman dan hiburan malam.

· Pada 2024, masyarakat Australia menghabiskan satu dari setiap lima dolar (19 persen) untuk kegiatan-kegiatan ini jauh lebih tinggi dari rata-rata global (12 persen).

· Wisatawan dari China Daratan juga semakin banyak yang mencari pengalaman, menghabiskan 10 persen untuk kategori ini pada 2024, naik dari 7 persen pada 2023.

Kenyamanan Lebih Diutamakan Daripada Kemewahan untuk Mode dan Makanan

Wisatawan saat ini lebih memilih suasana santai, kecuali di tempat-tempat di mana toko mewah dan fine dining memberikan pengalaman istimewa dengan nilai yang sebanding.

· Penjualan busana mewah melonjak dari tahun ke tahun (year-on-year) dalam tahun yang berakhir pada Maret 2024 di Jepang (152 persen) dan Hong Kong (208 persen), meskipun busana kasual masih mendominasi penjualan di sebagian besar negara.

· Sebagian lonjakan di Hong Kong disebabkan oleh terlambatnya pembukaan kembali negara tersebut pada 2023, sedangkan lonjakan di Jepang disebabkan oleh melemahnya Yen dan kuatnya pariwisata dalam negeri.

GCG BUMN
· Australia, India, dan Thailand kini menikmati perkembangan pesat industri fine dining, membuat kinerja restoran premium lebih unggul dibandingkan dengan restoran kasual, yang masih mendominasi di negara lain.(ak)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year