JAKARTA (IndoTelko) - AC Ventures bekerja sama dengan Boston Consulting Group (BCG) dan unit teknologi dan desain BCG X, serta Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), meluncurkan laporan “Memanfaatkan Kekuatan (Gen)AI dalam Layanan Keuangan Indonesia.”
Studi ini berdasarkan survei terhadap 41 pemimpin bisnis lembaga keuangan dan wawancara dengan lima startup fintech untuk mengungkapkan wawasan penting tentang adopsi dan dampak AI dan GenAI di sektor layanan keuangan Indonesia.
Laporan ini mencakup rekomendasi strategis untuk para pemimpin bisnis di sektor swasta tentang bagaimana menerapkan teknologi ini ke dalam produk dan operasional mereka.
Laporan ini juga menampilkan saran penting dari Kadin Indonesia untuk pemerintah Indonesia saat memasuki masa transisi ke pemerintahan baru dan mengejar prospek pengembangan AI kedaulatan untuk kepentingan nasional.
Temuan laporan ini adalah kerangka kerja strategis, multilateral "Deploy, Reshape, Invent," yang membimbing lembaga keuangan Indonesia tentang bagaimana mengintegrasikan GenAI secara efektif untuk memaksimalkan manfaatnya.
Di antara ketiga pilar ini, para responden memprioritaskan ‘deploying’ dan ‘inventing’ daripada ‘reshaping’ proses internal, dengan 51% fokus pada penerapan GenAI untuk tugas sehari-hari, dan 27% melihat peluang besar dalam menciptakan produk dan layanan baru yang didukung oleh GenAI.
Secara global, studi terpisah oleh BCG menemukan bahwa 85% lembaga keuangan melihat GenAI sebagai teknologi yang sangat disruptif, tetapi hanya 18% yang memiliki strategi yang jelas untuk implementasi internal.
Respon yang diterima dari para pemimpin bisnis lembaga keuangan dan startup fintech di Indonesia mencerminkan sentimen ini secara lokal.
Kesenjangan ini menyoroti peluang kritis bagi sektor layanan keuangan Indonesia untuk menempatkan dirinya di garis depan perbatasan GenAI.
Di Indonesia, 61% lembaga keuangan yakin dengan infrastruktur teknologi mereka yang diperlukan untuk mengintegrasikan GenAI, terutama dalam konteks tumpukan data dan teknologi yang kuat.
Hampir setengah dari para pemimpin lokal di sektor ini mengklaim sudah memanfaatkan GenAI untuk meningkatkan layanan pelanggan, dengan sepertiga mengklaim sudah memperoleh manfaat yang terlihat. Lebih lanjut, 44% pemimpin lokal mengakui potensi GenAI dalam merevolusi penilaian risiko di pinjaman mikro melalui sumber data dan model analitik yang lebih inovatif.
Selain layanan pelanggan dan pinjaman mikro, empat area lain di mana GenAI dianggap bermanfaat di industri ini termasuk produktivitas, pemberian pinjaman cepat, manajemen penipuan, dan personalisasi yang sangat spesifik.
Seiring dengan semakin meluasnya penggunaan kasus GenAI, bank-bank besar dan lembaga keuangan Indonesia tengah memajukan inisiatif terkait dari tahap percontohan menjadi proyek yang dapat diskalakan.
Upaya-upaya ini tidak hanya bertujuan untuk memperluas akses dan inklusi keuangan tetapi juga memastikan kepatuhan terhadap Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi yang ketat di Indonesia.
Meskipun ada antusiasme terhadap kemampuan GenAI, banyak lembaga keuangan Indonesia masih berada di tahap awal implementasi.
Laporan ini menunjukkan bahwa sementara 41% responden sedang menguji penggunaan GenAI dan menjalankan bukti konsep, skalabilitas ini untuk memberikan nilai bisnis yang signifikan masih menjadi tantangan. Hanya 37% yang merasa mereka memiliki talenta yang diperlukan, padahal, meningkatkan keterampilan karyawan untuk menggunakan dan berinteraksi dengan alat AI adalah salah satu dari tiga prioritas dasar terendah yang disebutkan.
Sementara itu, hanya 29% yang yakin dengan model operasional mereka untuk kesiapan GenAI. Agar implementasi GenAI berhasil, kesiapan bisnis harus sebanding dengan kesiapan teknologi.
Managing Director dan Partner BCG X Andy Lees, mengatakan potensi (Gen)AI di sektor keuangan Indonesia dapat memperluas akses keuangan, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan memfasilitasi skala layanan yang cepat, di antara kemungkinan lainnya.
"Temuan kami menunjukkan bahwa teknologi ini telah diadopsi dengan cepat oleh lembaga keuangan besar dan perusahaan fintech. Namun, banyak inisiatif yang dipimpin oleh teknologi ini masih dalam tahap percontohan yang belum diterjemahkan menjadi nilai bisnis nyata dalam skala besar,” kata Lees.
Ditambahkannya, lembaga keuangan akan mendapat manfaat dari kerangka kerja strategis untuk integrasi yang mencakup segala hal mulai dari implementasi teknis dan tata kelola hingga operasional dan talenta.
Lebih lanjut, kerangka kerja semacam itu memungkinkan hasil untuk diukur dengan jelas, memastikan bahwa inisiatif AI terus selaras dengan tujuan bisnis. Ini akan menjadi krusial untuk mewujudkan transformasi yang bertahan lama dan dampak bisnis yang nyata.
Laporan ini mencakup berbagai panggilan aksi untuk para pemimpin bisnis, menekankan perlunya pendekatan strategis dan holistik terhadap integrasi GenAI. Dengan fokus pada elemen dasar tata kelola, teknologi, orang, dan proses operasional, lembaga keuangan Indonesia tidak hanya dapat menavigasi tetapi juga memimpin perlombaan GenAI, mengubah tantangan menjadi peluang untuk pertumbuhan dan inovasi.
Mitra Pendiri AC Ventures dan Ketua Departemen Teknologi Ekonomi dan Keuangan di Kadin Pandu Sjahrir menjelaskan dengan pemerintahan baru yang ingin membangun AI kedaulatan, ada dorongan untuk meningkatkan kerangka regulasi dan mempercepat investasi dalam infrastruktur lokal untuk pengembangan GenAI.
"Ini memicu diskusi penting tentang peningkatan infrastruktur energi Indonesia dengan energi terbarukan dan pembiayaan berkelanjutan. AI dan GenAI memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi Indonesia dengan mentransformasi tidak hanya sektor swasta, tetapi juga Badan Usaha Milik Negara dan lembaga pemerintah," katanya.
Menurutnya, penerapan yang efektif memerlukan pusat data yang berkelanjutan dengan energi terbarukan, undang-undang privasi yang ketat, dan kemitraan publik-swasta yang kuat. Laporan ini memberikan panduan strategis untuk sektor swasta dan publik, sambil juga menekankan pentingnya keamanan siber untuk melindungi aset data nasional.(wn)